Mohon tunggu...
Muhammad Qorib
Muhammad Qorib Mohon Tunggu... Dosen - Dosen di Fakultas Agama Islam UMSU

Bekerja di Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kontekstualisasi Makna Jihad

24 September 2018   09:35 Diperbarui: 24 September 2018   14:55 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jihad dalam konteks ajaran Islam memiliki arti yang cukup luas dan kerap diperdebatkan oleh berbagai komunitas akademik. Akhir-akhir ini, karena perkembangan media informasi begitu masif, jihad yang sejatinya dipahami dan dilaksanakan secara proporsional mengalami defisit makna. 

Tak jarang terminologi jihad melahirkan kegusaran hati dan rasa ngeri yang tinggi bagi berbagai kalangan. Jihad diartikan dengan membunuh atau dibunuh (to kill or to be killed). 

Kaum jihadis dipersepsi sebagai  kelompok yang diklaim bernalar dangkal, rela melakukan apa pun termasuk membeli kematian dengan cara tak wajar demi predikat sebagai seorang syahid.

Membaca Realitas

Pemaknaan yang terkesan sembrono dan tendensius tersebut semakin kuat karena peran media massa barat, untuk hal ini adalah Eropa dan Amerika beserta semua kerabat politiknya.

Barat dengan kepentingannya menjadikan jihad sebagai senjata yang terbilang ampuh dalam rangka melumpuhkan akal sehat umat Islam, menstigmatisasi, memecah dan kemudian menancapkan hegemoni di dunia Islam. Akar makna jihad yang semula mulia menjadi kotor, keras dan beraspek sempit. Kesan inilah yang menyebar ke seluruh penjuru dunia.

Energi jihad menyedot tidak saja aktor intelektual yang kerap berdiri di belakang layar, tapi juga kelompok putus harapan yang terpinggirkan secara ekonomi, pendidikan, bahkan mungkin status sosial.  Mereka menjadi eksekutor lapangan. 

Menurut beberapa informasi, tidak semua yang direkrut menjadi martir memiliki latar belakang agama baik. Ada yang sebelumnya menjadi penjudi, peminum, pencuri, pengangguran dan tersisihkan dari masyarakat. Mereka mendapat tawaran untuk memperbaiki diri. Agar hidup mereka lebih bermakna dan memiliki dimensi religius, maka jihad menjadi semacam kanalisasi demi sebuah kebermaknaan.

Dengan jumlah yang tidak kecil, anak-anak muda berbekal semangat keislaman tinggi, namun miskin pengetahuan sosial, berdiri di garda terdepan untuk aksi bela Islam. 

Jihad dalam arti holy war (perang suci) memberi tarikan kuat agar mereka turut bergabung. Mereka ingin merubah tatanan dunia yang cenderung tidak adil dan merugikan umat Islam. Selain itu mindset keagamaan untuk menegakkan amar ma'ruf dan nahiy munkar menjadi pilihan utama. 

Sistem sosial barat yang sekuler dan kafir mesti diruntuhkan agar umat Islam jaya. Di tangan mereka, Islam dengan konsep jihadnya yang semula ramah dan penuh harapan berubah bengis dan tidak ramah.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun