Mohon tunggu...
Muhammad Rajab
Muhammad Rajab Mohon Tunggu... -

32 tahun yang lalu terhitung tahun ini, Dia terlahir dari keluarga yang hidupnya sederhana dan serba pas-pasan. Bahkan terkadang tidak cukup. Pendidikannya ia lalui secara normal tanpa prestasi yang patut dibanggakan dan juga tanpa cacat yang dapat menggagalkan. Pokoknya semuanya biasa-biasa saja. Bapaknya seorang guru SD dan mamanya IRT tulen, anak ke enam dari tujuh bersaudara. Bisa dibayangkan kalau semuanya sekolah, pasti repot biayanya. Berkat ketekunan dan kesabarannya yang pendidikannya serba biasa saja, Ia mampu menyelesaikan pendidikan S1nya pada tahun 2002. Ketika menjadi mahasiswa, Ia sempat ikut-ikutan menjadi anggota organisasi mahasiswa islam dan mengikuti jenjang perkaderannya sampai tingkat Advance Training. Kalau yang ini bisa dibilang prestasi yang lebih jika dibandingkan dengan temannya yang lain. Disela-sela aktifitasnya sebagai penyelenggara pemilu ia senantiasa menulis dan berdiskusi dengan teman-temannya. Salam

Selanjutnya

Tutup

Politik

"Contra Indictio" Demokrasi

31 Oktober 2009   13:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:29 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="" align="alignleft" width="150" caption="Muhammad Rajab"][/caption] Saya memulai pembicaraan dengan teman-teman untuk merencanakan kegiatan Pendidikan Pemilih yang dikemas dalam pola Focus Group Diskusi. Kebetulan antara bulan Oktober dan November kami memiliki waktu yang senggang dalam rutinitas sebagai penyelenggara pemilu. Saya mengajak teman-teman untuk berbuat sesuatu yang bisa menguatkan dan meningkatkan kapasitas masyarakat sehingga melahirkan masyarakat yang berkarakter. Walaupun saya sadar bahwa apa yang dilakukan ini sangat kecil, namun biasanya yang besar itu terjadi karena lahir dari yang kecil. Kesadaran inilah yang membuat saya begitu antusias dan optimis melaksanakan kegiatan yang dimaksud. Peningkatan kualitas pemilu dari waktu ke waktu adalah hal sangat dicita-citakan oleh semua pihak. Peningkatan kualitas ini sangat dipengaruhi oleh seberapa banyak kegiatan pendidikan politik yang dilakukan kepada masyarakat. Kegiatan pendidikan politik yang dilakukan dengan dua tujuan. Pertama, peningkatan kapasitas dan partisipasi masyarakat, dan kedua, sharing pengalaman tentang proses demokrasi yang berlangsung. Dalam konteks demokrasi politik, yang ada adalah kompetisi untuk merebut kekuasaan, lalu ketika kekuasaan diraih, dengan kekuasaan itu akan diarahkan dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Mengukur kualitas pemilu salah satu metodenya adalah dengan mengukur kualitas pemimpin yang dihasilkan dari pemilu itu. Apabila melahirkan pemimpin yang dengan kekuasaannya berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, maka pemilunya akan dianggap berhasil. Bukan hanya sekedar tahapan telah dilakukan dan melahirkan satu pemenang tanpa adanya konflik sosial yang muncul, namun yang lebih substansial adalah lahirnya pemimpin yang mementingkan kehidupan orang banyak. Sepertinya ada yang contra indictio dalam demokrasi, antara kompetisi dan pemimpin yang peduli nasib orang banyak. Mungkinkah kompetisi akan melahirkan pemimpin yang peduli dengan nasib rakyatnya?. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa kompetisi kekuasaan dalam demokrasi selalu dibarengi dengan pengeluaran uang yang begitu besar untuk membiayai operasionalisasi pemenangan bahkan terkadang uang ditukar dengan suara (money politic). Pengeluaran uang dalam jumlah yang besar ini, bagaimanapun juga ketika terpilih nantinya, akan berusaha untuk dikembalikan. Apakah dengan cara yang halal maupun cara yang haram. Ada kaidah yang menyatakan, tidak ada manusia yang mau rugi, semuanya mau untung. Dengan menggunakan kaidah ini dapat dipastikan bahwa kemenangan dalam kempetisi kekuasaan hanya akan melahirkan pemimpin yang akan mengejar kekayaan. Dari sinilah urgensi dari kegiatan pendidikan pemilih dilakukan dalam rangtka membangun kapasitas masyarakat, agar masyarakat tahu hak dan kewajibannya dalam pemilu dan pemerintahan. Dengan demikian masyarakat tidak mudah untuk digiring untuk kepentingan secara pragmatis oleh kekuatan politik tertentu. Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk sharing dengan masyarakat di desa terpencil berkenaan dengan pengalaman penyelenggraan pemilu. Sampai saat ini masyarakat sudah terupgrade pengalaman dan pengetahuannya berkenaan dengan pemilu, sebab beberapa kali sistem pemilu kita mengalami perubahan, namun masyarakat mampu beradaptasi dengan perubahan itu. Salah satu perubahan mendasar dari sistem pemilu kita adalah dari tiga partai politik menjadi banyak partai politik. Perubahan ini tidak membawa konflik vertikal selama proses, padahal sebelumnya beberapa kalangan menghawatirkan dengan kondisi partai politik seperti ini. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah mulai maju. Akhirnya dalam pembicaraan saya dengan teman-teman berkesimpulan bahwa harus ada usaha dari sekarang untuk secara terus-menerus melakukan kegiatan pencerahan politik kepada masyarakat, agar dari waktu ke waktu masyarakat mengalami kemajuan dan hal berdemokrasi. Bagaimanapun juga kualitas pemimpin yang dihasilkan dari seleksi demokrasi akan sangat bergantung dari kualitas masyarakat pemilihnya. Apabilah pemilihnya berkualitas, maka sudah bisa dipastikan akan melahirkan pemimpin yang berkualitas. Kegiatan ini sangat terbatas, sehingga memproritaskan pada daerah-daerah yang terisolir. Semoga bermanfaat. Salam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun