Oleh Muhamad Rafi
Mahasiswa Hubungan Internasional UPN Veteran JakartaÂ
Untuk menjawab pertanyaan tersebut sebelumnya kita harus tau apa yang dimaksud dengan "relevan", Menurut Joan M. Reitz, relevan adalah sebuah informasi dalam pencarian pada koleksi perpustakaan seperti data bibliografi, yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Namun, dalam konteks ini Relevan adalah kata yang juga sering digunakan dalam pembahasan mengenai teori-teori atau karya di masa lalu. Jika teori atau karya di masa lalu dirasa masih bisa digunakan atau diterapkan di masa kini, maka karya atau teori tersebut dianggap relevan (Mabruri Pudyas Salim, 2022).Â
Mengacu pada KBBI Pancasila adalah dasar negara serta falsafah bangsa dan negara Republik Indonesia yang terdiri atas lima sila, yaitu (1) Ketuhanan Yang Maha Esa, (2) Kemanusiaan yang adil dan beradab, (3) Persatuan Indonesia, (4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan (5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila sebagai ideologi negara dan bangsa Indonesia merupakan pedoman bagi masyarakat Indonesia dalam menjalankan aktivitas, serta nilai nilai Pancasila merupakan bentuk pandangan hidup bangsa Indonesia.
Di masa kini nilai-nilai Pancasila masih tidak terlaksana secara sepenuhnya, memang jika ingin terlaksana sepenuhnya akan menjadi hal yang mustahil tetapi apakah tidak ter implementasi nya nilai-nilai tersebut merupakan ciri ciri sudah tidak relevan nya Pancasila di masa sekarang. Walaupun Pancasila dapat bersaing dengan berbagai ideologi baru yang ada di era globalisasi ini dan juga Pancasila mengandung nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman oleh masyarakat dari waktu ke waktu, contoh tidak Terimplementasi nya pun kerap terjadi di sekitar kita seperti Korupsi, Diskriminasi antar umat beragama, Bullying dan banyak yang lainnya.
Namun, jika bicara tentang relevan atau tidak, banyak yang berpendapat bahwa Pancasila sebagai ideologi negara semakin mengalami kesenjangan antara konsep dan implementasinya. Ketika kita melihat kenyataan di masyarakat, terlihat bahwa berbagai masalah sosial yang terjadi berlawanan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Pertama, sila pertama yaitu "Ketuhanan Yang Maha Esa" yang seharusnya mendorong masyarakat untuk menghargai perbedaan keyakinan dan kebebasan dalam beragama. Namun, kenyataannya, intoleransi beragama masih menjadi masalah serius di Indonesia. Banyak kasus diskriminasi terhadap minoritas agama, seperti peristiwa penutupan rumah ibadah dan tindakan intoleransi lainnya.
Kedua, sila kedua Pancasila, yaitu "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab," menekankan pentingnya keadilan sosial dan perlakuan manusiawi. Namun, nyatanya menunjukkan bahwa masih banyak pelanggaran hak asasi manusia, baik dalam bentuk kekerasan, diskriminasi, maupun eksploitasi. Misalnya, pelecehan seksual, serta pelanggaran hak-hak yang sering kita jumpai.
Ketiga, sila ketiga, "Persatuan Indonesia," yaitu adanya persatuan dan kesatuan di tengah keberagaman. Namun, Indonesia seringkali dihadapkan pada konflik sosial yang memecah belah bangsa yang dipicu oleh perbedaan etnis, agama, dan golongan serta Radikalisme dan ekstremisme yang merajalela. Situasi ini semakin memperkuat asumsi bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila semakin sulit diimplementasikan, sehingga menjadikannya kurang relevan dalam menghadapi tantangan zaman.
Keempat, "Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan" menegaskan bahwa demokrasi dan musyawarah harus menjadi landasan pengambilan keputusan. Namun, praktik politik di Indonesia sering kali jauh dari nilai-nilai demokrasi yang ideal. Korupsi, nepotisme, dan politik uang.
Terakhir, sila kelima yaitu "Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia" menekankan pentingnya pemerataan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat. Sayangnya, ketimpangan ekonomi di Indonesia masih sangat mencolok. Ada sebagian kecil kelompok yang hidup dalam kemewahan, sementara sebagian besar rakyat masih berkutat dalam kemiskinan. Karena pengangguran, akses pendidikan serta kesehatan yang terbatas menjadi bukti bahwa keadilan sosial masih jauh dari kenyataan.