Berbicara tentang Pendidkan Inklusif selalu menarik untuk kita diskusikan karena Pendidikan di Indonesia dengan berbagai kebijakannya masih maju mundur. Bagaiman tidak dari sejak Indonesia merdeka tentu pemerintah telah memikirkan dan membuat berbagai kebijakan untuk memberikan layanan yang terbaik bagi anak-anak berkebutuhan khusus dari mulai menetapkan sebutan terminologi ini memiliki sejarah yang panjang dulu dikenal anak-anak cacat penyandang cacat dihaluskan menjadi anak tuna diperhalus anak luar biasa kurang halus lagi diperhalus lagi dengan anak berkebutuhan khusus.
Dari sisi lain ada yang menyebut penyandang disabilitas apapun sebutanya mereka-mereka Ini adalah ciptaan Tuhan yang harus diberikan layanan yang terbaik agar ke depan mereka-mereka ini menjadi insan yang mandiri berguna bagi dirinya sendiri tentu bagi masyarakat bangsa dan negara.
Pendidikan khusus di Indonesia ini dalam perjalanannya dulu dilaksanakan sangat segregatif dan sekarang ini mulai dilaksanakan pendidikan yang inklusif tentu bagian inklusif ini pendirian sangat ideal yang sesuai dengan filosofi bangsa Indonesia yaitu pancasila dan semboyan bhinneka tunggal ika "berbeda-beda tapi dalam satu kesatuan" dalam konsep pendidikan khusus bhinneka tunggal ika ini adalah ke beraneka ragaman ini diferensiasi ini tapi bagaimana semua bisa dilayani dalam satu kesatuan maka inilah Filosofi pendidikan inklusif pendidikan untuk semua, pendidikan yang terbuka aksesnya untuk semua.
Indonesia terus mengembangkan kurikulum Pendidikan maka sesungguhnya pengembangan kurikulum ini paradigmanya adalah dikembangkan untuk pendidikan pada umumnya dikarenakan pendidikan khusus ini dalam tanda petik masih termarjinalkan maka pendidikan khusus ini mengikuti arus yang terjadi pada pendidikan umum . Kurikulum di Indonesia ini berganti-ganti dari kurikulum 74 berbasis kompetensi tingkat satuan pendidikan sekarang K13 maka pada saat pergantian kurikulum itu pendidikan khusus juga mengikuti pergantian itu padahal sesungguhnya pendidikan khusus harus independen harus berpihak pada anak berkebutuhan khusus dan harus percaya diri membuat satu kurikulum tersendiri.
Ada empat komponen inti kurikulum Pendidikan Khusus yaitu tujuan, isi, proses dan evaluasi. tujuan pendidikan bertujuan untuk keperluan khusus isi materi yang akan diajarkan apa membuat tujuan dan isi untuk badan khusus tidak sulit yang sulit dimana proses pembelajaran agar anak-anak berkebutuhan khusus ini bisa menguasai materi yang lebih menarik lagi adalah pendidikan khusus untuk anak-anak yang mengalami hambatan komunikasi dan bahasa materi bisa dicapai tujuan bisa tercapai kalau mereka punya bahasa sama saja dengan kita yang berbahasa Indonesia kalau kita tidak memiliki tofel yang cukup tidak memiliki bahasa yang cukup maka pada saat kita pergi ke daerah lain yang bahasanya berbeda atau kita ke luar negeri di negara yang berbahasa Inggris dan kita tidak cukup memiliki bahasa itu maka disana kita termasuk orang yang mengalami gangguan komunikasi termasuk kalau harus belajar disana dan tidak punya bahasa maka tidak bisa mengakses seluruh isi materi dan apa yang disampaikan oleh pendidik demikian juga yang terjadi dengan anak berkebutuhan khusus kalau mereka mereka anak-anak yang mengalami hambatan komunikasi dan bahasa ini tidak memiliki kecukupan bahasa mau di sekolah segregatif di slb mau sekolah di inklusif sama saja mereka ini datang ke sekolah pulang lagi tanpa mendapatkan apa-apa permasalahannya dimana di pendidik jadi pendidik harus memiliki kompetensi bagaimana proses ini yang ke empat evaluasi bagaimana mengevaluasi yang berkeadilan kita kembali berbicara tentang model pendidikan di Indonesia tadi ada segregatif ada yang inklusif saya katakan semuanya sama-sama baik pendidikan segregatif kalau bisa mengantarkan anak-anak ini menjadi pengetahuannya hebat keterampilannya bagus sikapnya bagus mereka juga akan bisa kembali kepada masyarakat tentu lebih bagus kalau dia sejak dini di pergaulkan di sekolah reguler di inklusi ini tetapi tidak semudah yang kita semua bayangkan pendidikan inklusi ini adalah pendidikan yang sangat indah untuk disampaikan didiskusikan dibayangkan pada saat mereka bisa bersama-sama bergaul dengan anak-anak reguler pertanyaannya adalah siapkah sekolah sekolah itu yang kepala sekolahnya gurunya murid-muridnya untuk bisa menerima mereka-mereka yang berkebutuhan khusus Ini anak-anak Istimewa ini.
Ada 3 elemen dasar di dalam membangun pendidikan inklusif menurut teori general electric, bagaimana general electric ini membangun sebuah corporate dari mulai visi-misi sampai tercipta dan terlaksana menghasilkan produk-produk yang diterima oleh masyarakat dan seluruh stakeholders nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H