Mohon tunggu...
Muhammad Rafly Setiawan
Muhammad Rafly Setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Manager Pemantauan Nasional Netfid Indonesia

Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang memiliki hobi travelling, menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kecanduan Handphone

14 Desember 2024   16:39 Diperbarui: 14 Desember 2024   17:31 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://lifestyle.kompas.com/read/2020/08/25/184121620/kecanduan-ponsel-tanda-depresi-benarkah

Meskipun kita bisa terhubung dengan teman-teman dan keluarga melalui aplikasi pesan, komunikasi digital sering kali tidak dapat menggantikan komunikasi tatap muka yang lebih kaya emosi.

Dalam komunikasi fisik, kita merasakan koneksi yang lebih mendalam seperti melihat ekspresi wajah, nada suara atau bahasa tubuh, semua yang hilang ketika kita hanya berinteraksi melalui teks atau emoji.

Apa yang akan terjadi jika Kita Melepaskan Diri dari Handphone?

Kecanduan handphone sudah sedemikian kuat dalam kehidupan kita sehari-hari, sehingga membayangkan hidup tanpa perangkat ini terasa seperti gagasan yang mustahil.

Namun, apakah itu benar-benar mustahil? Apakah kita dapat kembali ke cara hidup yang lebih real dan lebih terhubung dengan dunia nyata tanpa harus selalu bergantung pada perangkat digital?

Berdasarkan laporan dari World Health Organization (2024), bahwa semakin banyak individu yang mulai melakukan 'detoks digital' sebagai cara untuk mengatasi kecanduan teknologi.

Hal ini dilakukan dengan membatasi waktu yang dihabiskan di depan layar, menetapkan waktu bebas perangkat, dan bahkan berusaha untuk menikmati aktivitas fisik atau sosial yang nyata, bukan yang virtual.

Kendati terlihat sulit, ini adalah langkah pertama menuju kehidupan yang lebih seimbang, dimana kita bisa menikmati interaksi sosial yang lebih autentik, mengurangi stres, dan meningkatkan kesejahteraan psikologis. 

Dengan demikian, bersesuaian dengan sebuah studi dari Harvard Medical School (2024), bahwa para ahli kesehatan mental menyarankan agar kita mulai menyeimbangkan penggunaan teknologi dengan aktivitas yang lebih meningkatkan kualitas hidup seperti berjalan kaki di alam, berolahraga, atau menghabiskan waktu dengan orang-orang terdekat secara langsung.

Ini tidak hanya membantu kita mengurangi stres, tetapi juga memperbaiki kualitas hubungan sosial kita. Bahkan, kita akan kembali benar-benar nyata.

Hidup di Layar atau Hidup Nyata?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun