Mohon tunggu...
Muhammad Rajab
Muhammad Rajab Mohon Tunggu... -

32 tahun yang lalu terhitung tahun ini, Dia terlahir dari keluarga yang hidupnya sederhana dan serba pas-pasan. Bahkan terkadang tidak cukup. Pendidikannya ia lalui secara normal tanpa prestasi yang patut dibanggakan dan juga tanpa cacat yang dapat menggagalkan. Pokoknya semuanya biasa-biasa saja. Bapaknya seorang guru SD dan mamanya IRT tulen, anak ke enam dari tujuh bersaudara. Bisa dibayangkan kalau semuanya sekolah, pasti repot biayanya. Berkat ketekunan dan kesabarannya yang pendidikannya serba biasa saja, Ia mampu menyelesaikan pendidikan S1nya pada tahun 2002. Ketika menjadi mahasiswa, Ia sempat ikut-ikutan menjadi anggota organisasi mahasiswa islam dan mengikuti jenjang perkaderannya sampai tingkat Advance Training. Kalau yang ini bisa dibilang prestasi yang lebih jika dibandingkan dengan temannya yang lain. Disela-sela aktifitasnya sebagai penyelenggara pemilu ia senantiasa menulis dan berdiskusi dengan teman-temannya. Salam

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kandidat dan Sikap Masyarakat

2 November 2009   23:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:27 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="" align="alignleft" width="150" caption="Muhammad Rajab"][/caption] ADA yang menyebutnya dengan kandidat. Ada juga yang menamainya dengan calon. Atau peserta pemilu, dan lain-lain. Apapun nama yang dilabelkan padanya ia tetap bermakna sebagai orang yang berkepentingan dalam perebutan kekuasaan dalam Pemilihan Umum. Dialahg yang berkempetisi, bersaing dan bertanding bahkan bertarung untuk memperebutkan simpati masyarakat. Siapa yang mendapatkan suara terbanyak, maka dialah yang menjadi pemenang dan pemegang kekuasaan selama periode yang telah ditentukan. Para kandidat atau apalah namanya, memperebutkan berbagai macam kue kekuasaan yang tersaji dalam meja prasmanan negara demokrasi. Ada kursi Parlemen, ada kursi Presiden dan Wakilnya, ada kursi Gubernur dan Wakilnya dan ada kursi Bupati dan Wakilnya. Tinggal pilih mau memperebutkan yang mana. "Bagimana sikap anda dalam menentukan kandidat yang menjadi pilihan?, tanya seorang kawan dalam suatu kesempatan diskusi dengan masyarakat. Ada yang menjawab “Saya akan memilih kandidat yang saya sudah kenal dan akrab dengan saya, terutama yang ada hubungan keluarga saya, karena saya yakin dia akan memperhatikan saya dan kampung saya apabila dia akan terpilih”  . Tipologi masyarakat seperti ini adalah primordial, dan kebanyakan ahli mengkategorikannya pemilih yang irrasional. Koq bisa ya dikategorikan irrasional? Kalau menurut saya pola menentukan pilihan seperti ini sah-sah saja, dan tidak berkaitan dengan rasional dan irrasional. Kalau itu irrasional, maka banyak juga yang perpendidikan tinggi yang irrasional, sebab menentukan pilihan atas dasar kedekatan kekeluargaan biasa juga digunakan. Tapi yang jelas bahwa ini adalah satu fakta sikap masyarakat terhadap kandidat. Ada yang menjawab “Siapa yang menurut saya yang paling baik, paling bisa dipercaya, dan paling pintar, maka dialah yang akan saya pilih”. Akh… Kalau yang ini ideal cara menentukan pilihannya. Krtiterianya baik, bisa dipercaya, dan pintar. Mungkin ini yang dikategorikan sebagai pemilih yang rasional, yaitu yang memilih berdasarkan visi, misi dan program yang ditawarkan dikombinasikan dengan penilaian terhadap karakter dan kepribadian seorang kandidat. Ada juga yang menjawab “Kalau menurut saya, siapa yang kelihatan berpeluang menang, maka saya akan memilihnya, bahkan bersedia membantu kandidat yang bersangkutan”. Kalau jawaban ini mau dikategorikan tipenya, mungkin akan masuk tipe pemilih yang peramal, karena sudah berhitung membantu dan memilih yang menang. Hebat benar pemilih yang seperti ini. Bahkan, ini lebih hebat dari pengamat. Dan jawaban yang terakhir “Memilih kandidat lebih karena diberikan barang atau materi lainnya”. Ini masuk kategori apa ya…? Masyarakat matre kali! Bisa juga. Anehnya lagi, dalam setiap moment pemilihan tipe pemilih yang seperti ini yang banyak muncul. Mungkin karena sedikit keringat saja sudah bisa mendapatkan uang yang begitu besar. Kemunculan tipe pemilih seperti ini dalam persaingan besar anggap saja sebagai sesuatu yang wajar. Apalagi kondisi ekonomi masyarakat saat ini semakin hari, semakin susah, maka lahirlah sikap prtagmatis seperti ini. Kalau mau jujur bicara seharusnya adalah sebagaimana yang menentukan tiga kriteria diatas, yakni, baik, bisa dipercaya dan pintar. Semua teori pemerintahan maupu kepemimpinan akan berpendapat sama seperti di atas. Hanya saja masalah kemudian ketika dipersentuhkan dengan realitas, teori itu terkadang tidak punya ruang gerak untuk dipraktekkan. Bahkan terkadang berpura-pura untuk tidak mengetahui dengan hal yang ideal itu. Bagaimanapun juga proses politiknya, dan bagaimanapun pola dan standar masyarakat dalam menilai kandidat, pada akhirnya kita herus berusaha untuk menuju masa depan yang lebih baik dari kehidupan kemarin-kemarin. Salam Kompasiana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun