Foto di atas adalah salah satu murid saya ketika saya mengabdi di sebuah pondok pesantren yaitu Darunnajah 14 Nurul Ilmi.Yang mana pendidikan madrasah ibtidaiyah murid-murid nya di didik untuk mempunyai target hafalan Al- Qur'an dan Hadist-Hadist pilihan, disini saya mengabdikan diri dan  mengajarkan semampu dengan ilmu yang telah saya dapat ketika saya belajar di pondok , dan juga dengan bimbingan para asatidz senior.Dan dengan ini  saya dapat menjalankan amanah dari bapak pimpinan, yaitu  kita belajar untuk di amalkan dan untuk di ajarkan kembali
Proses belajar di sekolah, pesantren, musholla, masjid, majelis taklim, dan wadah-wadah yang lain merupakan upaya dari kita semua sebagai pelajar untuk menimba  ilmu sebanyak-banyak dari seorang guru/ustadz. Belajar agama Islam tanpa menghadirkan guru, kyai, atau ulama hanya akan membuat pemahaman Islam kita tidak mendalam sehingga mudah menyalahkan orang lain yang berbeda pendapat . Merujuk pada Sabda Nabi Muhammad SAW di atas, seorang pelajar harus belajar secara istiqomah, baik belajar agama maupun ilmu umum.Â
Dalam al-Qur'an Allah SWT telah jelas menyebut bahwa manusia hendaknya kaffah dalam memeluk agama Islam. Dia menganjurkan manusia untuk tidak menuruti langkah-langkah syaitan, karena mereka adalah musuh yang nyata bagi manusia yang beriman. "Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah: 208)Â
Dan Nabi Muhammad shollallahu 'alaihi wa sallam  pun sangat sayang kepada umatnya. Bahkan ketika detik-detik kematiannya, Rasulullah hanya mengingat umatnya dengan menyebut ummati (umatku) sebanyak 3 kali. Ini menunjukkan kecintaan rasulullah kepada umatnya, sehingga kita sebagai umatnya juga harus mencintainya dengan cara selalu bersholawat kepadanya .
 Menjadi Muslim yang kaffah itu tidak belajar Islam secara instan, yang mana Proses instannya itu tidak meliputi proses melalui mengaji di berbagai guru, kiai, atau ulama yang ilmunya mumpuni. Dan belajar agama secara instan dapat berdampak kepada diri sendiri yaitu mudah menyalahkan orang lain yang berbeda pendapat, cenderung anti terhadap tradisi dan budaya yang berkembang di tengah masyarakat, hingga sampai mengkafirkan suadaranya sendiri, padahal sesama muslim.Â
Maka tidak ada pilihan lain kecuali kita terus berupaya menebar Islam sebagai rahmat bagi seluruh manusia dengan cara-cara yang baik dan konsekuen. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam: "Katakanlah aku beriman kepada Allah, maka istiqomah lah." (HR. Muslim)Â
Dan dalam hadist lain pun nabi bersabda: Barang siapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia menguasai ilmu. Barang siapa menginginkan akhirat hendaklah ia menguasai ilmu, dan barang siapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat) hendaklah ia menguasai ilmu," (HR Ahmad).Â
Setelah mempelajari ilmu, serta mengamalkan dan mengajarkan kembali, lalu kita harus sabar dalam berjuang bersama Islam, dan memiliki keyakinan terhadap perjuangan Islam.
 Melalui berbagai tahap ini, bahwa belajar Islam haruslah melalui berbagai tahap.Dan tidak instan, apalagi akses teknologi informasi saat memungkinkan kita semakin mudah dalam memperoleh berbagai informasi di internet.
 Salah satu Mufassir bernama Imam Fahruddin Muhammad bin Umar Ar-Razi dalam Tafsir Al-Kabir-nya menyebutkan: "Wahai orang-orang yang beriman masuklah kalian dalam Islam secara keseluruhan". Maksudnya tetaplah kalian semua di atas agama Islam sejak awal permulaan dan janganlah kalian keluar dari Islam dan syariat Islam.Â