Mohon tunggu...
Muhammad Rafid009
Muhammad Rafid009 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Diri saya hanyala seorang mahasiwa yang apabila stress akan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Keunikan Tradisi, Budaya, dan Sejarah Minangkabau

19 Juni 2024   23:20 Diperbarui: 19 Juni 2024   23:33 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sumatera Barat merupakan salah satu daerah di Indonesia yang masih kental akan adat, tradisi, budayanya pasalnya Sumatera barat itu sendiri di huni  mayoritas oleh etnis Minangkabau. Minangkabau itu sendiri berasal dari kata manang dan kabau dalam artian bahasa Indonesia berarti Menang kerbau.

Dalam Sejarahnya, pada masa itu hadir sebuah kerajaan padang panjang di sumatera barat yang merupakan kerajaan yang kaya akan rempah-rempah , emas dan juga memiliki tanah yang subur pasalnya di kerajaan tersebut terdapat gunung marapi sehingga menyebabkan lahan pertanian subur, kemudian kabar terkait megahnya kerajaan padang panjang ini tersebar hingga ke salah satu raja di jawa ( Majapahit ).

Kemudian raja jawa tersebut pergi ke sumatera barat bersama ribuan pasukan ke sumatera barat tersebut tujuan mereka datang ialah mengambil alih kerajaan padang panjang itu, kemudian terjadilah suatu perundingan yang pada saat Datuak Katumanggungan dan Datuak Parpatiah nan Sabatang sebagai pemimpin kerajaan padang panjang tersebut. Kedua Datuak itu merasa khawatir karena melihat jumlah pasukan yang dibawa oleh raja jawa, kemudian dimulai lah perundingan di antara kedua datuak dengan catri terkait solusi atas masalah tersebut, dan pada intinya si catri ini mengatakan cara untuk melawan orang yang mempunyai kekuatan besar hanyalah dengan kecerdikan, setelah perundingan selesai catri memutuskan untuk menemui raja jawa.

Sesampai di tempat raja jawa dengan mengatasnamakan rakyat Sumatera Barat, Catri menyampaikan kepada Raja Jawa bahwasannya menurut warga Sumatera Barat , Sebagaimana makhluk yang suka berperang atau berantem adalah hewan, bukan manusia, Catri kemudian memberi usulan kepada raja jawa untuk mengadakan adu kerbau, raja pun setuju dan menyiapkan kerbau dengan ukuran besar dan sangar.

Akan tetapi kerbau milik Datuak Katumanggungan dan Datuak Parpatih nan Sabatang memilih anak kerbau yang kecil, nah sebelum terjadi adu kerbau tersebut anak kerbau di puasakan terlebih dahulu  untuk minum susu, alasan dibalik itu ialah supaya anak kerbau akan mencari susu dari induknya dan merasa kehausan. Sebelum adu kerbau dilakukan kerbau milik kedua Datuk itu di pasang tanduk besi dan taji dan pada saat adu kerbau tersebut benar saja anak kerbau itu mencari- mencari susu dari kerbau milik Raja Jawa tersebut, akibatnya perut dari kerbau Raja jawa tersebut menjadi robek dan akhirnya mati. Nah itulah Asal usul nama Minangkabau yang berasal dari kata manang ( menang ) kabau ( kerbau ) .

Setelah kita mengetahui asal muasal penamaan etnis MInangkabau ini, Minangkabau juga  memiliki tradisi dan budaya yang sangat unik pasalnya Minangkabau itu sendiri juga memiliki pembagian suku- suku yang awal mulanya terbagi atas dua suku utama yakni suku Koto Piliang yang didirikan oleh Datuak Katumanggungan dan suku Bodi Chaniago yang didirikan oleh Datuak Partiah nan Sabatang, Seiring berkembangnya zaman dua suku tersebut kemudian berkembang menjadi banyak suku yakni suku Ampu, Andomo, Bacin, Balaigamba Balaimansiang/ Mansiang, Banuampu, Baringin, Bariang, Bapayuang, Baraguang, Buluhkasok, Batupahek, Batukambiang, Bendang, Bicu, Bodi, Bonua, Chaniago, Cupak, Dalimo, Domo, Durian, Galapuang, Gantiang, Guci, Gudam, Gugun, Jambak, Kabaru, Kalumpang, Katapang, Kampal, Koto, Koronggadang, Korongpanjang, Korongdalam, Kutianyie, Limokorong, Lubukbatang, Maih, Malayu, Mandahiliang, Manadaliko, Mejan, Muarobasa, Nanlimo, Nananam, Nantujuah, Nansambilan, Nangkopuh/ Kondang kopuh, Pagacancang, Parikcancang, pangian, Panampuang, Pauh, Panai, Panai Linjuang, Panyalai, Piboda/Payoboda, Piliang, Pinyangek, Pitopang/Patopang, Pungkuik, Ponggang, Rajodani, Salayan, Salo, Sambilan, Sikumbang, Sijangko, Simauang, Sigandang, Sidaua, Simabua, Sinapa, Singkuan, Singkuang, Sipisang, Sitabek, Sitibambago, Situnggang, Soborang, Sumagek, Sumpu, Sumpadang, Supanjangang, Tampunik, Tanjuang, Tambangpadang, Tigolareh, Tobo, Tujuah, Tujuahindu, Tigoniniak, Pembagian suku di Minangkabu tersebut menganut sistem keturunan matrilineal.

Matrilineal merupakan suatu adat masyarakat yang mengatur jalan ( alur ) keturunan berasal pihak ibu. Matrilineal ini berasal dari 2 kata dari Bahasa Latin, yaitu mater dan linea maksudnya mater itu berarti ibu dan linea berarti garis, jadi kesimpulannya mengikuti garis keturunan yang ditarik dari pihak ibu, sistem Matrilinel ini juga sangat berpengaruh terhadap pernikahan di Minangkabau.

Dalam pernikahan Minangkabau sendiri mempunyai larangan, larangan tersebut berupa masyarakat Minangkabau tidak boleh menikahi sesama suku, apabila melanggar larangan akan mendapatkan sanksi berupa dikucilkan dari keluarga besar, dibuang sepanjang adat, dan diusir dari kampung sendiri, alasan adanya larangan perkawinan sesuku di Minangkabau itu karena perkawinan susuku di adat Minangkabau itu dianggap tidak baik karena berarti kawin seketurunan.

Hal yang paling menarik dalam tradisi pernikahan di daerah Minangkabau sendiri terdapat di daerah pariman yang dimana di daerah pariman tersebut memiliki tradisi sebelum melangsungkan pernikahan yang di namakan tradisi bajapuik. Tradisi bajapuik itu sendiri dalam Bahasa Indonesia memiliki arti menjemput, Tradisi bajapuik ini merupakan tradisi dimana sebelum melaksanakan pernikahan, pihak mempelai perempuan akan memberikan uang atau barang yang bernilai ekonomi kepada pihak laki laki, atau bisa disebut membeli ajo, pihak laki laki di daerah pariman ini di sebut dengan sebutan ajo, sebutan tersebut karena laki laki pariaman itu dalam sejarahnya berasal dari keturunan bangsawan ataupun raja, besaran nilai ekonomis kepada pihak laki- laki pariaman ini ( ajo) itu tergantung status sosial laki -- laki tersebut, tujuan dari tradisi bajapuik ini ialah untuk mempererat tali kekeluargaan dan saling menghormati antar kedua pihak keluarga mempelai.

Bajapuik ini berbeda dengan hal uang mahar, karena mahar tetap di berikan oleh pihak mempelai laki laki, tujuan lainnya dari tradisi ini adalah apabila telah di langsungkan pernikahan di antara kedua pasangan ini dan terbentuk sebuah keluarga baru kemudian seluruh harta dari pihak laki -- laki akan menjadi atas nama pihak perempuan, apabila terjadi sesuatu masalah dalam keluarga tersebut sehingga terjadilah perceraian di antara kedua pasangan tersebut dan pihak laki- laki tidak akan membawa hartanya lagi.

Tradisi di Minangkabau lainnya yang tak kalah unik nya  yakni tradisi pacu jawi atau balap kerbau , tradisi ini merupakan budaya Minangkabau yang telah menjadi bagian intergral dari kehidupan masyarakat Minangkabau , didalam tradisi pacu jawi ini kerbau akan di pasangkan dengan seorang pembalap yang kemudian menariknya kecepatan tinggi melalui sawah yang tergenang lumpur, pacu jawi di lakukan apabila masuk musim penanaman padi, maksudnya pacu jawi ini akan di langsungkan  sebelum petani akan menanam padi di sawah, tujuan dari pacu jawi ini untuk sarana hiburan dan memperlihatkan kekuatan dan keahlian pembalap dalam mengendalikan kerbau kemudian tak hanya itu tradisi pacu jawi tersebut juga mencerminkan kebersamaan, kerjasama, dan solidaritas antara masyarakat Minangkabau sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun