Samarinda, Kalimantan Timur -- Di tengah pesatnya arus modernisasi dan pengaruh globalisasi, keberadaan tradisi lokal semakin terancam. Salah satu tradisi yang kini berada di ujung tanduk adalah "Pelas Tahun" dari masyarakat Dayak di Desa Adat Budaya Pampang.
 Tradisi ini tidak hanya merupakan sebuah ritual, melainkan juga merupakan cerminan siklus pertanian dan perayaan yang kaya akan nilai-nilai kearifan lokal.
Desa Pampang, yang terletak di Kalimantan Timur, menjadi rumah bagi kekayaan budaya yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Namun, hasil survei menunjukkan bahwa banyak generasi muda yang semakin jauh dari pemahaman tentang warisan budaya mereka.Â
Dari 10 pelajar yang disurvei, hanya dua yang memahami arti penting tradisi "Pelas Tahun".
Untuk mengatasi tantangan ini, tim peneliti dari SMAN 10 Samarinda meluncurkan platform digital bernama "Salam Ngereh". Dengan berbagai fitur interaktif, platform ini bertujuan untuk memperkenalkan dan mempromosikan tradisi serta budaya Desa Pampang kepada generasi muda. Beberapa fitur unggulannya antara lain:
- Informasi Tradisi dan Sejarah: Memberikan wawasan mendalam tentang tradisi "Pelas Tahun".
- Pengalaman Virtual 360: Memungkinkan pengguna menjelajahi desa secara virtual.
- Game Edukasi: Melalui puzzle dan kuis, pengguna dapat belajar sambil bermain.
Dengan pendekatan yang inovatif ini, "Salam Ngereh" (https://pampang.portalin.id/) Â tidak hanya berfungsi sebagai alat edukasi, tetapi juga sebagai sarana kolaborasi antara pemuda, budayawan, dan pemerintah lokal. Platform ini diharapkan dapat membangkitkan kembali minat generasi muda terhadap budaya mereka.
Kontribusi terhadap Pariwisata
Selain pelestarian budaya, "Salam Ngereh" juga berpotensi untuk mengembangkan sektor pariwisata berbasis budaya. Desa Pampang, dengan keunikan tradisinya, dapat menjadi destinasi wisata unggulan di Kalimantan Timur. Upaya ini tidak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga meningkatkan perekonomian lokal.
Tim peneliti, yang terdiri dari Alfath Rifat Dafid Maulana dan Bunga Rachelia Rizky di bawah bimbingan Mohamad Fadilah, M.Pd, berharap bahwa melalui teknologi digital, tradisi "Pelas Tahun" dan nilai-nilai kearifan lokal akan tetap hidup dan relevan di era modern.