"Namanya juga hidup, kadang diatas kadang dibawah"
Kata-kata diatas sering banget kita dengar ketika ada seseorang yang kita kenal menceritakan mengenai pahitnya kehidupan. Bila diperhatikan arti yang diberikan dari kata itu adalah saat kita merasakan pahitnya hidup artinya kita sedang berada diposisi bawah, sebaliknya ketika kita sedang merasakan hal-hal yang baik dari kehidupan, artinya kita sedang berada diposisi atas.Â
Tapi kenapa hanya sebatas hidup itu diatas atau dibawah, kenapa tidak ada posisi disamping? Atau kenapa tidak ada posisi tengah? Padahalkan perjalanan dari posisi bawah menuju keatas atau sebaliknya, akan melewati fase posisi tengah atau samping.
Menurut saya hal ini disebabkan karena seseorang baru akan merenungkan mengenai kehidupannya ketika ia sudah mengalami kelelahan (tidak semua orang), ketika sudah kelelahan ia akan merenung apa yang sudah ia peroleh selama ini, kesalahan-kesalahan apa saja yang ia perbuat, manfaat-manfaat yang juga mungkin ia peroleh, dan yang lainnya.Â
Jika renungan tersebut menghasilkan sisi-sisi yang kurang memuaskan, boleh jadi ia akan berpikir bahwa saat itu posisi keberadaan hidupnya sedang dibawah.Â
Ia kurang memperhatikan posisi disamping atau ditengah, padahal boleh jadi posisi ini sangat menentukan kehidupannya, karena ketika ia sadar sedang berada diposisi samping atau tengah, maka ia akan memikirkan strategi bagaimana ia harus bertindak agar apa yang ia lakukan tidak menjatuhkan ia kepada posisi bawah.
Maka dari itu sebaiknya kita tetap tenang agar kita memahami sedang berada dimana posisi kita sebenarnya. Meskipun begitu ketika posisi kita sedang dibawah kita juga harus merasakan, sebab akan begitu banyak pelajaran atau pengalaman yang bisa kita ambil toh kegagalan kan cuma keberhasilan yang tertunda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H