Mohon tunggu...
Nurdin
Nurdin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Gemar membaca menulis perbanyak ilmu perluas wawasan

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Rezim Baru Suriah ,Jadi Sorotan Ajang Rebutan Dominasi Asing

13 Desember 2024   09:49 Diperbarui: 13 Desember 2024   09:49 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Rezim baru Suriah yang didominasi oleh organisasi Al Hayat Tahrir As Syam(HTS)pimpinan Abu Mohammad Al Julani dukungan Turkiye terus memperkuat cengkeramannya dengan cepat membentuk pemerintahan sementara pimpinan Mohammad Al Bashir, mantan kepala pemerintahan Idlib.PM.Mohammad Al Bashir sebagai pemerintah transisi itu diangkat oleh suatu hasil musyawarah antara mantan Perdana menteri(PM)rezim Basar Al Asad ,Muhammad Ghazi Aljalani dengan para petinggi HTS dan SNA(Suriah National Army)pimpinan Abu Mohammad Aljulani di ibukota Suriah,Damascus Senin 9 Desember 2024.

Setelah menggulingkan rezim Basar Al Asad hari Minggu 8 Desember 2024 pemimpin HTS dan SNA tersbut dengan gerak cepat membentuk kepoisian,dan tentara bekas rezim Al Asad dipanggil untuk mendaftarkan dirinya sebagai aparat keamanan Suriah.Namun demikian ribuan tentara rezim Basar Al Asad yang memasuki wilayah Iraq bersamaan dengan tergulingnya Basar Al Asad masih ragu-ragu juga karena mereka takut tehadap para pemberontak musuh mereka selama perang saudara di Suriah yang berlangsung selama 13 tahun itu.

Kekhawatiran mereka itu dapat dimaklumi karena tentara -tentara  tersebut dalam perang saudara  sejak tahun 2011 hingga 2024 tidak mustahil telah banyak melakukan berbagai tindakan kejam terhadap pasukan pemberontak pimpinan Abu Mohammad Al Julani, karena hal itu bisa saja tentara yang terlibat dalam kejahatan tersebut akan diseret kepengadilan yang tidak dikehendakinya.Terlepas dari isi  pidato pertama Abu Mohammad Aljulani di Mesjid Damascus ,bahwa nasib Suriash kedepan hanya ditentukan oleh warga Suriah sendiri tanpa memandang perbedaan latar belakang staus sosial keyakinan agamanya .Abu Mohammad Al Julani menambahkan pula,bahwa semua kelompok minoritas akan dihormati dan dilindungi hak asai manusianya.

Tergulingnya rezim Al Asad yang sudah berkuasa setengah abad lamanya itu menjadi sorotan dan rebutan dominasi negara-negara lain, termasuk Zionis israel yang didesak oleh pendukung utamanya Amerika Serikat(AS) supaya membuka hubungannya dengan rezim baru Suriah.Namun demikian desakan tersebut tentu saja harus dipertimbangkan secara matang oleh PM.Benyamin Netanyahu karena masih mencurigai rezim baru Suriah tersebut akan mengancam keamanan Zionis israel,dan atas dasar itulah kemudian Menteri pertahanan( Menhan) Zionis israel Yesrael Kantz memerintahkan IDF untuk menduduki zona penyangga di gunung Hermon yang ditinggalkan  pasukan Suriah sejam setelah pemberontak mengakhiri rezim Basar Al Asad.Dalam konteks ini Menhan Yesrael Kantz mengatakan bahwa pendudukan IDF terhadap wilayah  zona penyangga itu sifatnya sementara saja,namun sebagaimana biasanya Zionis israel tidak pernah sesuai ucapan dengan tindakannya.PM.Benyamin Netanyahu mengatakan ,bahwa dataran tinggi Golan menjadi milik abad Zionis israel yang sudah diakui oleh AS  saat berkuasa presiden Donald Trump ,dan kini Donald trump berkuasa lagi di AS hingga Zionis israel semakin kokoh mempertahankan ucapannya tersebut.

Selain Zionis Israel dan AS yang hendak mendominasi rezim baru Suriah tersebut,juga Turkiye sebagai pendukung utama HTS dan SNA tentu saja menginnginkan hal serupa .Dalam konteks ini Presiden Turkiye Recep Thayyeb Erdogan mengatakan bahwa negaranya tidak menghendaki terjadi perang saudara lagi di Suriah,dan jika eskalasi meningkat menyebabkan terjadi exsodus massal migrasi warga Suriah ke negaranya Turkiye akan merespon serius ,ujarnya kepada Anadolu Agency yang dikutip Reuters, Senin 9 Desember 2024.Pernyataan tersebut sepertinya ditujukan kepada Zionis israel yang sudah menduduki wilayah Suriah bersamaan dengan serangan udaranya terhadap  ratusan situs militer Suriah .Sementara terhadap Rusia dan juga Republik islam Iran pendukung utama rezim Basar Al Asad yang kini kehilangan dominasinya di Suriah  Menlu Turkiye Hakan Fidan mengatakan kedua negara itu tidak  mesti mencampuri urusan dalam negeri Suriah.

Gedung Putih selain mendesak negara piaraannya Zionis israel supaya memulihkan hubungannya dengan rezim baru Suriah sebagaimana dikatan oleh Menhan AS,Liyod Austin juga Presiden Joe Biden sedang mempertimbangkan untuk mencabut status teroris dari HTS pimpinan Abu Mohammad Aljulani .Sebagaimana diketahui bahwa Abu Mohammad Aljulani pernah  bergabung dengan Alqaeda hingga pernah ditahan leh AS namun kemudian dibebaskan tahun 2016 dan selanjutnya organisasi  HTS atau Al Nusra memutuskan hubungannya dengan Al Qaedah dan kini sesuai dalam pidatonya bahwa Abu Mohammad Aljulani tidak lagi ekstrimis tetapi menuju kepandangan yang menghormati  semua kepercayaan kelompok minoritas .Hal ini memang dilakukannya selama beberapaa hari sejak  tumbangnya rezim Basar Al Asad,proses  suksesi berlangsung secara damai dari mantan PM.Mohammad Ghazi Aljalali kepada pihak pemberontah yang kemudian ditunjuk Mohammad Al basir sebagai penyelengara pemerintah transisi Suriah.

Kerajaan Inggris juga mulai meninjau kembali status teroris HTS ,dan pemerintah Inggris seperti halnya AS diperkirakan akan mencabut HTS sebagai  organisasi terorisme dan London sedang mnuju kepada pemulihan kembali hubungannya dengan Suriah, sebagaimana dikatakan oleh kanselir dari distrik Lencester Mac Pedden kepada reuters  Senin 9 Desember 2024.Rusia dan republik Islam Iran juga menghendaki pemulihan kembali hungannya dengan rezim baru Suriah,meskipun keliahtannya hal itu saat ini masih sulit dilakukan mengingat luka lama yang masih menganga.Namun demikiaan Rusia dan republik islam Iran mengharapkan segera Suriah stabil dalam kedamian ,seperti halnya harapan AS ,Inggris dan berbagai negara anggota PBB dan komunitas internasional.

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun