Mohon tunggu...
Muhammad Rafly Setiawan
Muhammad Rafly Setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Manager Pemantauan Nasional Netfid Indonesia

Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang memiliki hobi travelling, menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Kotak Kosong Menang Pilkada 2024, Apakah Kemenangan Demokrasi atau Puncak Keputusasaan?

1 Desember 2024   13:50 Diperbarui: 1 Desember 2024   14:33 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://nasional.kompas.com/read/2024/09/08/08000001/kotak-kosong-vs-calon-tunggal-pilkada-2024--bagaimana-mekanisme-pemilu?page=all

Namun protes tersebut, tidak lebih dari isyarat kosong yang tidak akan didengar oleh siapa pun. Tidak ada perubahan yang akan terjadi hanya karena kotak kosong memenangkan lebih banyak suara daripada calon manapun.

Hal ini terekam jelas dalam teori Political Alienation yang dibahas oleh Karp & Banducci (2020), bahwa semakin banyak orang yang merasa teralienasi dari sistem politik, semakin besar kemungkinan mereka akan memilih untuk tidak berpartisipasi maupun memilih untuk mengosongkan surat suara atau dengan kata lain memilih kotak kosong.

Namun protes tersebut, kendati berbicara dengan lantang, tapi pada akhirnya tidak memberikan dampak nyata pada sistem politik itu sendiri. Tidak ada perbaikan yang terjadi disebabkan suara yang hilang (suara yang memilih kotak kosong), karena tidak mengarah pada perubahan struktural dalam politik lokal. Tidak ada yang mendengarkan, dan tidak ada yang berubah.

Ketika Semua Pilihan Sama Buruknya

Ada satu kesimpulan yang dapat kita tarik benang merahnya dalam fenomena tersebut, yaitu apabila kotak kosong memenangkan lebih banyak suara, itu berarti sistem politik lokal kita gagal menyediakan pilihan yang berkualitas.

Dimana kita bisa menemukan calon-calon yang memiliki integritas, visi yang jelas, dan kemampuan untuk mengelola pemerintahan dengan baik. Mengapa para calon yang ada tampak lebih tertarik untuk mencari popularitas melalui media sosial daripada menawarkan solusi konkret untuk masalah yang dihadapi masyarakat?

Menurut Teorell et al. (2015), bahwa partai politik yang gagal menciptakan calon-calon yang kredibel hanya  akan berisiko kehilangan kepercayaan pemilih.

Ketika calon yang tersedia tidak memenuhi harapan pemilih, ketidakpercayaan tersebut akan memuncak dan pada akhirnya pemilih akan memilih untuk tidak memilih sama sekali atau bahkan memilih kotak kosong.

Ini adalah refleksi kegagalan yang nyata, dimana sistem politik yang ada lebih fokus pada kepentingan pribadi maupun kelompok daripada kepentingan masyarakat.

Efek Jangka Panjang dari Kemenangan Kotak Kosong

Apabila kita terus-menerus menyaksikan fenomena kemenangan kotak kosong, dampak jangka panjangnya bisa sangat merusak bagi "kesehatan" demokrasi kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun