Pemikiran Suhrawardi tentang penciptaan alam semesta memiliki relevansi yang kuat dalam konteks filsafat dan teologi Islam. Konsepnya tentang Intelek Agung dan iluminasi bukan hanya memperkaya pemahaman kita tentang penciptaan alam semesta, tetapi juga menawarkan sudut pandang yang unik dalam mempertimbangkan hubungan antara Tuhan, manusia, dan alam semesta. Dalam konteks ini, Suhrawardi dapat dilihat sebagai penghubung antara tradisi filsafat Yunani klasik dan filsafat Islam, menciptakan sintesis yang menghargai kedalaman spiritual dan keberadaan ilmu pengetahuan.
 Perbedaan dengan pandangan al-farabi
   Berbeda dengan Suhrawardi, Al-Farabi, seorang filsuf Muslim terkenal dari abad ke-9, mengusulkan pandangan yang lebih terkait dengan Aristotelesianisme. Bagi Al-Farabi, alam semesta dilihat sebagai sebuah proses yang diatur dan terencana, di mana Tuhan bertindak sebagai "penyebab pertama" (al-illah al-awwal). Pandangannya menekankan pada ide bahwa alam semesta mengalami penciptaan sekali jalan dari ketiadaan menuju keberadaan.
Sementara Suhrawardi mempertimbangkan proses penciptaan sebagai refleksi dari kehadiran Ilahi yang berkelanjutan, Al-Farabi memfokuskan pada konsep ketertiban dan gerakan yang diatur oleh Tuhan dalam alam semesta. Perbedaan ini mencerminkan perbedaan dalam cara memahami hubungan antara Tuhan, alam semesta, dan proses penciptaan dalam tradisi filsafat Islam.
Perbedaan dengan pandangan al-ghazali
    Pandangan Suhrawardi juga berbeda dengan pandangan Al-Ghazali, seorang teolog dan filsuf terkemuka dari abad ke-11. Al-Ghazali mengusulkan bahwa alam semesta adalah hasil dari penciptaan langsung oleh Tuhan, di mana Tuhan adalah penyebab langsung dari segala sesuatu yang ada. Pandangannya menekankan pada aspek ketuhanan yang absolut dalam proses penciptaan alam semesta, sementara Suhrawardi lebih menekankan pada aspek manifestasi kehadiran Ilahi yang terus-menerus dalam penciptaan.
   Al-Ghazali juga menyoroti peran penting iman dan wahyu dalam pemahaman manusia tentang penciptaan, sedangkan Suhrawardi lebih cenderung menuju penjelasan rasional dan kosmologis terhadap penciptaan alam semesta. Perbedaan ini mencerminkan fokus yang berbeda dalam pendekatan mereka terhadap hubungan antara akal, iman, dan alam semesta dalam konteks keberadaan dan penciptaan
              Kesimpulan
    Pandangan Suhrawardi tentang konsep penciptaan alam semesta menawarkan perspektif yang kaya dan kompleks dalam tradisi pemikiran Islam. Dengan menekankan konsep pemancaran Ilahi yang berkelanjutan dan penafsiran kosmologis yang lebih filosofis, Suhrawardi menawarkan alternatif terhadap pandangan Al-Farabi yang lebih terkait dengan Aristotelesianisme dan pandangan Al-Ghazali yang lebih teologis.
Pemahaman Suhrawardi tentang penciptaan alam semesta mempertimbangkan aspek-aspek ontologis dan metafisik yang menempatkannya sebagai salah satu tokoh utama dalam perkembangan kosmologi dalam tradisi Islam. Dengan cara ini, kontribusinya tidak hanya mengenai penciptaan itu sendiri, tetapi juga tentang bagaimana manusia dapat memahami hubungan mereka dengan alam semesta dan penciptanya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H