Olah raga tinju merupakan salah satu yang paling disukai masyarakat dunia. Banyak petinju dunia seperti Mike Tyson, Muhammad Ali, Evander Holyfield, dan lain sebagainya menjadi ikon dunia dan membintangi produk-produk ternama, serta memiliki penggemar yang tidak sedikit. Demam tinju ini sempat mewabah di Indonesia dan memunculkan petinju dengan sederetan prestasi seperti Chris John (juara WBF 2003-2013) dan Daud Yordan (juara IBO 2012).
[caption caption="sumber foto : web Pertina"][/caption]
Kalau kita mengingat kembali di tahun 80an, Indonesia juga punya atlet tinju berprestasi, diantaranya adalah Ellyas Pical yang pernah menjuarai Bantam Junior IBF tahun 1985-1987, Nico Tomas yang pernah juara di kelas terbang mini IBF tahun 1989, Suwito Lagola yang penah juara kelas welter WBF tahun 1995-1997, Ajib Albarado yang menjadi juara welter junior WBF tahun 1996-2000, dan Muhammad Rachman yang menjuarai kelasterbang mini IBF 2004-2011.
Namun sayangnya, sederetan prestasi anak bangsa ini tidak lantas membuat tinju berkembang seperti di negara-negara lain, terutama di Benua Amerika dan Eropa. Bahkan baru-baru ini, Chris John “curhat” soal kurangnya perhatian terhadap olah raga yang telah digelutinya selama 15 tahun ini. Menurutnya, pemerintah seperti “ogah-ogahan” dalam mengembangkan cabang olah raga yang mengandalkan fisik tersebut.
Chris John merasa yang paling dirasa kurang adalah jadwal pertandingan reguler yang membuat Persatuan Tinju Amatir (Pertina) sulit menemukan bakat dan potensi para atlet. Selain itu, dana yang dikucurkan juga masih minim, sehingga infrastruktur dalam mengembangkan potensi juga sedikit banyak mengalami kendala.
Bulan April, Pertina akan menggelar Musyawarah Nasional (Munas) dan memilih ketua baru periode 2016-2020. Dari sekian nama yang mucul menggantikan Ketua Pertina saat ini Reza Ali, muncul satu nama yang tidak asing, yaitu Hary Tanoesoedibjo. Kiprah CEO MNC Group ini di dunia olah raga tidak bisa dipandang sebelah mata, Hary yang juga Ketua Dewan Pembina PB Muaythai Indonesia, berhasil menyulap Muaythai yang tadinya sepi peminat menjadi banyak peminat. Selain itu, Hary juga menjadi Ketua Federasi Futsal Indonesia (FFI) dan berhasil menjaring bibit-bibit berbakat atlet futsal yang tengah dipersiapkan menjalani pertandingan-pertandingan internasional.
Dukungan agar Hary menjadi Ketua Pertina muncul dari aspirasi para pengurus Pertina dari sejumlah perwakilan pengurus provinsi saat mengunjungi kantor PP Pertina di Pintu IV Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Selasa (8/3/2016). Para pengurus Pertina ini berharap di bawah kepemimpinan Hary, olah raga Tinju Indonesia bisa melebarkan sayap di mata dunia.
Reza Ali menilai sosok HT memenuhi semua syarat yang diperlukan. Salah satunya, HT dianggap punya sikap leadership yang tentunya pas untuk maju jadi ketua. Hary yang punya pengalaman di bidang manejemen juga diharapkan mampu menata organisasi ini agar bertambah baik ke depan.
Jika memang seorang Hary Tanoe mengemban tanggung jawab ini, saya rasa tinju bisa makin populer di Indonesia. Karena, sebagaimana kita ketahui Hary adalah bos media MNC Group yang bisa menyiarkan pertandingan tinju di medianya tersebut seperti yang dilakukan pada Futsal Indonesia. Saya juga berharap di bawah komando Hary Tanoe, tinju Indonesia bisa maju dan menemukan atlet berbakat yang bisa menjadi juara dunia dan mengibarkan “sang saka merah putih” di berbagai kejuaraan tinju dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H