Penulis: M. Nur Bachtiar
SURABAYA - Mahasiswa asal Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Surabaya mendengarkan penjelasan ibu Rina selaku Ketua RT. 02 RW. 02 Medokan Semampir Surabaya tentang sabun cuci baju berbahan minyak jelantah yang diproduksi bersama ibu-ibu setempat. Ibu Rina menjelaskan, "Saya belum berani menjual secara luas karena takut jika sabun ini berbahaya sebab belum adanya uji laboratorium."
Penulis mengungkapkan, "Saya menjelaskan kepada ibu Rina bahwa akan dilakukan 3 uji laboratorium pada sabun cuci baju tersebut, yaitu pertama uji alkali sabun untuk mengetahui ada tidaknya alkali bebas pada sabun cuci baju tersebut. Kedua uji pH sabun merupakan salah satu syarat mutu sabun cuci baju. Ketiga yaitu uji bakteri sabun. Dan proses uji lab memerlukan waktu sekitar 7 hari."
Untuk menarik perhatian masyarakat luas dibuatlah logo dan kemasan baru pada sabun cuci baju tersebut. Desain kemasan baru ini menyesuaikan ukuran sampel sabun yang telah diproduksi sebelumnya. Dengan komposisi dan cara pembuatan yang telah ibu Rina jelaskan, yaitu
Komposisi : Jahe, minyak jelantah, soda api, air, daun pandan
Cara pembuatan : 1. Mendidihkan minyak dengan jahe
2. Blender dan saring daun pandan
3. Beri soda api pada daun pandan
4. Tambahkan minyak dengan jahe yang sudah disaring
Dikarenakan RW. 02 Medokan Semampir Surabaya mempunyai banyak usaha kuliner yang dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat, namun juga menimbulkan dampak negatif dari sisi lingkungan. Dampak negatif dari banyaknya usaha makanan ini adalah volume limbah minyak goreng bekas (jelantah) yang tinggi. Ini terjadi karena masyarakat membuang minyak jelantah begitu saja. Limbah minyak jelantah apabila tidak dikelola dengan baik akan menjadikan lingkungan kotor dan dapat mencemari air serta tanah.
Pembuangan limbah minyak goreng bekas secara terus menerus tidak berwawasan lingkungan dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan hidup dan kelangsungan kehidupan manusia. Minyak goreng bekas yang terserap ke tanah akan mencemari tanah sehingga tanah menjadi tidak subur. Selain itu, limbah minyak goreng yang dibuang ke lingkungan juga mempengaruhi kandungan mineral dalam air bersih. Akan tetapi karena kurangnya pengetahuan mengenai dampak terhadap lingkungan, masih banyak masyarakat umum maupun pedagang kuliner yang membuang limbah minyak goreng begitu.
Ibu Rina selaku Ketua RT. 02 RW. 02 Medokan Semampir Surabaya dengan ibu-ibu setempat secara mandiri sudah sangat terampil mengelola minyak jelantah menjadi sabun cuci baju. Masyarakat juga sudah mengetahui metode tepat guna pengolahan limbah minyak goreng sebagai bahan baku sabun. Maka Moh. Nur Bachtiar mengharapkan program ini dapat membantu ibu Rina selaku Ketua RT. 02 RW. 02 Medokan Semampir Surabaya dengan ibu-ibu setempat untuk memproduksi sabun lebih banyak dan dapat memasarkan sabun cuci baju berbahan minyak jelantah ini secara luas sehingga semakin banyak orang yang tahu dan tertarik membeli sabun cuci baju berbahan minyak jelantah ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H