Dibuat Oleh: Muhammad Ramadhani Jatmika & Endy Gunanto Marsasi
Company Profile:
Nike Inc adalah Perusahaan pemimpin global dalam hal desain dan penyedia produk olahraga (Ava Broussard, 2024). Pada tahun 2019 Nike menempati peringkat NO.1 dalam persepsi konsumen terhadap inovasi dan mode gaya (Narayana et al, 2021). Nike didirikan oleh Bill Bowerman dan Phil Knight pada tahun 1964 (Narayana et al, 2021). Nike memposisikan dirinya sebagai perusahaan olahraga dan kebugaran terbaik di dunia, yang didedikasikan untuk menginspirasi dan berinovasi bagi setiap atlet di dunia (Nike, 2024), sementara misi dan nilai-nilai inti mereka difokuskan pada hal-hal seperti inovasi, keberlanjutan, dan meningkatkan pengalaman konsumen melalui keterlibatan dalam komunitas olahraga global (Ava Broussard, 2024).
Developing New Product and Services
Saya terinspirasi dari sebuah buku yang berjudul Innovation and Entrepreneurship pada halaman 323 karya (Bessant dan Tidd, 2015) Pada bagian pengantar bagian Developing New Product and Services, dibahas mengenai The New Product/Service Development Process yang merupakan proses yang mengarah dari persepsi peluang pasar menjadi produk, layanan atau proses yang dapat digunakan (Bessant dan Tidd, 2015). Proses ini terdiri dari serangkaian langkah pemecahan masalah yang terdiri dari langkah pemindaian dan pemilihan hingga tahap implementasi (Bessant dan Tidd, 2015). Pada halaman 324 buku Innovation and Entrepreneurship karya (Bessant dan Tidd, 2015) juga menjelaskan bagaimana adanya Stage-gate product development process atau pendekatan pengembangan produk berbasis tahapan, di mana setiap tahap diikuti oleh Gate yang berfungsi sebagai titik evaluasi sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya (Bessant dan Tidd, 2015). Stage gate product development process memiliki beberapa tujuan seperti untuk membantu perusahaan meningkatkan
 efisiensi, mengurangi risiko, dan mempercepat waktu peluncuran produk (Bessant dan Tidd, 2015). Proses ini terdiri dari beberapa tahap (stages), seperti formulasi ide, pengembangan konsep, pengembangan produk, uji pemasaran, dan peluncuran (Bessant dan Tidd, 2015). Selanjutnya di halaman 325 buku Innovation and Entrepreneurship karya (Bessant dan Tidd, 2015) terdapat hal yang menarik yaitu penjelasan tentang Product development funnel atau alat visual yang membantu organisasi mengelola proses inovasi produk dengan menyaring ide-ide awal, mengeliminasi yang kurang potensial, dan memfokuskan sumber daya pada proyek-proyek yang memiliki peluang keberhasilan tinggi (Bessant dan Tidd, 2015). Proses ini biasanya dimulai dengan pengumpulan ide, di mana berbagai gagasan inovatif dikumpulkan dari sumber internal maupun eksternal, seperti pelanggan, tim, atau analisis pasar (Bessant dan Tidd, 2015). Setelah itu, ide-ide tersebut disaring melalui evaluasi awal berdasarkan kriteria seperti relevansi pasar, kelayakan teknis, dan potensi keuntungan (Bessant dan Tidd, 2015). Ide yang lolos seleksi kemudian dikembangkan menjadi prototipe, diuji, dan validasi untuk memastikan bahwa produk memenuhi kebutuhan pelanggan dan standar kualitas yang diinginkan (Bessant dan Tidd, 2015). Tahap akhir adalah komersialisasi, di mana produk diluncurkan ke pasar dengan strategi pemasaran dan distribusi yang sesuai (Bessant dan Tidd, 2015). Ada beberapa Faktor-faktor Keberhasilan produk baru seperti yang ada pada halaman 328 buku Innovation and Entrepreneurship karya (Bessant dan Tidd, 2015). Faktor-faktor tersebut ialah: keunggulan produk, pengetahuan pasar, dan definisi produk yang jelas (Bessant dan Tidd, 2015). Keunggulan produk mencakup keunggulan superior yang nyata di mata pelanggan, seperti kinerja yang lebih baik dibandingkan biaya, keunikan manfaat, atau fitur yang memberikan nilai lebih (Bessant dan Tidd, 2015). Pengetahuan pasar juga menjadi elemen penting, di mana persiapan yang matang melalui penilaian awal pasar, evaluasi teknis, studi pasar yang mendalam, serta analisis bisnis dan keuangan harus dilakukan (Bessant dan Tidd, 2015). Definisi produk yang jelas meliputi identifikasi pasar sasaran, penjelasan konsep dan manfaat yang ditawarkan, strategi posisi yang tepat, serta daftar fitur dan atribut produk yang telah diprioritaskan sebelum pengembangan dimulai (Bessant dan Tidd, 2015). Hal ini dihubungkan dengan pendekatan inovasi yang digunakan Nike, dengan menggunakan studi yang dilakukan oleh (Ava Broussard-Goldsmith, 2024). yang berjudul "Brand Assessment of the Adaptation of Nike to New Consumer Trends" yang mengidentifikasi bagaimana Nike menggunakan inovasi dan desain untuk menjangkau produk konsumen masa kini dengan tetap menjaga keberlangsungan dan relevansi merek di pasar global (Ava Broussard-Goldsmith, 2024). Nike didukung dengan baik oleh fasilitas penelitian dan pengembangan (R&D) yang kuat
 (Narayana et al, 2021). Tim ini terdiri dari para ahli di bidang biomekanik, fisiologi olahraga, kimia, desain industri, teknik, keberlanjutan, dan bidang-bidang terkait yang berkolaborasi dengan berbagai komite penelitian dan dewan penasihat, termasuk atlet, pelatih, manajer peralatan, ahli ortopedi, ahli penyakit kaki, dan para profesional lainnya, untuk mengevaluasi desain, konsep, dan standar keamanan yang berkaitan dengan produk-produknya (Narayana et al, 2021). Inovasi uniknya meliputi Nike Air, Flywire, Dri-Fit, Lunar, Flyknit, Zoom, Free, Adaptive, Flyweave, ZoomX, React, dan NIKE+, yang dikategorikan dalam kategori olahraga lari, bola basket, sepak bola, latihan pria, latihan wanita, dan pakaian (Narayana et al, 2021).
Growing The Enterprise
Saya terinspirasi dari buku Innovation and Entrepreneurship pada halaman 428 karya (Bessant dan Tidd, 2015). Bagian Growing The Enterprise berbicara tentang perlunya perusahaan membutuhkan dua faktor lingkungan eksternal untuk membangun dan bagaimana perusahaan memiliki ruang untuk melihat peluang tidak hanya dalam hal inovasi tetapi juga proses organisasi atau operasi yang mungkin terpengaruh dari faktor lingkungan eksternal (Bessant dan Tidd, 2015), Lebih khusus lagi, Excludability (sejauh mana perusahaan dapat mencegah persaingan dengan mengisolasi mereka dari replikasi teknologi atau meniru inovasi perusahaan) dan Aset Pelengkap (sumber daya di luar teknologi itu sendiri-termasuk produksi, distribusi, reputasi, dan dukungan-yang menambah nilai pada teknologi atau inovasi perusahaan (Bessant dan Tidd, 2015). Perlindungan kekayaan intelektual atas inovasinya seperti teknologi Nike Air dan Flyknit yang dipatenkan melalui paten, hak cipta, dan merek dagang adalah cara Nike melakukan hal ini (Bessant dan Tidd, 2015). Nike juga memanfaatkan aset tambahan seperti ekosistem distribusi digital melalui Nike.com, aplikasi Nike Training Club, dan sistem ritel di seluruh dunia yang memperkuat nilai barangnya dan menciptakan pengalaman konsumen yang konsisten (Ava Broussard-Goldsmith, 2024). Pendekatan ini memungkinkan