Mohon tunggu...
Muhammad Nuno Artama
Muhammad Nuno Artama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Sosiologi 2020 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Review Buku "Muslimah Feminis: Penjelajahan Multi Identitas" Menggunakan Perspektif Metode Kualitatif

5 Juni 2022   13:30 Diperbarui: 5 Juni 2022   13:47 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Dilanjutkan dengan kehidupan pendidikan yang dijalaninya yaitu di IAIN yang sekarang dikenal dengan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN Jakarta). Saat di kampus beliau aktif mengikuti organisasi sosial seperti LSM perempuan progresif. 

Alasan beliau bergabung organisasi sosial tersebut dikarenakan beliau merasa menemukan jati dirinya, beliau menemukan pencerahan akal maupun imannya dan beliau dapat melanjutkan keinginannya dari dulu yaitu meretas budaya patriarki. Tetapi keputusannya tersebut mengharuskan beliau keluar dari organisasi sebelumnya yaitu HMI (Himpunan Mahasiswa Islam).

2) METODOLOGI FENOMENOLOGI

Pada Bab 1 “Aku dan Etnisitas” kita disuguhi cerita mengenai tempat tinggal dan hal-hal menarik penulis sejak kecil. Beliau berasal dari Banten tepatnya di Kabupaten Pandeglang. Seperti yang banyak diketahui masyarakat luas bahwa Banten adalah salah sekian banyak provinsi yang mayoritas penduduknya merupakan pemeluk agama Islam. 

Pada Bab ini pula penulis menceritakan bahwa Ketegangan etnis di Banten tidak pernah muncul ke permukaan, tetapi sebetulnya ada pergesekan dari dalam yang tidak disadari, perlawanan secara diam-diam, khususnya dengan etnis Sunda Priangan. 

Pergesekan itu terjadi saat mulai di tempatkannya bupati dan pejabat-pejabat utama kabupaten yang didominasi oleh orang-orang yang berasal dari Sunda Priangan ketimbang dari orang-orang setempat. 

Demikian pula posisi-posisi penting dalam pemerintahan. Selain itu, penulis menceritakan beberapa hal mengenai Banten dan sampai bagaimana perkembangan Banten akhirnya resmi menjadi memisahkan diri dari Jawa Barat.

Pada Bab 2 “Aku sebagai Muslim” kita akan dijelaskan bagaimana sejak kecil beliau diajarkan dan dididik sebagai muslim yang taat, dimulai dari latar belakang keluarga ayahnya yang punya pengaruh dalam mengajarkan Islam di lingkungan sekitarnya, pendidikan bercorak Islam sejak kecil, dan kecenderungannya terhadap paham teologi Wahabi. Yang paling menarik dan hebat menurut saya adalah ketika beliau menceritakan kehidupannya sebagai muslim yang hidup di Negara Barat. 

Puncaknya, beliau dipercaya menjadi narasumber mengenai Gerakan Perempuan Muda pada aktivitas lintas agama di Indonesia oleh sebuah Organisasi Perempuan Kristen Dunia pada tahun 2000. Beliau menceritakan dan menjelaskan bagaimana beliau merasa seperti disudutkan oleh pewawancara tersebut yang seperti diketahui Islam dipandang sebelah mata di negara tersebut. Namun, hal tersebut sama sekali tidak membuat beliau menyerah.

Pada Bab 3 “Aku sebagai Perempuan” lagi-lagi kita akan dibuat takjub oleh penulis, beliau menceritakan bagaimana kegigihan dan kesabaran beliau menghadapi tekanan dan intervensi dari orang-orang sekitarnya. Beliau juga memberikan pengalaman bagaimana adanya perbedaan sikap dan perlakuan orang tua terhadap anak perempuan dan anak laki-laki.

Pada Bab 4 “Aku sebagai Anak Bangsa” beliau menceritakan bagaimana kepedulian dan pengalamannya saat mengalami pergolakan politik yang terjadi pada era Orba sampai era Reformasi yang mana membuat beliau merasa tidak percaya dengan para pemerintah yang menjabat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun