Seiring berjalannya waktu, handphone telah bertransformasi menjadi lebih dari sekadar perangkat komunikasi.
Dengan kemampuan untuk mengakses hampir semua informasi di dunia hanya dengan beberapa ketukan jari, handphone mengajak kita untuk terus terhubung dan terlibat dalam arus informasi yang tak henti-hentinya.
Bahkan, handphone tidak hanya menjadi alat untuk bekerja, tetapi juga menjadi sarana hiburan utama seperti menonton video, bermain game, mendengarkan musik atau hanya sekedar scroll media sosial untuk melihat apa yang dilakukan orang lain.
Fenomena ini selaras dengan studi oleh yang dilakukan American Psychological Association (2023), bahwa kebiasaan mengecek handphone setiap beberapa menit dapat memengaruhi otak kita, menghasilkan dorongan dopamin yang memuaskan, namun pada saat yang sama juga mengurangi kapasitas kita untuk fokus.
Multitasking yang dianggap sebagai kebiasaan produktif, ternyata tidak seefektif yang kita kira. Dalam penelitian tersebut juga ditemukan bahwa otak manusia hanya dapat fokus pada satu hal dalam satu waktu dengan efisien.
Jadi, apabila kita melibatkan handphone dalam setiap aktivitas, kita mengalihkan perhatian kita dari tugas yang lebih penting, menyebabkan penurunan kualitas pekerjaan dan meningkatkan tingkat stres.
Dunia yang Semakin Terisolasi?
Jika kita merenung sejenak, seberapa sering kita melihat orang-orang yang duduk bersama, namun masing-masing sibuk dengan layar handphone mereka?Â
Situasi ini sangat umum, terutama di tempat-tempat umum atau pertemuan sosial. Alih-alih berinteraksi secara langsung, mereka terjebak dalam dunia maya mereka masing-masing.
Ini adalah fenomena yang sudah sangat terlihat, dan kita sering kali tidak menyadari bahwa kita adalah bagian dari masalah ini.
Hal tersebut terekam jelas dalam penelitian yang dilakukan University of Pennsylvania (2023) yang menemukan bahwa semakin banyak waktu yang dihabiskan untuk berinteraksi dengan dunia maya melalui handphone, semakin besar pula rasa kesepian yang dialami individu tersebut.