Ketika para pemberontak pimpinan Abu Mohammad Al Julani meraih kemajuan pesat melawan pasukan rezim Basar Al Asad sejak 26 November 2024 ,lalu merebut berbagai kota utama Aleppo,Hama,Darraa dan propinsi Homs 29 dan 30 November 2024 pemimpin Hayar tahrir Al Syam tersebut sudah memasuki ibukota Suriah,Damascus dan secara resmi 8 Desember 2024 mengumumkan bahwa  rezim Basar Al Asad telah berakhir.Bersamaan dengan itu pula,Menlu Turkiye Hakan Fidan mengadakan pembicaraan dengan Menlu Republik Islam Iran Abbas Arachi Senin 9 Desember 2024.
Turkiye sebagai pendukung utama SNA(Suriah National Army)yang memggulingkan rezim Bassar Al Asad menyerukan dialog dengan pemerintah Suriah yanag kini dikuasai oleh pemberontak pimpinan Abu Mohammad Al Julani,dan terkait hal itu Menlu Turkiye Hakan Fidan juga mengatakan bahwa pembicaraan tersebut perlu melibatkan pihak oposisi Suriah.Akan tetapi hal itu sempat tertunda karena terjadi pertempuran baru di Suriah sebagai cerminan terjadi ketegangan antara Turkiye dan Republik Islam Iran.
Dalam konteks ini menurut Profesor Bilgehan Alagoz salah seorang pakar hukum internasional Universitas Marmara istambul mengatakan bahwa pemerintah republik islam Iran berupaya memperoleh pengaruh lebih besar  terhadap rezim Basar Al Asad ,namun setelah SNA dukungan Turkiye berhasil menjatuhkan rezim Basar Al Asad Teheran lebih bersikap hati-hati dan sepertinya Teheran menentang dialog Turkiye dengan Suriah.Kendatipun antara Turkiye dengan Republik islam Iran bersahabat,namun terkait masalah Suriah Ankara dan Teheran kelihatannya agak kurang ramah.
Baik Rusia maupun Republik islam Iran merupakan pendukung utama rezim Basar Al Asad ,sehingga Moskow dan Teheran banyak hal yang dipertaruhkan di Suriah.Rusia adalah pendukung penting militer Suriah,sehingga  rezim  Basar Al Asad mengizinkan Rusia menggunakan pangkalan militernya di Suriah.Wilayah yang sangat strategis bagi Rusia untuk memantau aktifitas miiter di laut Meditrania,dan dengan  tergulingnya rezim Basar Al Asad hal tersebut semakin tidak menentu karena SNA dukungan Turkiye itu merupakan musuh Rusia sejak  tahun 2011 dalam perang saudara  di Suriah.Demikian halnya dengan yang sedang dialami Republik Islam Iran sebagai pendukung utama rezim Basar Al Asad yang juga musuh utama Abu Mohammad Al Julani ,yang bisa diperkirakan akan memangkas pengaruh Teheran terhadap Suriah.
Sementara Profesor Zaur Gasimov pakar sejarah dan sepecialis masalah Rusia di Universitas of Bonn,Jerman  mengatakan bahwa bagi Rusia dan Republik Islam Iran sangat penting jika rezim Basar Al Asad tetap berkuasa.Rusia  bisa dipastikan akan menggunakan  kekuatan militer dan dirgantaranya untuk melawan pemberontakan dukungan Turkiye.Dalam konteks ini tentunya akan menimbulkan banyak korban dan ratusan ribu warga Suriah lainnya akan mengungsi ke Turkiye.Dalam hal ini bisa dipastikan Recep thayyeb Erdogan tidak bisa mentolerirnya,karena sekarang saja Turkiye sudah menerima  4 jutaan pengungsi dampak perang saudara tahun 2011-2024 di Suriah.Karenanya Turkiye mengatakan bahwa setiap serangan Rusia yang membuat eksodus pengungsian massal baru akan memicu tanggapan serius dari Turkiye.
Salah seorang pakar hubungan internasional yayasan SETA untuk Riset Politik ,Ekonomi dan sosial ,sebuah lembaga pemikir  yang pro pemerintah Turkiye ,Murat Aslan mengatakan bahwa ada garis yang kemungkinan besa dilanggar Turkiye yang secara langsung terjadi perkembanganyang bisa memngancam kepentingan dan keamanan Turkiye maka Ankara akab campur tangan,ujarnya kepada Anadolu Agency ,Minggu 8 Desember 2024.Meskipun mendukung pihak-pihak yang bertempur dalam perang saudara Suriah selama 13 tahun tersebut,akan tetapi Rusia dan Turkiye berhasil mengatasi perbedaaan-perbedaan itu,dan para pemimpin Turkiye dan Rusia tetap terus menjaga hubungan yang erat.
Kedua elite poitik Rusia dan Turkiye melalui telepon mendiskusikan masalah Suriah hari Selasa lalu,karena kedua negara tersebut mengangap hubungan baik lebih penting daripada diabaikan karena hanya masalah Suriah.Karenanya Moskow dan Ankara tidak akan membahayakan kerjasamanya dengan kedua negara,ujar Zaur Garasimov .Oleh sebab itu baik Moskow  maupun Ankara akan tetap memelihara hubungannya dengan baik,dengan harapan seperti halnya Republik islam Iran Turkiye bisa menggunakan pengaruhnya terhadap Abu Mohammad Al Julani supaya melupakan masa lalu Moskow dan teheran dan menjalin hubungan baik kembali dengan kedua negara pendukung rezim Basar Al Asad tersebut.Negara-negara tersebut mengharapkan keutuhan wilayah kedaualatan negara Suriah,yang proses suksesinya berlangsung secara damai dan demokratis sehingga tercipta kondisional yang stabil di regional Timur Tengah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H