Mohon tunggu...
Muhammad Rajab
Muhammad Rajab Mohon Tunggu... -

32 tahun yang lalu terhitung tahun ini, Dia terlahir dari keluarga yang hidupnya sederhana dan serba pas-pasan. Bahkan terkadang tidak cukup. Pendidikannya ia lalui secara normal tanpa prestasi yang patut dibanggakan dan juga tanpa cacat yang dapat menggagalkan. Pokoknya semuanya biasa-biasa saja. Bapaknya seorang guru SD dan mamanya IRT tulen, anak ke enam dari tujuh bersaudara. Bisa dibayangkan kalau semuanya sekolah, pasti repot biayanya. Berkat ketekunan dan kesabarannya yang pendidikannya serba biasa saja, Ia mampu menyelesaikan pendidikan S1nya pada tahun 2002. Ketika menjadi mahasiswa, Ia sempat ikut-ikutan menjadi anggota organisasi mahasiswa islam dan mengikuti jenjang perkaderannya sampai tingkat Advance Training. Kalau yang ini bisa dibilang prestasi yang lebih jika dibandingkan dengan temannya yang lain. Disela-sela aktifitasnya sebagai penyelenggara pemilu ia senantiasa menulis dan berdiskusi dengan teman-temannya. Salam

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

THR Buat Kompasianer

19 September 2009   04:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:42 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Assalamu Alaikum Wr. Wb. Kurang lebih dua minggu yang lalu, menjadi waktu bagi saya untuk memulai kegiatan baca-membaca dan tulis-menulis di media kompasiana, walaupun dalam hal bertualang dalam dunia maya sudah cukup lama. Mungkin saya bisa mengatakan bahwa ada kesamaan aktifitas antara saya dengan kawan yang senantiasa setia bersama kompasiana. Atau yang selalu bertualang dalam dunia maya, Apa itu? Duduk. Ya, duduk di hadapan laptop ataukah perangkat lain yang digunakan yang bisa membuat kompasianer lupa dengan keadaan yang ada disekitarnya, bahkan bisa juga lupa kepada istri dan dirinya. Wah… bisa gawat. Lupa kepada diri yang saya maksudkan disini, ketika sudah berjam-jam duduk di hadapan laptop namun tidak juga memperhatikan kondisi dirinya yang sudah capek dan ngantuk. Keadaan ini akan berbahaya terhadap kesehatan dirinya. Saya dalam berinteraksi dengan dunia maya, bisa sampai seharian bahkan malamnya lagi, duduk dihadapan laptop. Mulai dari pagi, siang, sore, bahkan dilanjutkan lagi ketika malam hari. Pernah suatu ketika ada kawan saya yang sangat prihatin terhadap saya dengan kondisi ini, dan memang juga saya biasa merasakan efeknya terhadap kesehatan saya. Mungkin hal ini juga dirasakan oleh kawan yang lain. Duduk dan duduk berjam-jam, behkan berhari-hari tanpa terasa terlewatkan dengan melahirkan kecapean yang begitu dalam. Namun, tatkala berhadapan lagi dengan laptopnya kecapean itu sirna seketika, entah pergi kemana. Pada kesempatan ini saya menulis sekedarnya, sepanjang pengetahuan saya soal pengaruh duduk terhadap kesehatan manusia. Walaupun mungkin bidang ini bukan menjadi domain latarbelakang pendidikan saya, namun saya dapatkan dari diskusi dengan orang yang mumpuni dibidang itu. Dalam sebuah kesempatan diskusi pengaruh banyak duduk terhadap kesehatan manusia, diungkapkan bahwa duduk terlalu lama duduk berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Pengaruhnya bersifat tidak langsung. Yaitu, Pertama, bila seseorang duduk terus, maka kegiatan minumnya dapat berkurang. bila minum berkurang, maka ginjal akan memekatkan urin, dan salah satu efeknya bisa memicu terjadinya batu ginjal. Kedua, bila seseorang duduk terus, maka bila ia tidak kencing dalam waktu lama, maka pada orang yang bersangkutan rentan endapan lebih mudah membentuk batu. Olehnya itu, bagi yang banyak melakukan aktifitas duduk, juga harus banyak minum air untuk tetap menjaga kesehatan. Mengapa? Selain mengindari efek negatif tersebut diatas, juga beberapa alasan berikut ini ; Kira-kira 80% tubuh manusia terdiri dari air, malah ada beberapa bagian tubuh kita yang vital memiliki kadar air diatas 80%, yakni Otak dan Darah. Otak memiliki kadar air 90%, sedangkan darah memiliki kadar air 95%. Sementara jatah minum manusia normal 2 liter sehari, atau 8 gelas sehari. Air sebanyak itu diperlukan untuk menggatikan cairan yang keluar melalui, air seni, keringat dan pernafasan. Apa yang terjadi apabila konsumsi air kurang dari 2 liter? Tubuh akan menyeimbangkan diri dengan caranya sendiri. Bagaimana? Dengan cara menyedot air dari komponen tubuh yang lain, yaitu Darah dan Otak. Wih… mengerikan. Akibatnya, darah yang disedot airnya akan menjadi kental, sehingga peredarannya dalam tubuh menjadi kurang lancar. Saat melewati ginjal, ia –ginjal- akan bekerja ekstra keras untuk menyaring darah. Kejadian inilah yang bisa menyebabkan terjadinya perobekan pada glomerolus ginjal. Akibatnya air seni mulai kemerahan, pertanda mulai bocornya saringan ginjal. Kemudian, bagaimana ketika darah yang kental ini melewati otak? Perjalanannya juga akan terlambat, sehingga otak tidak lagi encer. Lambatnya aliran darah di otak mengakibatkan sel-sel otak cepat mati dan tidak berfungsi lagi. (Dikutip dari catatan kawan saya di Facebook, Rizal Hatta) Maka, Berbagai macam penyakit akan dengan mudah menghinggapi kita yang kurang mengkonsumsi air!!! Akhirul kalam, Menurut cerita Jalaluddin Rakhmat, bahwa seorang jepang yang menaruh perhatian yang cukup serius terhadap keajaiban air, Dr. Masaru Emoto, melakukan eksperimen terhadap air yang diperlakukan secara berbeda. Satu tabung yang berisi air diperlakukan biasa, Satu tabung yang diapresiasi, dan Satu tabung yang didepresiasi. Hasilnya menakjubkan. Air dalam tabung yang diperlakukan biasa, keadaan kristal air relatif tak terbentuk dan memiliki sifat samar-samar dan kabur. Sementara air pada tabung yang diapresiasi keadaan kristalnya sungguh menakjubkan formasi kristalnya jelas, cermat dan indah. Sedangkan air yang didepresiasi kristalnya kacau, pecah dan semrawut. Penelitian ini menunjukkan bahwa air mengerti bahasa manusia. Semoga ini bisa menjadi THR buat teman semuanya. Selamat mencoba. Selamat hari Raya Idul Fitri 1430 H, Mohon maaf lahir dan batin. Salam Kompasiana. Masamba, 19 September 2009

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun