Tujuan hidupmu sekarang bukan lagi menggapai mimpi-mimpi indahmu itu. Sekarang kamu telah berubah pikiran untuk menghapus semua hal itu dan berbalik untuk menghancurkan mimpi yang lain.
Kamu sekarang adalah seorang pendendam dan rasa dengkimu terhadap orang lain yang kamu benci tak bisa dihilangkan. Kamu telah hilang akal, kamu merencanakan untuk bisa menghabiskan nyawa temanmu karena dia tidak menyukaimu.
Rasa yang kuat untuk membunuh temanmu itu tak bisa lagi terbendung. Setiap hari kamu menyimpan rasa dendam itu dalam hati dan diam sepanjang waktu hidup di semesta pendidikan.
Hingga pada suatu saat, setelah sekian lama kamu memendam rasa itu, kamu melampiaskannya kepada semua orang dengan mengamuk tidak terkendali dan mengejutkan semua orang.
. . .
Setelah peristiwa itu, kamu hilang kendali, hilang jalan, perawakan baik yang selama ini kamu jaga telah hilang, dan juga kamu tidak bisa lagi berpura-pura di depan semua orang.
Kamu pun bingung, tak mengenali arah, dan berpasrah akan adanya kehilangan kewarasan yang diberikan oleh Penciptamu. Hingga pada suatu saat, kamu meneriakkan untuk mati secepatnya.
. . .
A: "Mengapa? Aku harus apa supaya bisa berpura-pura lagi?"
: "Tentu karena ulahmu, mau siapa yang engkau salahkan?"
A: "Mengapa engkau membiarkan aku melakukannya? Mengapa semua rasa benciku dibiarkan keluar tanpa kendali?"
: "Kamu telah lama memendamnya, baguslah kalau semua orang tahu jika kamu memang benci kepada siapa pun, kamu memang suka berpura-pura kan? Inilah peristiwa yang menunjukkan sifat aslimu."
A: "Bisakah kamu menghapuskan semua kejadian itu? Atau biarkan saja aku yang hilang?"
: "Kamu bisa berubah setelah kejadian ini atau kamu bisa bertemu denganku di sini."
A: "Aku adalah orang yang suka berpura-pura."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI