Konflik antara Rusia-Ukraina telah menjadi salah satu isu internasional yang paling mendalam dan kompleks dalam beberapa tahun terakhir ini. Terlebih, konflik ini menjadi semakin intens sejak invasi yang dilakukan Rusia pada Februari 2022 dan telah menjadi sorotan utama bagi media massa global saat ini. Tentunya, pemberitaan media mengenai konflik ini bukan hanya akan mempengaruhi pemahaman publik tetapi juga akan membentuk persepsi mengenai siapa yang salah dan siapa yang benar dalam konteks narasi konflik yang lebih besar. Dalam konteks pembahasan artikel ini, teori Agenda Setting dan Framing itu tentunya akan memainkan peran penting dalam membangun persepsi publik terhadap konflik antara Rusia-Ukraina, media Barat khususnya yang memiliki pengaruh signifikan dalam menentukan isu-isu mana yang dianggap penting dan bagaimana isu-isu tersebut nantinya akan disajikan kepada publik (Debora 2017).Â
Awal mula konflik ini berakar dari ketegangan yang sudah lama terjadi antara Rusia dan Ukraina, termasuk dukungan Rusia terhadap kelompok separatis di wilayah Donbas dan tentunya aneksasi Krimea yang dilakukan oleh Rusia pada tahun 2014. Invasi yang terjadi pada 24 Februari 2022 menandai eskalasi yang signifikan dalam ketegangan ini dan memicu reaksi internasional yang luas. Media Barat tentunya memanfaatkan momen ini dan segera melaporkan peristiwa ini dengan fokus utama pemberitaan mereka pada dampak kemanusiaan dan agresi militer yang dilakukan oleh Rusia. Framing media yang dilakukan oleh media Barat tentunya akan memiliki dampak besar terhadap bagaimana publik memahami konflik ini. Ketika sebuah media mengedepankan narasi tertentu seperti penderitaan rakyat Ukraina dan agresi Rusia, mereka tidak hanya memberitakan fakta tetapi juga membentuk opini publik mengenai siapa pelaku dan siapa korban (Nisa 2023).
Dalam teori agenda setting dijelaskan bahwasanya media itu tidak hanya memberitakan berita tetapi juga akan mempengaruhi hal apa saja yang dianggap penting bagi publik. Tentunya, melalui pemilihan isu untuk diliput dan cara penyajian informasi, media dapat membentuk persepsi masyarakat terhadap suatu konflik. Sedangkan teori framing berfokus pada cara media menyusun dan menyajikan berita, yang dapat mempengaruhi cara audiens memahami isu tertentu (Romadon 2022). Menurut Robert N. Entman, framing dalam media itu melibatkan pemilihan beberapa aspek dari suatu realitas untuk menonjolkan dan mengabaikan aspek lainnya, sehingga akan membentuk interpretasi tertentu dalam pikiran publik (Ananda and Putra 2023). Dalam konteks konflik Rusia-Ukraina, media tentunya memiliki kekuatan untuk menentukan narasi yang dominan, baik itu melalui pemilihan kata, penekanan pada fakta tertentu atau bahkan pengabaian konteks yang relevan.
Dalam konteks konflik yang terjadi antara Rusia-Ukraina, media Barat sering kali menekankan narasi tertentu yang mendukung pandangan bahwa Rusia adalah agresor utama dalam konflik ini. Media Barat seperti BBC dan CNN sering kali menyoroti invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina sebagai agresi militer yang tidak beralasan (Nisa 2023). Media seperti BBC, CNN dan The New York Times menggunakan framing yang menyoroti penderitaan rakyat Ukraina akibat invasi militer Rusia, seperti melaporkan tentang jumlah pengungsi yang meningkat dan dampak serangan terhadap infrastruktur sipil, sehingga menciptakan citra Rusia sebagai pelanggar hak asasi manusia. Pemberitaan mereka cenderung menekankan dampak kemanusiaan dari konflik tersebut, termasuk jumlah korban sipil dan pengungsi yang dihasilkan dari invasi (Bisri et al. 2022).Â
Namun, tentunya ada juga kritik terhadap pemberitaan ini, di mana beberapa analis berpendapat bahwa media Barat sering kali mengabaikan konteks sejarah yang lebih luas dari konflik ini. Seperti hubungan Ukraina dengan NATO dan Uni Eropa yang sering kali tidak dijelaskan secara mendalam, sehingga pembaca mungkin tidak memahami alasan di balik tindakan yang dilakukan oleh Rusia. Sementara media Barat cenderung menekankan aspek kemanusiaan dari konflik ini, media dari negara-negara non-Barat seperti Tiongkok memiliki pendekatan berbeda. Media Tiongkok lebih cenderung untuk menyoroti upaya diplomatik dan menghindari menyebut tindakan Rusia sebagai invasi. Pendekatan ini mencerminkan kepentingan politik Tiongkok dalam menjaga hubungan baik dengan Rusia. Dalam hal ini, perbedaan dalam agenda setting dan framing antara media Barat dan non-Barat menunjukkan bagaimana kepentingan geostrategis dapat mempengaruhi cara pemberitaan dilakukan. Media Barat berfokus pada dampak konflik terhadap stabilitas Eropa dan kemanusiaan, sementara media non-Barat lebih menyoroti aspek geopolitik dan diplomatik (Nathanael, Sutowo, and Astuti 2022).
Dalam pemberitaan yang tidak seimbang dapat menyebabkan polarisasi opini di kalangan masyarakat. Ketika satu narasi mendominasi pemberitaan, individu dengan pandangan berbeda mungkin merasa tertekan untuk tidak menyuarakan pendapat mereka, fenomena ini mungkin lebih dikenal sebagai Spiral of Silence. Hal ini tentunya akan menciptakan lingkungan di mana hanya pandangan mayoritas yang terdengar, sementara suara-suara alternatif terpinggirkan (Puspita 2023). Oleh karena itu, jika dilihat melalui teori agenda setting dan teori framing, kita dapat melihat bagaimana media Barat membentuk persepsi publik tentang konflik Rusia-Ukraina dengan memilih isu-isu tertentu untuk diliput dan cara penyajian informasi tersebut. Melalui pemilihan kata, penekanan pada fakta tertentu, dan pengabaian konteks sejarah yang relevan, media tentunya dapat membuat sebuah narasi yang mempengaruhi bagaimana nantinya masyarakat akan memahami dan merespons konflik tersebut. Oleh karena itu, sebagai saran penting untuk kita sebagai konsumen berita untuk bersikap kritis terhadap informasi yang disajikan oleh media dan mencari perspektif yang beragam agar dapat memahami kompleksitas situasi secara lebih menyeluruh. Dengan meningkatnya ketegangan global terkait konflik ini, analisis agenda setting dan framing akan terus menjadi alat penting dalam memahami bagaimana media dalam hubungan internasional memengaruhi opini publik dan kebijakan internasional di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H