Mohon tunggu...
Muhammad Ramli Sirajuddin
Muhammad Ramli Sirajuddin Mohon Tunggu... Pelamun -

Setiap Zaman Butuh Jalan Tengah!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Catatan Ringan dari Dialog Publik PPI & HMI Kab Pangkep 26/05/2015

28 Mei 2015   20:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:30 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14328197791909702133

Sedikit catatan ringan agar “dialog public” tak hilang ditelang “ kelalaian-massal ”, semampunya akan diurai satu persatu. Catatan ini mengambil dua bentuk saja, sedikit memperkenalkan para kontributor yang sesungguhnya sih tak perlu diperkenalkan (orang-orang terkenalji) dan gagasan utama yang ikut andil memberi kehangatan obrolan dua malam lalu (26/06/2015).

Ingin ku awali dengan “permohonan maaf yang sangat” jika ada kontributor yang sempat luput atau gagasan yang raib seiring pendeknya ingatan saya kasihanG…

Kegiatan dialog terbuka ini awalnya diperkarsai oleh rekan-rekan DPC Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) Kabupaten Pangkep yang digawangi oleh Muhammad Raisuli Yahya dan adik-adik jenius dari Himpunan Mahasiswa Islam (HmI) Cabang Pangkep yang dikomandoi oleh Pencari Fakta. Pilihan tempatnya di Ice Corner Pangkep secara kebetulan saja sih dalam artian mengalir begitu saja.

Berangkat dari sejumput keperihatinan tentang kondisi yang tak kunjung subtansial di mata mereka. Segala hal tentang kebangsaan terkhusus peristiwa social, ekonomi, politik, budaya dan kedaerahan di mata mereka berkutat tak karuan hanya pada persoalan “procedural” semata tak terkecuali demokrasi, spesifiknya Pemilukada.

Hadir sebagai narasumber antara lain, KAPOLRES baru Kabupaten Pangkep pak Muhammad Hidayat, anggota KPUD Pangkep Kakanda Burhanuddin Jati dan Saudara Saiful Mujib mewakili PANWASLU Kabupaten Pangkep. Dialog Publik yang akan dimimpi-mimpikan menjadi cikal bakal “Pangkep Meeting Club” sebagaimana harapan kak Bur, semestinya dihadiri pula oleh Ketua Kejaksaan Negeri Kabupaten Pangkep namun karena beberapa hal beliau tak sempat hadir.  Bidikan temanya “DIALOG PUBLIK:  PILKADA PANGKEP 2015 MENUJU DEMOKRASI SUBTANSIAL.

Setelah pembukaan dan sambutan ringan dari organizer, acara langsung saja dipandu oleh bang Karni Ilyas yunior demikian Ariel Quman menyebut dirinya, sesungguhya, seharusnya dan semestinya memang demikianlah tugas yang dipikulkan oleh pelaksana kepada moderator super dadakan ini, menjadi Karni Ilyas. Suaranya memang tak becek-becek amat bak bang Karni, intonasi suaranya lebih menyerupai demonstran yang gagal bakar ban di tengah jalan raya karena dihalau oleh aparat kepolisian yang siap siaga setiap waktu, saat yang sama toa juga tak berhasil mengawal beningnya nurani, jadilah ia suara parau tak ketulungan karena baterai megaphone yang  “mungkin dia lelah ayah”.

Dengan bahasa Indonesia yang kadang okkods itu toh acara berhasil ia pandu hingga ke puncak orgasmenya “ dialog public ini masih harus didialogkan” demikian kesimpulan di dinding facebook Kakanda Syawir Yasin Mangka setelah sesi dialog, salah satu peserta senior yang tak asing lagi bagi “pemerhati dinding ratapan” social media facebooker kabupaten Pangkep.

Kak Wawi, mengemukakan sebuah gagasan dengan cita rasa Ilmiah yang tinggi, untuk semua kebijakan, selayaknya, sebelum diberlakukan mestilah menimbang beberapa konteks geososial, geopolitik, geobudaya dan berikut geo geo yang lainnya agar “kebijakan” tak memberi kesan “asal” diadakan dan dilaksanakan, kira-kira begitu kak Wawi? Kebijakan organisasi social saja jika hendak mengeluarkan kebijakan atau keputusan organisasi haruslah menggunakan naskah akademik apalagi ini Negara, setau saya begitu kak. Kak Wawi mungkin bisa menambahkannya di sini…

Sebagai pembicara perdana, kakanda Bur anggota kpud tampil dengan aroma “konstitusional” bangitz. Namun demikianlah kpud adalah pelaksana teknis undang-undang yang diharapkan independent dan netral dalam gerak tugasnya. Kakanda Bur menjelaskan beberapa perubahan mendasar pada konstitusi pelaksanaan pemilukada kali ini, pertama,  setiap moment kampanye calon kontestan akan diikuti  serta mendapat pengawasan kpud. Kedua, pendanaan kampanye semua calon dilaporkan kepada kpud.  Ketiga, pemasangan atribut kampanye dibatasi jumlahnya dengan jangka waktu yang ditentukan tentang hal ini KPUD mengharap kesadaran seluruh element masyarakat untuk memperhatikan.

Kinerja KPUD tidak sedikit dan mereka harus bekerja sesuai tahapan yang ada, jika waktunya telah usai maka selayaknya calon atau tim sukses calon bahu membahu menurunkan atribut-atribut kampanye mereka sendiri namun rasa-rasanya sih jauh api dari rokok, boro-boro calon dan tim menurunkan baligho mereka sendiri yang ada bahkan sebisa mungkin atribut-atribut itu tetap beredar secara sembunyi-sembunyi hingga bahkan pencoblosan telah usai (apa manfaatnya coba?) dan beberapa aturan mendasar untuk diperhatikan bersama oleh calon dengan tim-tim suksesnya dan tentu saja Masyarakat secara umum (untuk poin-poin ini, mungkin kak Bur juga bisa menambahkan).

Ulasan dan harapan besar komisioner yang memiliki senyum menawan ini, kesuksesan pemilukada kita tak lepas dari peran serta dari pelaksana di semua tingkatan dan tentu saja masyarakat seluruhnya. Kpu tak akan segan memberikan sanksi tegas kepada anggotanya jika terbukti melakukan keberpihakan terhadap salah satu calon kontestan dalam menjalankan tugasnya, laporkan kepada kami kata beliau dengan santun.

Kontestan kedua, sahabat kita Saudara Saiful Mujib mewakili undangan panwaslu Kabupaten Pangkep. Walau kehadiran beliau sedikit terburu-terburu namun subtansi pemaparan tak otomatis berkurang apalagi raib. Wajah imut saudara Mujib disertai dengan kumis yang tak bisa dikatakan tipis itu seolah memberi kesan keteguhan prinsip dan integritas yang tinggi, secara meyakinkan beliau mengulas beberapa peran dan fungsi panwaslu berikut perbedaan-perbedaan wewenang dari periode sebelumnya (untuk hal ini saudara Mujib juga mungkin bisa menambahkan).

Sikap tegas anggota panwaslu yang juga sebagai Pengelola di Warkop Komunitas itu membuat kita terkesan ketika menjawab tudingan kakanda Asran Idrus yang lewat pengalaman pribadinya, tak lagi percaya dengan lembaga panwaslu, “mungkin panwaslu dulu bukan kami” gumamnya. Tudingan kak Asran ke Saudara Mujib tentu saja bukan tudingan personal karena saat itu beliau sendiri belumlah menjabat sebagai anggota panwaslu tapi lebih pada persaingan sesama pengusaha kafe antara kafe Tiktas VS Warkop Komunitas. eh…maksudnya autokritik kelembagaan yang lumrah di panggung demokrasi. Piss…

Kakanda Asran Idrus adalah politisi partai PPP sebagai peyumbang gagasan kontroversial pada dialog public kali itu mungkin bisa mengeksplor lebih jauh kepada kita tentang fakta dan pengalaman-pengalaman peribadinya hingga yang paling personal sekalipun ketika bersentuhan dengan kpu dan panwas saat mencalonkan diri sebagai calon legislative DPRD 2014.

Nah untuk bapak Kapolres tentu kita membutuhkan berlembar-lembar halaman untuk membrendel ide-ide dan semangatnya demi menegakkan hukum secara benar walau besok langit akan runtuh. Merah Putih…jiwa ragaku! Merinding saya pak…

Pak Kapolres hadir dengan peralatan tempur lengkap, bahkan beberapa jam sebelum kegiatan terlaksana telah datang sidak pengawal mempertanyakan kesiapan panitia. Cek sound, amati situasi, pasang sana pasang sini. wauw…memang bapak Kapolres narasumber paling gegap gempita. Melalui tayangan slide dan video di layar proyektor pak Kapolres menggugah sikap-sikap kebangsaan kita bersama. Betapa bernegara dan berbangsa membutuhkan sikap berani dan tegas. Pak Kapolres telah menuai keberhasilan di mana-mana, khusus pada malam itu beliau banyak berbicara tentang laut dan nelayan di kepulauan selayar sejak beliau menjabat juga sebagai kapolres di daerah wisata takabonerate itu. Beliau adalah ruh diskusi public ini. Semoga beliau menjadi inspirasi dan penggerak untuk kita semua.

Oia pak pangkajene dan kepulauan atau pangkep, saya kira tidak ada masalah itu singkatan saja pak. Merah Putih…jiwa ragaku!!!

Politisi PPP lainnya yang lebih popular dengan ciri khas paling kharismatiknya bak mantan menteri ekonomi di periode terakhir pemerintahan SBY Hatta Rajasa adalah kakanda Umar Haya si rambut putih. Beliau mencoba mengembalikan itrah politik pada jalur yang benar, money politic adalah fakta factual yang kerap kali terjadi ditengah kita pada setiap momentum namun jika bisa menumbuhkan sikap saling percaya hal itu bisa kita minimalisir bersama. Politisi senior dari partai PPP ini yang menurut kakanda Rahmat Nur berpenampilan paling benar pada malam itu tetap saja memukau para audience. Kami mengharap gagasan itu bisa dieksplor lebih jauh kakanda.

Nah ulasan ini akhirnya sampai juga pada kakanda Rahmat Nur. Salah satu Intelektual Golkar kabupaten Pangkep untuk tak menyebut satu-satunya, juga tampil secara elegant. Beliau mengurai sacara gamblang tentang fakta-fakta politik, pola dan interaksi antara actor politik dan rakyatnya. Paradigma politik kakanda Rahmat Nur perlu kita urai lebih jauh pasalnya jika berbicara tentang politik maka itu berarti bicara hajatan dan tumpuan harapan serta masa depan masyarakat banyak yang bagi beliau bukan hanya tentang menang dan kalah. Mohon ditambahkan kakanda!

Lain halnya dengan Kakanda Hasanuddin Kuna, politisi PKS yang juga mantan anggota legislative dua periode lalu tampil dengan gayanya yang sederhana. Dengan intonasi berwibawa beliau mengemukakan bahwa actor politik adalah player itu sendiri sehingga tak perlu heran jika mereka memainkan jurusnya tapi jurusnya bukanji jurus mabuk kan kakanda?

Bagaimana perempuan kasihan? Eitss…tunggu dulu. Ada kakanda Hania. Tokoh perempuan paling berpengaruh dari Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) di Indonesia Timur ini juga akan angkat suara. Perempuan bagi beliau selalu mendapat imbas dan tindakan diskriminatif dari demokrasi. Berbagai regulasi dan kebijakan selalu tidak sadar “gender”. Perempuan bagi kanda Nia adalah segalanya. Boleh dong di catatan ini kita diskusi-tabbulinta kakanda?

Tata Syahrul Syaf, mendengar namanya saja kalau orang pangkepjaki pasti bakal merinding. Kenapa bisa? Pasalnya ketua Kommite Komunitas Demokrasi Pangkep (KKDP) ini melalui akun Berita Pangkep kerap kali membuat kita nano-nano rasa saat membacanya. Tak ada daun jatuh dari pohonnya yang akan luput dari pantauannya. Beliau menjadi pemerhati banyak hal. Malam itu secara lugas beliau berbicara menanggapi semangat Kapolres untuk menumpas illegal fishing. Menurut beliau tak hanya lautan yang memiliki masalah, dua dimensi lain dari Pangkep juga patut menjadi perhatian Kapolres, daratan dan pegunungan. Seolah setelah basah-basah di lautan beliau menarik kita berjemur di tandusnya pegunungan. Amdal-amdal perusahaan pertambangan banyak yang bermasalah pak Kapolres, demikian tuturnya. Di share dong bung Tata…!

Dua kontributor cetar mebahana lainnya adalah saudara Hasanuddin dan Hayatullah. Hasanuddin disebutkan oleh mederator mewakili pemuda dan masyarakat kepulauan. Namun tokoh pemuda satu ini sungguh taka asing lagi bagi kita, Hasanuddin adalah Imam Masjid, orator jalanan juga sebagai singa podium, lengkap sudah untuk menjadi menantu idaman. Mantan Ketua Umum HmI cabang Pangkep yang saat ini berprofesi sebagai pengusaha budidaya lobster di pulau kapppposang yang eksotik menuturkan, betapa selama ini demokrasi sama sekali bukan untuk rakyat kecil seperti kami. Beberapa kali beliau mengawal dan melakukan advokasi-advokasi nelayan di kepulauan namun hingga akhir ini sama sekali tak ada yang berubah. Kondisi kami sama saja, kami menjadi anak tiri kekuasaan yang hanya akan dilirik menjelang pemilihan-pemilihan. Hasanuddin sangat mengapresiasi konsen Kapolres untuk meberantas tuntas pelaku pelaku illegal fishing di semua kepulauan pangkep bahkan dirinya tidak diperintah oleh siapapun pernah melakukan pengejaran terhadap pelaku “bom ikan” tanpa menggunakan alat keamanan sama sekali hingga ia terluka dan Hp blackberry kesayangan yang sesungguhnya ia beli murah dari sanak familinya itu pun menjadi korban. Semangatmu tiada banding kawan! Tapi kompressor lobsterku bagaimana pak Kapolres?

Praktisi IT dan praktisi perbankkan ini juga tak ketinggalan. Mewakili element oraganisasi daerah IPPM-Pangkep Hayatullah mengemukakan banyak hal. Saudara Yaya lebih sepakat jika pemilihan kepala daerah dikembalikan ke legislative saja untuk menghemat uang Negara. Semua polemik pasca pilkada adalah bentuk ketidak dewasaan para actor untuk menerima kekalahan, imbuhnya. Menurut hemat penulis yang menang juga belum tentu  dewasa dan siap memperlakukan “kursinya” layaknya orang dewasa, buktinya korupsi. Korupsi dan penyalaan gunaan wewenang adalah tindakan anak-anak. Iyyakan Yaya?

Demikian ulasan singkat ide-ide besar dari kontributor-kontributor tulus ikhlas dan bersahaja ini akan tumbuh dan menjadi peletak dasar bagi terwujudnya demokrasi dialogis walau kegiatan serupa bukanlah yang pertama kalinya bagi masyarakat kabupaten Pangkep. Prinsip dialogisme dalam demokrasi tentu saja akan menjadi akar dari upaya pemahaman, setiap orang memiliki hak bicara dan berkomunikasi secara mendalam. Semoga hal ini mampu mengantarkan kita ke depan pintu gerbang kehendak memecahkan persoalan bersama (the common problems) dan tujuan bernegara kita sebagai bangsa yang berdaulat “menciptakan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia” mampu terwujud walau mungkin hanya akan dinikmati anak cucu kelak. Maaf jika ada yang benar @ram_notes

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun