Baru-baru ini saya sering mendengar dan membaca berita baik di berbagai media bahwa Geburnur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tidak terima dengan hasil laporan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang menunjukan adanya ketidakberesan dalam pembelian lahan tersebut. Ahok yang membela diri mengatakan hasil laporan BPK ngaco.
[caption caption="sumber foto : cute meme"][/caption]
Akhir-akhir ini memang Ahok tengah mendapat sorotan karena diduga terseret kasus korupsi pembelian lahan Rumah Sakit Sumber Waras yang merugikan negara mencapai Rp 800 miliar dan namanya terseret dalam kasus reklamasi teluk Jakarta. Selain itu, sikap Ahok yang ceplas-ceplos dan tidak menunjukan respect kepada semua orang yang dianggap mengktitiknya dianggap tidak pantas sebagai sikap seorang pemimpin.
Kalau kita perhatikan, Ahok yang selalu mengatasnamakan kepentingan umum ternyata berbeda dengan kenyataan di lapangan. Kasus penggusuran Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara menunjukan Ahok tidak memiliki empati kepada rakyat kecil karena mantan Bupati Belitung Timur ini sama sekali tidak pernah berkomunikasi dengan warga. Lebih parahnya lagi, berdasarkan data dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Ahok hanya memberikan Surat Peringatan Pertama (SP1) kepada warga di Pasar Ikan. Lebih parahnya lagi, Ahok tidak mau bernegosiasi dengan warga dan lebih memilih mengintimidasi warga dengan mendatangkan TNI dan polisi di lokasi penggusuran.
Sikap berbeda dilakukan Ahok ketika bertemu dengan para tim media sosial di rumahnya. Tim media sosial inilah yang selalu membela Ahok jika ada orang yang mengkritiknya di media, bahkan dengan kata-kata kasar seperti yang Ahok lakukan sehari-hari. Dari foto yang beredar di media sosial, suasana hangat terasa dalam pertemuan tersebut dan kaleng-kaleng bir menghiasi meja pertemuan tersebut tanda Ahok sangat bersahabat dengan orang-orang tersebut dengan siap mabok dalam rumahnya.
Sikap hangat dan senyum manis juga dilontarkan Ahok bukan hanya kepada tim media sosialnya tapi juga pada pengusaha. Keberpihakan Ahok kepada pengusaha terlihat ketika orang terdekatnya Sunny Tanoe Widjaya yang mengatakan Ahok sering bertemu dengan pengusaha pengembang. Hal ini lah yang memunculkan spekulasi Ahok terlibat dalam kasus reklamasi di Jakarta Utara.
Sementara itu, hal berbeda dilakukan oleh Hary Tanoesoedibjo, meskipun belum menjadi seorang birokrat, tapi rasa empati pria yang akrab disapa HT ini sangat dalam. Terbukti, CEO MNC Group ini mengembangkan pemberdayaan masyarakat kecil melalui Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) agar masyarakat bisa mendapat penghasilan dan memiliki daya beli di tengah krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Bantuan seperti modal usaha, gerobak, dan pelatihan agar menjadi wirausaha menjadi prioritas Ketua Umum DPP Perindo ini.
Seperti yang saya uraikan di atas, di saat HT membangun perekomian rakyat kecil, Ahok malah memberantas Pasar Ikan yang merupakan pusat kegiatan ekonomi rakyat. Selain itu, HT yang selalu turun menyapa rakyat tidak seperti Ahok yang hanya memerintahkan anak buahnya membaw buldoser dan alat berat lain untuk meratakan rumah mereka.
HT yang sudah mapan karena usahanya yang sukses bisa membiayai “perjalanan” politiknya sendiri. Kesuksesan HT bisa dilihat dari penghargaan Majalah Forbes yang menganugerahinya “Businessman Man Of The Year 2015” karena usahanya terus maju di tengah krisis ekonomi global. Sehingga HT tidak perlu mendapat dana dari manapun untuk membiayai karir politiknya. Hal berbeda justru dilakukan Ahok yang menjadi “pelayan” pengusaha dengan berbagai mancam “deal” untuk mendapatkan dana membiayai tim media sosialnya dan Teman Maboknya,, ups maaf Teman Ahok. Selain itu, masyarakat juga sudah mulai curiga darimana Ahok bisa punya dana untuk operasional Teman Ahok dan membayar media untuk memunculkan namanya setiap hari.
Yang paling menggelitik adalah darimana Ahok membayar para teman maboknya yang sering datang ke rumahnya untuk menjaga pemberitaannya di media maupun media sosial. Jika ada yang menjelek-jelekan Ahok, maka siap-siap akan berhadapan dengan teman mabok Ahok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H