Kalipuro, Banyuwangi -- Dalam upaya mengatasi permasalahan limbah kulit kopi dan meningkatkan kesejahteraan peternak, Muhammad Panji Sofyan, mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, telah berhasil menginisiasi program pelatihan pembuatan pakan ternak (complete feed) dengan memanfaatkan limbah kulit kopi di Kelurahan Kalipuro. Program ini tidak hanya memberikan solusi lingkungan, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat, khususnya para peternak muda.
Pelatihan yang diselenggarakan di Madrasah Aliyah Ibrahimy pada 15 Juli 2024 lalu, diikuti oleh 64 siswa dan siswi kelas 12 sebagai calon penerus generasi peternak di Kalipuro. Dengan antusias, para peserta mengikuti seluruh rangkaian kegiatan, mulai dari materi teori tentang nutrisi pakan ternak dan kesehatan hewan, hingga praktikum pembuatan complete feed secara langsung.
"Kami sangat senang dan antusias mengikuti pelatihan ini," ujar Arif, salah satu siswa yang mengikuti pelatihan. "Ilmu yang kami dapatkan sangat bermanfaat dan dapat langsung kami aplikasikan di peternakan keluarga". Kulit kopi, yang selama ini sering dianggap sebagai limbah, ternyata memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, seperti protein kasar, serat kasar, dan mineral. Kandungan nutrisi ini sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan ternak. Dengan mengolah kulit kopi menjadi pakan ternak, tidak hanya mengurangi jumlah limbah, tetapi juga dapat menghemat biaya produksi pakan.
"Pemanfaatan limbah kulit kopi sebagai bahan baku pakan ternak merupakan langkah yang sangat inovatif," ujar Mas Imron, tenaga pendidik MA Ibrahimy. "Selain memberikan nilai tambah pada limbah, juga dapat meningkatkan kualitas pakan ternak dan produktivitas peternak". Program pelatihan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif yang luas bagi masyarakat Kalipuro. Selain memberikan solusi terhadap permasalahan limbah, program ini juga berpotensi meningkatkan pendapatan peternak. Dengan memproduksi pakan ternak sendiri, peternak dapat mengurangi ketergantungan pada pakan komersial yang harganya relatif mahal.
"Kami berharap program ini dapat terus dikembangkan dan melibatkan lebih banyak peternak di Kalipuro," ujar Kepala Kecamayan Kalipuro, Bapak Astorik S. Sos. "Dengan adanya inovasi seperti ini, kami yakin potensi peternakan di Kalipuro akan semakin berkembang." Untuk memastikan keberlanjutan program ini, Panji dan timnya berencana untuk melakukan pendampingan kepada para peserta pelatihan secara berkala. Selain itu, mereka juga akan berusaha untuk memperluas jangkauan program ke desa-desa lain di sekitar Kalipuro.
"Kami akan terus berupaya untuk mengembangkan program ini agar dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat," ujar Panji dalam acara upacara penutupan dan pelepasan MMD UB 67 yang dilaksanan pada tanggal 27 Juli 2024 lalu. Harapannya inovasi ini dapat menginspirasi masyarakat lainnya untuk memanfaatkan potensi lokal dan menciptakan peluang usaha baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H