Indonesia menggambarkan islam menggunakan konteks di media social influencer. Gelombang baru influencer atau pengaruh dalam media social telah muncul dikomunitas muslim, istilah influencer yang muncul sebagai manifestasi bentuk baru seniman atau selebriti yang sampai saat ini hanya dipahami sebagai gambaran public ditelevisi. Zaman Sekarang untuk menjadi terkanal secara instan yaitu melalui media social influencer.
Pada definisi lain, Hayes menjelaskan asumsi ini dengan menyatakan bahwa influencer adalah pihak ketiga penting yang mempengaruhi Keputusan pembelian pelanggan serta bertanggung jawab karena dalam mempromosikan suatu produk, influencer akan diwajibkan untuk mereview produk sendiri dan jujur ulasan kepada pengikut (Brown and Hayes, 2008).
Pengaruh media sosial adalah pemimpin yang tersurat, pemimpin inovatif ini membuat konten islam lebih mudah didekat dan melibatkanpemuda/I muslim, yang membedakan mereka dari pemimpin tradisional. Masa depan konten agama islam di platform digital tidak pasti karena kemajuan AI dan Otomatisasi. Kecerdasan buatan dan bot dapat menciptakan konten dan fatwas agama yang disesuaikan. Memahami bagaimana gummies memperhatikan individualitas dan otoritas sangat penting dalam budaya otomatis saat ini karena terjadi ketimpangan dalam otoritas agama.
Penting bagi para ahli komunikasi menjadi penguasa media yang otoritas bukan menjadi penguasa yang otoriterisme, karena dengan memiliki kekuasaan yang otoritas yang tetap memegang teguh nilai-nilai keislaman  seperti orang yang berpengaruh atau influencer akan lebih bermanfaat untuk para pengikutnya dan bermaslahat untuk semua orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H