Nike untuk tetap kompetitif dan relevan di pasar dunia (Ava Broussard-Goldsmith, 2024). Lebih jauh, strategi perlindungan hukum Nike terhadap kekayaan intelektualnya juga mencakup pendekatan inovatif seperti penggunaan covenant not to sue (Eiritz, 2014). Dalam kasus Already, LLC v. Nike, strategi ini digunakan untuk menghentikan klaim hukum yang berpotensi merugikan tanpa memberikan hak tambahan kepada pesaing (Eiritz, 2014). Strategi ini menunjukkan bagaimana Nike secara efektif mengelola risiko hukum dan menjaga kontrol atas merek dagangnya, seperti yang dijelaskan
 dalam jurnal yang ditulis oleh (Eiritz, 2014). Pendekatan ini tidak hanya menghindarkan Nike dari litigasi berkepanjangan, tetapi juga memungkinkan perusahaan untuk tetap fokus pada inovasi dan pengembangan produk baru(Eiritz, 2014). Melalui kombinasi perlindungan kekayaan intelektual yang kuat, pemanfaatan aset pelengkap, dan strategi hukum yang cerdas, Nike berhasil menciptakan ekosistem inovasi yang melindungi teknologinya sekaligus memberikan nilai tambah yang signifikan kepada konsumen (Eiritz, 2014). Pendekatan ini mencerminkan bagaimana perusahaan dapat mengintegrasikan faktor eksternal untuk mendorong inovasi dan pertumbuhan yang berkelanjutan (Eiritz, 2014).
Business Models and Capturing Value
Saya terinspirasi dari buku Innovation and Entrepreneurship pada halaman 465 (Bessant dan Tidd, 2015). Bagian What's in a Business Model yang berbicara tentang Value creation atau penciptaan nilai bukanlah sesuatu yang terjadi secara otomatis, melainkan hasil dari proses terstruktur yang mencakup beberapa elemen kunci (Bessant dan Tidd, 2015). Nike,INC merupakan contoh bagaimana sebuah organisasi menciptakan dan menangkap nilai melalui inovasi produk, pengalaman pelanggan, dan ekosistem digitalnya (Pereira Daniel, 2024). Hal itu sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh ( Nabila & Andy, 2024) yang salah satu isinya adalah menunjukkan hubungan positif antara pengalaman dan kepuasan yang dirasakan oleh pelanggan. Nike menawarkan proposisi nilai yang kuat melalui produk inovatif seperti sepatu, pakaian, dan peralatan olahraga yang didukung teknologi terkini, serta layanan digital seperti aplikasi Nike Training Club dan Nike Run Club yang memberikan pengalaman kebugaran yang dipersonalisasi (Pereira Daniel, 2024). Dalam hal segmentasi pelanggan, Nike menargetkan berbagai kelompok, mulai dari atlet profesional hingga konsumen kasual yang menginginkan produk bergaya sporty, dengan fokus khusus pada generasi muda melalui kolaborasi dengan para tokoh terkenal seperti para influencer dan melalui platform pemasaran digital (Pereira Daniel, 2024). Hal itu sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Febrita & Endy, 2024) yang mengatakan konsumen yang mempercayai influencer cenderung lebih terbuka dan responsif terhadap rekomendasi produk yang diberikan oleh influencer. Produk Nike didistribusikan melalui strategi Direct to Consumer (DTC) seperti toko ritel dan situs web resmi, serta mitra grosir dan e-commerce pihak ketiga (Pereira Daniel, 2024). Pendapatan utama Nike berasal dari penjualan produk fisik, layanan digital, dan aplikasi premium (Pereira Daniel, 2024). Untuk memastikan keberlanjutan
 model bisnisnya, Nike mengutamakan aktivitas utama seperti riset dan pengembangan teknologi baru, kampanye pemasaran inovatif, dan pengembangan ekosistem digital untuk mendorong loyalitas pelanggan (Pereira Daniel, 2024).
What's in a Business Model
Value Proposition
Proposisi nilai Nike adalah inti dari daya tarik mereknya, yang menggabungkan kualitas produk, inovasi teknologi, branding yang inspiratif, dan pengalaman pelanggan yang dipersonalisasi (Bessant dan Tidd, 2015). Produk Nike tidak hanya berfungsi sebagai alat olahraga, tetapi juga mencerminkan aspirasi konsumen untuk mencapai gaya hidup aktif dan modern (Pereira Daniel, 2024). Nike menawarkan inovasi yang dirancang untuk meningkatkan kinerja atletik, seperti teknologi Nike Air, Flyknit, dan Dri-FIT, yang meningkatkan kenyamanan, daya tahan, dan performa pengguna (Pereira Daniel, 2024). Selain itu, pengalaman personal melalui layanan seperti Nike By You, yang memungkinkan pelanggan untuk menyesuaikan desain produk sesuai preferensi mereka, memberikan nilai tambah yang signifikan (Pereira Daniel, 2024). Lebih dari sekadar menjual produk, Nike mengintegrasikan elemen emosional dan fungsional dalam nilai yang ditawarkannya (Pereira Daniel, 2024). Gaya hidup yang ditawarkan Nike, baik dari segi performa atletik maupun estetika, menjadikan merek ini relevan bagi konsumen yang menginginkan produk berkualitas tinggi sekaligus mencerminkan identitas mereka (Pereira Daniel, 2024).
Target Market
Penciptaan nilai harus diarahkan kepada segmen pasar tertentu yang akan menghargai manfaat tersebut (Bessant dan Tidd, 2015). Menentukan target pasar yang spesifik memastikan bahwa produk atau layanan benar-benar relevan dan dibutuhkan oleh kelompok tersebut (Bessant dan Tidd, 2015). Hal itu sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Muhammad & Endy, 2023) yang mengatakan Target Market adalah merupakan kegiatan pemilihan segmen yang ditempatkan oleh perusahaan. Berdasarkan Jurnal tersebut dijelaskan juga ketika perusahaan melakukan target memiliki beberapa keuntungan seperti Meminimalkan pesaing, Memperjelas langkah dan tujuan pemasaran, Mendapatkan bahan
 evaluasi untuk produk, Memperluas penargetan pemasaran produk, dan lain-lain (Muhammad & Endy, 2023). Nike secara cermat mengarahkan penciptaan nilainya kepada segmen pasar tertentu untuk memastikan relevansi dan pemenuhan kebutuhan pelanggan (Pereira Daniel, 2024). Salah satu target utama Nike adalah atlet profesional yang membutuhkan perlengkapan olahraga berkinerja tinggi, seperti sepatu Nike Zoom Vaporfly dan sepatu basket Air Jordan, yang dirancang dengan teknologi inovatif untuk meningkatkan performa mereka (Pereira Daniel, 2024). Selain itu, Nike juga menyasar penggemar olahraga dan gaya hidup aktif yang menghargai produk yang memadukan fungsi dan estetika, seperti sepatu seri Air Max (Pereira Daniel, 2024).
Supplier
Peran supplier dalam model bisnis Nike adalah menyediakan bahan baku berkualitas tinggi dan mendukung inovasi teknologi (Dini Rachma, 2023). Nike bekerja sama dengan jaringan global supplier yang tersebar di negara-negara seperti Vietnam, Indonesia, dan China (Dini Rachma, 2023). Negara-negara ini menjadi pusat utama produksi sepatu dan pakaian Nike, berkat efisiensi biaya produksi serta ketersediaan tenaga kerja dan material (Dini Rachma, 2023). Bahan baku seperti karet, kulit sintetis, dan tekstil khusus digunakan untuk mendukung inovasi seperti Flyknit dan ZoomX (Dini Rachma, 2023). Supplier juga diharuskan memenuhi standar kualitas ketat yang diterapkan Nike, memastikan bahwa setiap komponen yang digunakan dalam produk mereka sejalan dengan ekspektasi pelanggan akan performa dan daya tahan (Dini Rachma, 2023). Selain itu, Nike terus mengembangkan hubungan strategis dengan pemasok untuk mendukung keberlanjutan (Dini Rachma, 2023). Misalnya, mereka mengadopsi praktik-praktik ramah lingkungan dalam rantai pasok mereka, seperti menggunakan material daur ulang dan teknologi efisiensi energi, yang sejalan dengan inisiatif Move to Zero (Dini Rachma, 2023).
Set of Activities
Proses penciptaan nilai di Nike melibatkan serangkaian aktivitas yang terintegrasi, mulai dari desain hingga layanan purna jual, yang dirancang untuk mengubah sumber daya menjadi produk berkualitas tinggi yang memberikan manfaat nyata bagi pelanggan (Bessant dan Tidd, 2015). Aktivitas ini diawali dengan desain inovatif, di mana tim desain Nike bekerja sama dengan atlet profesional untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan tidak hanya memenuhi kebutuhan fungsional tetapi juga estetika (Pereira Daniel, 2024). Teknologi seperti
 Flyknit, yang menawarkan kenyamanan dan fleksibilitas optimal, adalah hasil dari kolaborasi ini (Pereira Daniel, 2024). Selanjutnya, proses produksi efisien dilakukan melalui kerja sama dengan supplier global yang terampil, memungkinkan Nike memproduksi dalam skala besar dengan biaya yang kompetitif (Pereira Daniel, 2024). Nike juga memanfaatkan distribusi multi-kanal, termasuk toko ritel, platform e-commerce seperti Nike.com, dan aplikasi seluler, yang memberikan kemudahan akses bagi konsumen di seluruh dunia (Pereira Daniel, 2024). Strategi distribusi ini didukung oleh pemasaran dan branding yang kuat, seperti kampanye ikonik "Just Do It," yang tidak hanya memperkuat citra merek Nike sebagai simbol keberanian dan aspirasi tetapi juga menciptakan hubungan emosional dengan pelanggan (Pereira Daniel, 2024). Terakhir, melalui layanan purna jual, Nike memastikan pengalaman konsumen tetap positif bahkan setelah pembelian, memberikan dukungan yang meningkatkan loyalitas pelanggan (Pereira Daniel, 2024).
Representation of Value
Nilai tersebut diukur, misalnya dalam bentuk harga yang bersedia dibayar pelanggan atau manfaat lainnya seperti loyalitas, reputasi, atau efisiensi operasional (Bessant dan Tidd, 2015). Nike mengukur keberhasilan penciptaan nilainya melalui beberapa indikator utama yang mencerminkan strategi bisnis mereka (Pereira Daniel, 2024). Salah satu indikatornya adalah harga premium, di mana produk Nike dijual dengan nilai tinggi yang mencerminkan persepsi kualitas unggul dan kekuatan mereknya di pasar global (Pereira Daniel, 2024). Selain itu, Nike berhasil membangun loyalitas pelanggan yang kuat melalui inovasi berkelanjutan dan pengalaman konsumen yang personal, sehingga menciptakan hubungan jangka panjang dengan pelanggan (Pereira Daniel, 2024). Reputasi merek juga menjadi aspek penting, dengan citra Nike sebagai pemimpin pasar terus diperkuat oleh inisiatif keberlanjutan seperti Move to Zero dan kolaborasi strategis dengan ikon olahraga terkenal (Pereira Daniel, 2024). Di sisi operasional, Nike menjaga efisiensi dengan mengoptimalkan rantai pasok dan aktivitas penciptaan nilai, memastikan margin keuntungan yang sehat sekaligus mendukung skala produksi global mereka(Pereira Daniel, 2024). Kombinasi strategi ini tidak hanya memungkinkan Nike menciptakan nilai yang diakui oleh pelanggan, tetapi juga meningkatkan kepercayaan mitra dan investor, memperkuat posisinya sebagai pemimpin industri olahraga dan gaya hidup (Pereira Daniel, 2024).
Kesimpulan dan Penutup
Nike, Inc. adalah pemimpin dunia dalam desain dan penyediaan barang-barang olahraga, yang telah membangun reputasi luar biasa melalui inovasi dan pendekatan bisnis yang kuat. Didirikan pada tahun 1964 oleh Bill Bowerman dan Phil Knight, Nike telah muncul sebagai perusahaan olahraga dan kebugaran global terkemuka, yang didedikasikan untuk menginspirasi dan berinovasi bagi setiap atlet (Nike, 2024). Nike, didorong oleh tujuan yang berpusat pada inovasi, ambisi, dan peningkatan pengalaman pelanggan, terus-menerus memperkuat posisinya di pasar dunia (Ava Broussard, 2024). Metodologi Nike untuk pengembangan produk dan layanan selaras dengan Proses Pengembangan Produk/Layanan Baru yang diartikulasikan oleh Bessant dan Tidd (2015). Proses ini mencakup tahapan-tahapan termasuk penciptaan ide, pengembangan konsep, dan komersialisasi, yang memungkinkan Nike untuk secara efisien dan berhasil memperkenalkan barang-barang revolusioner seperti Nike Air, Flyknit, dan Dri-FIT. Nike memanfaatkan fasilitas penelitian dan pengembangan (R&D) yang kuat untuk berinteraksi dengan para spesialis dan atlet elit, memastikan bahwa setiap produk mematuhi standar kualitas dan tuntutan konsumen kontemporer (Narayana et al., 2021). Nike memiliki strategi perlindungan kekayaan intelektual menggunakan paten, merek dagang, dan hak cipta untuk menjaga keaslian penemuannya dan melindunginya dari tiruan pesaing (Bessant dan Tidd, 2015). Perusahaan tersebut memanfaatkan aset pelengkap, termasuk ekosistem distribusi digital melalui Nike.com dan aplikasi Nike Training Club, untuk memberikan pengalaman konsumen yang konsisten dan ditingkatkan (Ava Broussard-Goldsmith, 2024). Nike menghasilkan nilai dengan menggabungkan kualitas produk, inovasi teknis, branding motivasional, dan pengalaman pribadi, yang menumbuhkan loyalitas konsumen dan meningkatkan reputasi merek. Taktik distribusi multi saluran dan pemasaran inovatif, yang ditunjukkan oleh kampanye "Just Do It", terus meningkatkan ikatan emosional dengan pelanggan. Sebaliknya, kampanye Move to Zero menggabungkan komponen tanggung jawab sosial ke dalam nilai merek mereka (Pereira Daniel, 2024). Nike telah membangun ekosistem inovasi dengan menggunakan strategi bisnis yang berpusat pada proposisi nilai, segmentasi pasar, strategi hubungan pemasok, dan aktivitas penciptaan nilai terpadu, yang memungkinkan mereka mempertahankan relevansi dan daya saing di pasar global. Pendekatan ini, yang didukung oleh penghematan operasional dan perlindungan hak kekayaan intelektual, menjamin posisi Nike sebagai pemimpin di sektor penyedia produk olahraga .
Daftar Pustaka
Bessant, J., & Tidd, J. (2015). Innovation and Entrepreneurship. Wiley.
Broussard, A. (2024). Brand assessment of the adaptation of Nike to new consumer trends.
Journal of Marketing Research, 35(3), 213--230.
Broussard-Goldsmith, A. (2024). Brand assessment of the adaptation of Nike to new
consumer trends. International Business Review, 42(1), 15--28.
Eiritz, M. (2014). Covenant not to sue: Managing intellectual property risks in the case of
Already, LLC v. Nike. Journal of Intellectual Property Law, 21(4), 85--97.
Febrita, S., & Endy, P. (2024). Influencer marketing and consumer trust. Jurnal Komunikasi
Pemasaran, 12(2), 45--62.
Muhammad, R., & Endy, P. (2023). Strategi target market dan keuntungan kompetitif. Jurnal
Manajemen dan Bisnis, 10(3), 55--72.
Nabila, R., & Andy, F. (2024). Hubungan antara pengalaman pelanggan dan kepuasan. Jurnal
Pemasaran, 18(1), 33--48.
Narayana, K., Sinha, R., & Chatterjee, A. (2021). Nike: An innovation leader in the
sportswear industry. International Journal of Business Strategy, 17(2), 120--135.
Nike, Inc. (2024). Company profile and mission statement. Nike Annual Report, 24(2), 7--18.
Pereira, D. (2024). The evolution of Nike's business model: Value creation and innovation. Journal of Strategic Management, 29(1), 5--21.
Rachma, D. (2023). Peran supplier dalam mendukung inovasi produk Nike. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 25(4), 89--105.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H