Mohon tunggu...
Felacity
Felacity Mohon Tunggu... Mahasiswa - Produser Musik

VS Everybody

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ksatria Alit Kidul

2 Januari 2025   06:00 Diperbarui: 2 Januari 2025   04:44 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ksatria Alit Kidul. Sumber Fiksiku

Pada abad ke-19, di sebuah desa yang terletak di kaki pegunungan, hiduplah seorang pemuda bernama Raden Wigeni. Ia adalah seorang pemuda sederhana, berusia 18 tahun, yang lahir dan dibesarkan di sebuah rumah bambu yang dikelilingi oleh sawah hijau dan pohon kelapa. Wigeni tidak memiliki gelar bangsawan atau kehormatan tinggi, hanya seorang anak desa yang hidup dengan ayahnya yang seorang petani dan ibunya yang seorang penenun. Namun, dalam hatinya, ia menyimpan tekad yang kuat untuk melindungi tanah kelahirannya dari para penjajah yang datang dari seberang lautan, orang asing berkulit putih yang telah menindas bangsanya selama bertahun-tahun.

Desa tempat Wigeni tinggal tidak terlalu jauh dari istana kerajaan. Meski jauh dari pusat kekuasaan, ia tumbuh dengan mendengar cerita tentang perjuangan rakyat dan kesulitan yang dialami oleh kerajaan di bawah pemerintahan Sultan Renggono. Kerajaan yang berdiri dengan megah, namun terancam oleh serbuan pasukan asing yang berusaha menaklukkan wilayahnya. Sejak kecil, Wigeni mendengar cerita tentang ksatria-ksatria besar yang mengabdi pada Sultan Renggono, tetapi hatinya merasa lebih dekat dengan perjuangan rakyat biasa, yang berjuang dengan cara mereka sendiri.

Pada suatu malam yang hening, ketika bulan purnama bersinar terang di atas langit, Wigeni menyaksikan pasukan orang asing berkulit putih bergerak menuju desa terdekat. Mereka datang dengan niat jahat---untuk menaklukkan dan menguasai. Wigeni, yang telah lama memendam rasa benci terhadap penindasan itu, memutuskan untuk bertindak. Tanpa memberitahu siapa pun, ia mengambil pedangnya, dan dengan langkah hati-hati, ia menyusup ke markas pasukan penjajah yang terletak di pinggiran desa.

Wigeni bergerak dalam kegelapan, menghindari patroli, dan memilih untuk menyerang diam-diam. Ia tahu bahwa jika para penjajah tahu akan kehadirannya, ia tidak akan bisa melawan mereka semua. Namun, dengan kecerdikan dan keberanian yang tak tertandingi, ia berhasil mengalahkan satu per satu prajurit penjajah, meskipun ia hanya seorang pemuda yang belum pernah dilatih dalam perang besar. Pada malam itu, pasukan asing yang datang untuk menaklukkan desa itu dihancurkan oleh seorang pemuda yang tak dikenal. Mereka mundur, ketakutan oleh serangan yang tak terduga.

Keesokan harinya, ketika berita tentang serangan itu sampai ke telinga Sultan Renggono, sang raja terkejut. Kerajaan tidak tahu bahwa ada seorang pemuda desa yang mampu menggagalkan pasukan asing yang begitu terlatih. Sultan Renggono memanggil para penasihatnya dan memerintahkan untuk mencari tahu siapa yang bertanggung jawab atas keberhasilan tersebut.

Beberapa hari kemudian, Wigeni ditemukan di tengah desa oleh para prajurit kerajaan. Ia tidak menyembunyikan identitasnya dan tidak merasa takut, meskipun ia tahu bahwa tindakan heroiknya bisa berujung pada hukuman. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Sultan Renggono, yang mendengar laporan tentang keberanian Wigeni, memutuskan untuk bertemu langsung dengan pemuda itu.

Di hadapan Sultan Renggono, Wigeni tidak gentar. Ia menceritakan dengan rendah hati bagaimana ia berhasil mengalahkan pasukan penjajah, tanpa niat untuk meraih pujian. Namun, keberanian dan tekadnya itu tak bisa disangkal. Sultan Renggono, yang terkesan dengan semangat juang Wigeni, mengangkatnya menjadi Panglima Kerajaan. Bagi sang Sultan, seorang ksatria sejati bukan hanya dilihat dari gelar atau kedudukannya, tetapi dari keberanian dan rasa tanggung jawabnya terhadap tanah air.

Raden Wigeni, pemuda desa yang awalnya hanya seorang anak biasa, kini menjadi Panglima yang dihormati di kerajaan. Ia membawa semangat perjuangan rakyat kecil, mengingatkan semua orang bahwa keberanian sejati tidak selalu datang dari golongan bangsawan, tetapi dari hati yang tulus. Dalam perjalanan hidupnya, Wigeni dikenal sebagai "Ksatria Alit Kidul," seorang ksatria yang lahir dari desa, dan menjadi pahlawan bagi negeri yang tercinta.

Dan di bawah komando Wigeni, kerajaan akhirnya mampu bangkit dan mengusir para penjajah asing

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun