Rezim baru Suriah setelah tergulingnya rezim sebelumnya Basar Al Asad kini menjadi rebutan berbagai bangsa ,terutama Turkiye, AS, Qatar,EU dan Zionis israel.Akan tetapi hanya dua negara yakni Turkiye dan Qatar yang meraup keuntungan yang besar dari rezim baru pimpinan Abu Muhammad Aljulani .Sementara  Rusia dan Republik Islam Iran bisa dipastikan saat ini terdepak dari persaingan itu karena Moskow dan Teheran merupakan pendukung utama rezim Basar Al Asad yang digulingkan  tersebut.
Bagi republik Turkiye sebagai pendukung utama HTS dan SNA sejak dini sudah mengatakan bahwa Turkiye menantang keras keterlibatan negara lain dalam menentukan arah pemerintahan Suriah kedepan,karenanya Ankara sangat menghormati keutuhan wilayah Suriah.Terkaiat masalash itu Turkiye mengharapkan rezim baru Suriah tidak membiarkan PKK menguasai wilayah Suriah yang bisa mengancam kedaulatan Turkiye,ujar Presiden Turkiye Recep Thayyeb Erdogan.
Untuk memulihkan keutuhan kedaulatan Suriah ,Turkiye  berjanji akan melatih aparat keamanan rezim baru Suriah jika di Damascus memintanya.Kedepan rezim baru Suriah ditentukan oleh warga negara Suriah sendiri,dan Turkiye  menghormatinya dan bersedia membantu bagi teraihnya tujuan tersebut.Sementara kerajaan Qatar terkait masalah itu bekerjasama dengan Turkiye untuk menciptakan Suriah yang damai sehingga keamanan kestabilan pulih kembali di negara yang dikuasai selama setengah abad oleh bekas dinasty diktator Al Asad tersebut.
Sementara AS yang sampai  sekarang masih memiliki  sekiatar  2000 serdadunya di bagian timur dan timur laut negara Suriah juga menghendaki hal serupa,namun Gedung putih masih mendukung tentara pembebasan Suriah dan tentara demokratik Suriah yang dianggap oleh Turkiye sebagai perpanjangan tangan dari PKK,organisasi perlawanan yang dianggap teroris oleh Turkiye dan Barat.Terkait dukungan AS kepada tentara demokrat Suriah tersebut kerapkali menimbulkan kekisruan  sesama  negara aliansi NATO tersebut.Namun keduanya bisa mengentaskannya sevara damai,meskipun kedua negara itu tetap bersaing dalam upaya mewarnai kebijakan politik rezim baru Suriah.
Presiden terpipilih AS,Donald trump mengatakan bahwa kedepan Turkiye sebagai kunci bagi rezim baru Suriah .Akan tetapi AS tidak menghendaki Turkiye mengimvasi Suriah kendatipun pasukan negara NATO itu kini menumpuk diperbatasan Turkiye-Suriah  sepanjang 900 km ,namun karena kemunafikan Gedung Putih sehingga tidak menyinggung soal pendudukan Zionis israel didataran tinggi Golant.Terkait hal itu Turkiye kurang ramah kepada sikap sikap yang ditunjukkan oleh "Paman Sam"tersebut.
Selain itu Turkliye minta kepada negara-negara anggota PBB dan komunitas internasional supaya meninjau ulang status teroris HTS dan segera mencabut berbagai sanksinya ,untuk segera memulihkan perekonomian rezim baru Suriah.Turkiye sebagai negara pertama yang membuka kembali kedutaan besarnya di Damascus dan menyerukan negara-negara lain untuk berbuat serupa supaya rezim baru Suriah tidak terisolir dari dunia internasiional.Turkiye mengharapkan pasukan asing segera ditarik dari wilayah Suriah,termasuk orang orang non Suriah yang mendukung tentara demokrat Suriah dukungan AS itu segera kembali kenegara asalnya.
Turkiye mengharapkan para pengungsi yang kini beada di Turkiye sekitar 4 juta itu segera kembali kenegara aslnya,Suriah.Begitu pula negara-negara Eropa membantu pemulangan para pengungsi Suriah kenegara asalnya untuk membangun kembali  negara Suriah sehingga negara yang tercabik perang saudara selama 13 tahun itu segera pulih normal kembali .Seruan Ankara kelihatannya seperti gayung bersambut,berbagaai negara anggota EU mulai menindak lanjutnya seiring merencanakan pembukaan kembali kedutaan besarnya di Damascucs.Hal ini terdorong oleh penyataan pertama di mesjid Damascus Senin 9 Desember 2024 oleh Abu Mohamamad Aljulani,bahwa negaranya kedepan akan menghormati kelompok minoritas dalam negara demokrasi Suriah.Pernyataan itu kemudian menjadi dorongan bagi EU,Inggris dan AS untuk menjalin hubungan kembali  dengan Suriah sehingga negara tersebut terlepas dari berbagai sanksi internasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H