Penulis: Muhammad Rafli, Bimaris Tranoya Laut, Muhammad Al Hafiz, Naluri Siyasah Islami, Yovielachicha Khairunisa.Â
Dosen Pembimbing: Yulina Eva Riani, SP., M.Ed., PhD dan Dr. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si.
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia IPB University
Kehidupan berkeluarga seringkali menghadapi berbagai permasalahan kompleks seperti ketidakcocokan pendapat, pertengkaran, perselingkuhan bahkan kekerasan dalam rumah tangga yang akhirnya memicu perceraian. Pada tahap lanjut, perceraian membuat orang tua sebagai single parent memutuskan untuk menikah kembali (remarriage).Â
Di Indonesia, keluarga hasil remarriage disebut keluarga tiri atau keluarga sambung.Â
Lantas, kendala apa yang dialami keluarga tiri?
Pada dasarnya, kendala utama yang dialami keluarga tiri adalah komunikasi. Pada tahap awal keluarga remarriage, hubungan antara orang tua tiri dengan anak tiri sangat lemah.
Pola komunikasi keluarga tiri bersifat sangat kompleks. Hal ini disebabkan adanya unsur sosial dan budaya baru yang berasal dari anggota keluarga pendatang.
Meskipun demikian, komunikasi antara keduanya harus dibangun dan diperkuat seiring berjalannya waktu. Hubungan antara anak dan orang tua tiri akan bersifat tidak linier, dinamis, selalu ada perubahan, memiliki eskalasi, dan melibatkan kognisi, perasaan, sikap, serta perilaku.Â
Komunikasi menjadi kunci penting dalam membangun keharmonisan di dalam keluarga tiri