Mohon tunggu...
Madnur
Madnur Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi, praktisi pendidikan dan mahasiswa S3 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sebagai seorang akademisi tentunya saya terus banyak belajar dari sumber ilmu, baik dari para profesor, dosen, guru teman sejawat tempat saya belajar ataupun di tempat saya melakukan aktivitas saya sebagai seorang dosen, akademisi dan praktisi pendidikan. Saya berusaha untuk menyorot isu-isu yang terjadi saat ini, baik yang berkaitan dengan masalah agama, hukum, ekonomi, politik, pendidikan, olahraga ataupun hal-hal yang lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hinaan Berbuah Pesan dan Kesan - Belajar dari Tragedi Si Tukang Jualan Es Teh

5 Desember 2024   08:03 Diperbarui: 5 Desember 2024   08:31 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Baru-baru ini telah ramai diperbincangkan seorang  penjual es teh yang dipojokan oleh seorang mubaligh ternama Indonesia. Alih-alih tujuannya hanya bahan candaan untuk menghibur para jamaahnya dan dianggap sebagai interaksi yang lumrah antara audiens dan pembicara. 

Tak disangka-sangka cuplikan potongan video pendek tersebut berhasil membuat perhatian banyak nitizen di Indonesia. Bahkan menjadi salah video viral yang menghiasai jagat media sosial Indonesia.

Banyak para nitizen menaruh perhatian kepada tukang "Penjual Es Teh" yang dijadikan bahan tertawaan saat pengajian berlangsung. Tidak jarang para nitizen memperhatikan reaksi mimik seorang "Tukang Jualan Es" yang dianggap menahan rasa malu dan kesedihan. 

Vidio ini akhirnya dijadikan sebagai momentum para nitizen untuk ramai-ramai membalikan keadaan si "Tukang Jualan Es" yang tadinya menjadi bahan candaan dan tertawaan ketika acara pengajian berlangsung, berubah menjadi bahan pujian dan perbincangan dari banyak nitizen dan kalangan masyarakat Indonesia di jagat dunia maya (media sosial).

Beberapa komentar yang digaungkan oleh para nitizen yang menjadi booming (populer) di antaranya adalah "Jualan es teh lebih mulia, daripada jualan agama".  Ada lagi yang berkomentar "Yang dihina bisa menjadi mulia, orang yang merasa mulia bisa menjadi jauh lebih terhina. 

Ingat anda manusia, orang lain juga manusia". Selain itu ada juga yang berkomentar "Bagaimana jika yang dihina itu adalah orang tuamu, bagaimana perasaan anda?", dan masih banyak komentar lainnya yang menghiasi jagat media sosial Indonesia.

Pada akhirnya, karena kecaman yang mengalir deras para nitizen yang "bersangkutan" langsung datang kepada si "Tukang Jualan Es" untuk meminta maaf. Semoga peristiwa ini menjadi pelajaran penting dan berharga bagi siapa saja, terutama public figur yang tutur-kata dan tingkah lakunya menjadi banyak sorotan masyarakat luas, apalagi ini Indonesia yang masyarakatnya sebagian besar aktif bermedia sosial.

Oleh: Madnur, M.H. (Founder Lest Qur'an, https://www.lestquran.com/)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun