Virtual Reality (VR) atau realitas maya adalah media atau teknologi yang membuat penggunanya dapat berinteraksi dengan lingkungan suatu lingkungan sebenarnya yang ditiru atau benar-benar suatu lingkungan yang hanya ada dalam imajinasi.Â
Pionir dalam penerbitan online, Jonathan Steuer menyebutkan karakteristik dari realitas virtual dibedakan menjadi dua, yaitu presence dan telepresence. Presence merupakan lingkungan nyata di dunia kita. Sedangkan telepresence merupakan lingkungan yang kita alami melalui media. Media realitas tersebut bisa melalui radio yang kita dengar, Melalui televisi yang kita dengar dan pertontonkan, atau melalui pertunjukan teater, yang dimana kita  dapat mendengar dan menyaksikan langsung atau mungkin merasakan bebauan di panggung, tetapi kita tak dapat memengaruhi alur ceritanya. Melalui realitas virtual, penggunaan indra juga dapat berpartisipasi dalam realitas virtual seperti melihat, mendengar, menyentuh, mengubah lingkungan seakan-akan kita berada dalam lingkungan alamiah.Â
Realitas virtual memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dinamika komunikasi. Â aktivitas sosial sekarang dapat berlangsung di ruang virtual, seperti yang pernah terjadi di dunia nyata. Dengan adanya platform komunikasi virtual, bentuk komunikasi interpersonal juga mengalami perubahan. Ini memungkinkan interaksi tatap muka digital, yang membantu untuk memperkenalkan diri dan menghargai lawan bicara. Perkembangan teknologi ini meningkatkan partisipasi publik, inovasi komunikasi, dan literasi digital di seluruh dunia, Â Meskipun perkembangan teknologi ini membawa tantangan seperti overload informasi, krisis kepercayaan, dan ketidakamanan data, teknologi ini menjangkau secara global, partisipasi publik, inovasi komunikasi, dan pengembangan literasi digital, Banyak komunitas virtual yang terbentuk, memungkinkan pengguna terhubung dari berbagai tempat dan lintas pengguna, memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam budaya media baru. Dengan demikian, realitas virtual mengubah dinamika komunikasi dengan menawarkan peluang baru dan menghadirkan tantangan baru.
Teknologi realitas virtual menawarkan berbagai manfaat signifikan dalam berbagai bidang, contohnya dalam pekerjaan, seperti praktek simulasi berkerja, semisal untuk pekerjaan seperti dokter bedah, masinis, pilot, dan lain-lain. Tak hanya itu saja, realitas virtual bisa juga digunakan untuk sarana hiburan, contohnya untuk bermain game, teknologi realitas virtual untuk bermain game. Dengan tujuan, untuk membantu  pengguna bisa merasakan sensasi yang sedang terjadi dalam game tersebut. Penggunaan dari teknologi realitas virtual tidak sebatas untuk hiburan dan pekerjaan, realitas virtual juga digunakan untuk pelatihan militer, dengan adanya simulasi ini, para militer menggunakan teknologi virtual reality yang lengkap dengan berbagai perangkat fisik.Â
Penggunaan teknologi realitas virtual secara berlebihan tentu memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan penggunanya. Radiasi yang dihasilkan oleh teknologi ini dapat menyebabkan berbagai efek samping, seperti sakit kepala, kelelahan, serta nyeri leher dan bahu, gangguan yang sering dialami oleh pekerja yang duduk di depan komputer sepanjang hari. Selain itu, penggunaan yang tidak terkendali dapat menyebabkan ketergantungan yang parah, dimana pengguna menjadi kecanduan dan mengabaikan kesehatan mereka. Lebih lanjut, penggunaan realitas virtual yang berlebihan atau tanpa pengawasan dalam jangka panjang dapat menyebabkan pembentukan anonimitas, di mana pengguna kehilangan keseimbangan antara dunia virtual dan nyata. Hal ini membuat mereka merasa bebas untuk berbicara atau bertindak tanpa rasa takut akan konsekuensi, sehingga berperilaku berbeda dari yang biasanya dilakukan ketika identitas mereka diketahui. Anonimitas ini dapat mengganggu kehidupan sosial dan psikologis pengguna, menciptakan realitas palsu yang berbahaya.
Kesimpulannya, Teknologi realitas virtual (VR) telah membawa berbagai manfaat signifikan dalam berbagai bidang, termasuk pekerjaan, hiburan, dan pelatihan. Dalam konteks pekerjaan, realitas virtual memungkinkan praktek simulasi yang realistis untuk profesi seperti dokter bedah, masinis, dan pilot. Dalam bidang hiburan, teknologi ini menawarkan pengalaman bermain game yang imersif, sementara di sektor militer, realitas virtual digunakan untuk pelatihan yang realistis dan aman. Manfaat ini menunjukkan bagaimana realitas virtual dapat meningkatkan efisiensi, keterampilan, dan pengalaman pengguna di berbagai bidang.
Namun, penggunaan realitas virtual juga memiliki tantangan dan risiko yang perlu diperhatikan. Penggunaan berlebihan dapat menyebabkan berbagai dampak negatif, seperti kesehatan, seperti sakit kepala, kelelahan, dan nyeri tubuh. Selain itu, ketergantungan pada realitas virtual dapat mengakibatkan kecanduan dan gangguan keseimbangan antara dunia virtual dan nyata. Fenomena anonimitas dalam realitas virtual dapat mendorong perilaku yang tidak bertanggung jawab dan menciptakan realitas palsu yang merugikan. Oleh karena itu, penting untuk menyadari dan mengatasi dampak negatif ini untuk memastikan penggunaan realitas virtual yang sehat dan seimbang.
Menurut saya pribadi, realitas virtual menawarkan banyak manfaat bagi penggunanya. Dalam konteks interaksi sosial, realitas virtual memperkenalkan cara-cara baru dalam berkomunikasi dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan. Namun, risiko kesehatan dan perilaku sosial yang tidak diinginkan harus dikelola dengan baik. Dengan kata lain, meskipun manfaatnya signifikan, tantangan dan resiko yang ada, memerlukan perhatian serius untuk memastikan dampak positif yang berkelanjutan.
Untuk penggunaan realitas virtual yang bijak dan seimbang, ada beberapa saran yang dapat diikuti. Petama, untuk menghindari efek samping kesehatan, pengguna harus membatasi waktu dalam penggunaan realitas virtual. Kedua, pentingnya untuk memiliki aturan dan etika yang jelas saat berinteraksi dengan orang lain dalam realitas virtual untuk mencegah perilaku negatif seperti pelecehan atau bullying. Ketiga, sangat penting bagi pengguna untuk dididik tentang etika dan konsekuensi perilaku dalam realitas virtual untuk memahami batas-batas yang harus diterapkan saat berinteraksi dengan orang lain dalam realitas virtual. Dengan edukasi yang tepat, realitas virtual dapat menjadi alat yang bermanfaat tanpa mengorbankan kesehatan dan kesejahteraan pengguna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H