Mohon tunggu...
Muhammad Nur
Muhammad Nur Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Agama dan Sains: Keterkaitannya dalam Membangun Peradaban

4 Oktober 2023   21:31 Diperbarui: 4 Oktober 2023   21:43 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Terdapat hal yang menarik dari materi stadium general yang dijelaskan oleh Prof. Dr. Mufidah Ch., M.Ag yaitu tentang keterkaitan antara sains dan agama. Saya merasa materi ini harus saya tulis dalam tulisan yang lebih khusus. Apalagi saya sebagai mahasiswa Islam harus mengetahuinya agar agama yang telah saya anut ini bukan hanya menjadi sebuah keyakinan taqlid belaka atau hanya mengikuti agama nenek moyang. Pada tulisan kali ini saya akan membahas mengenai hubungan antara agama dan sains dalam membangun peradaban.

Perkembangan sains dan teknologi terus berkembang seiring berjalannya waktu, dimulai sejak tahun 1784 dengan penggunaan mesin uap dalam industri yang dikenal sebagai Revolusi Industri 1.0. Penemuan ini tidak berhenti di situ saja, melainkan terus berkembang karena pemanfaatan otak manusia yang semakin efisien dan eksplorasi yang berkelanjutan dalam ilmu pengetahuan. Dampak dari kemajuan sains ini telah membawa kita ke era Revolusi Industri 4.0, yang dikenal sebagai revolusi teknologi dan digital. Era ini menandai kemajuan yang sangat pesat dalam teknologi, khususnya dalam pengembangan internet, yang memengaruhi hampir setiap aspek kehidupan. Kehadiran internet telah menjadi kebutuhan esensial baik dalam dunia industri maupun dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.(Kurniawan, 2022)

Meskipun perkembangan sains dan teknologi telah membawa manfaat besar bagi manusia, ada pandangan yang berpendapat bahwa sains dan agama bertentangan. Kemajuan teknologi dapat memengaruhi pandangan manusia terhadap kehidupan sehingga beberapa individu mulai merasa bahwa teknologi dan ilmu pengetahuan lebih superior daripada agama. Ini terutama terlihat dalam bidang kesehatan dan medis yang terus berkembang, dengan kemunculan peralatan medis modern yang dapat menyelamatkan banyak nyawa dan memperpanjang umur manusia, sehingga dianggap seolah-olah berseberangan dengan prinsip-prinsip agama.

Namun, ada juga pandangan yang menerima sains dan teknologi sebagai anugerah yang luar biasa yang dapat membantu manusia dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pekerjaan dengan bantuan robot dan teknologi modern. Akan tetapi, tidak semua orang sepakat dengan pandangan ini. Terjadi perdebatan antara sains dan teknologi dengan norma-norma agama. Hal ini tidak bisa diabaikan karena perkembangan teknologi terkadang membuat sebagian orang merasa bahwa teknologi dapat menggantikan rencana Tuhan dalam menciptakan dan mengelola dunia. Contohnya, teknologi hujan buatan mungkin mengubah pola alamiah hujan yang awalnya diatur oleh Tuhan, dan hal ini memicu ketegangan antara keyakinan agama dan kemajuan ilmiah.

Apabila kita mengamati sejarah di wilayah timur dan memeriksa literatur-literatur yang membahas sejarah filsafat di dunia timur, dapat ditemukan bahwa filsafat selalu berakar pada pandangan-pandangan yang bersifat religius, etis, serta pola perilaku masyarakat timur. Dari sini, kita melihat bahwa terdapat sistem filsafat yang berimplikasi religius dengan unsur-unsur agama yang melingkupinya. Bahkan, filsafat Tao dan Konghucu di sini bisa berkembang menjadi agama tersendiri. Sebagai contoh, dalam agama Tao, filsafat Lao Tze sangat terkait, dan dalam agama Konghucu yang dibentuk oleh Kong Hu Chu, terdapat akar-akar filsafat yang kuat. Kemudian, agama Shinto yang erat kaitannya dengan pemikiran filosofis bangsa Jepang. Di wilayah timur ini, filsafat dan agama sering kali menciptakan harmoni, dengan fokus pada pencarian sesuatu yang bersifat gaib dan eksplorasi mengenai manusia dan alam.

Dalam peradaban Islam, filsafat pernah digunakan sebagai perisai untuk membela akidah dengan menggunakan argumentasi rasionalnya dari serangan-serangan yang datang dari kelompok-kelompok yang berbeda keyakinan dan orientalis. Dalam peradaban Islam, hal ini dikenal dengan istilah "ilmu kalam." Eksistensi filsafat dalam dunia Islam pernah menghadapi kritik, terutama dari ulama besar seperti Imam Al-Ghazali melalui karyanya yang monumental, "Tahafut al-Falasifah." Kritik Al-Ghazali ditujukan pada filsafat yang dianggap menyimpang dari ajaran Islam.

Namun, penting untuk dicatat bahwa ada pandangan yang menganggap agama dan ilmu pengetahuan sebagai dua hal yang berseberangan, terutama oleh mereka yang menganut pandangan materialistik. Salah satu alasannya adalah karena definisi ilmu pengetahuan yang hanya mengakui apa yang dapat diamati oleh panca indera atau dapat diobservasi (Abbas, 1984).(Ridwan, 2020)

Pentingnya pemahaman yang baik tentang keterkaitan antara agama dan sains seharusnya membantu menghindari konflik yang tidak perlu. Keduanya seharusnya tidak saling bertentangan, melainkan saling mendukung dalam pencarian makna dan pemahaman yang lebih dalam tentang dunia dan eksistensi manusia

Agama dan sains adalah dua bidang pengetahuan yang telah memainkan peran penting dalam pembentukan peradaban manusia selama ribuan tahun. Meskipun seringkali dianggap sebagai dua domain yang terpisah, keduanya memiliki keterkaitan yang mendalam dalam memandu manusia dalam mencari makna eksistensial, memahami alam semesta, dan mengembangkan peradaban. Artikel ini akan menjelaskan bagaimana agama dan sains memiliki keterkaitan yang kompleks, bagaimana hubungan ini telah berubah sepanjang sejarah, dan implikasinya dalam membangun peradaban.

Agama adalah bagian integral dari pengalaman manusia. Selama ribuan tahun, agama telah memberikan kerangka makna yang mendalam dalam kehidupan manusia. Agama menyediakan jawaban terhadap pertanyaan fundamental tentang eksistensi, tujuan, dan moralitas. Dalam banyak agama, konsep tentang pencipta atau Tuhan menjadi pusat keyakinan, dan ini membantu manusia memahami alam semesta dan tempatnya di dalamnya.

Di samping itu, agama juga berperan dalam membentuk etika dan perilaku manusia. Prinsip-prinsip moral yang diajarkan dalam berbagai agama sering menjadi landasan bagi norma-norma sosial dan hukum. Agama mengajarkan nilai-nilai seperti kasih sayang, keadilan, dan kebaikan, yang membentuk dasar etika dalam masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun