Mohon tunggu...
Muhammad Rafly Setiawan
Muhammad Rafly Setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Manager Pemantauan Nasional Netfid Indonesia

Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang memiliki hobi travelling, menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Harapan yang Menguap

27 November 2024   06:08 Diperbarui: 27 November 2024   06:16 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: radarcirebon.bacakoran.co

Hari ini, kita berdiri di balik bilik suara,
Dengan hati yang penuh harap, meski sedikit terluka.
Pilkada Serentak 2024, katanya saat yang menentukan,
Tapi apakah kita benar-benar tahu, siapa yang kita pilih?

Mereka datang dengan senyum penuh janji,
"Pembangunan, kesejahteraan, semua untuk rakyat!"
Kata-kata itu indah, seperti lagu yang kita dengar,
Tapi kenapa setiap janji selalu berakhir di langit, lalu menghilang?

Kita, si pemilih, yang katanya punya kuasa,
Berpikir keras, memilih dengan segala pertimbangan.
Tapi pada akhirnya, kita hanya memilih wajah baru,
Yang janji-janji lamanya masih terngiang di telinga.

Dari calon yang satu ke calon yang lain,
Semua mengatakan hal yang sama, "Saya yang terbaik!"
Tapi apakah kita hanya terjebak dalam ilusi,
Memilih yang paling manis, meski tahu itu mungkin hanya tipu daya?

Jari kita menari di atas kertas suara,
Mencoret nama dengan harapan, tapi dengan keraguan.
"Apakah kali ini akan berbeda?" kita bertanya dalam hati,
Tapi di ujung pikiran, kita tahu jawabannya, tidak!

Mereka yang berlomba berbicara tentang perubahan,
Tapi perubahan itu sepertinya hanya ada dalam pidato.
Setiap kalimat terasa seperti lagu pengantar tidur,
Yang menenangkan kita, namun tak membawa kita ke mana-mana.

Ah, kita para pemilih, seolah tak pernah belajar,
Berharap pada janji-janji yang selalu terulang.
Tapi mungkin, kita hanya pelaku dalam drama ini,
Duduk di kursi penonton, menunggu akhir yang tak kunjung tiba.

Hari ini, kita memilih, karena kita harus memilih,
Karena kata mereka, suara kita akan mengubah nasib.
Tapi entah mengapa, setiap kali kita selesai memilih,
Rasanya seperti memilih antara dua jalan yang sama buruknya.

Jadi, apa yang kita harapkan, sebenarnya?
Pemimpin baru, janji baru, atau hanya sedikit perubahan?
Atau mungkin kita hanya berharap,
Setelah Pilkada ini, kita bisa tidur nyenyak,
Tanpa memikirkan jalan rusak, sekolah yang kekurangan buku, dan anak-anak yang putus sekolah.

Hari ini kita memilih, dengan setengah hati,
Menyisakan sedikit harap, sedikit cemas, sedikit kecewa.
Karena kita tahu, esok hari tetap akan datang,
Dengan janji baru, wajah baru, dan kisah yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun