Karena ada saatnya untuk menjauh sejenak, dan ada saatnya juga untuk benar-benar menghilang.
Kadangkala kita merasa bahagia dalam hidup, terkadang  juga lelah. Banyaknya tuntutan hidup, ekspetasi yang terlalu tinggi pada sebuah hal serta tekanan dari  banyak hal. Mulai dari pekerjaan, gaya hidup serta orang-orang terdekat membuat kita berpikir untuk menjauh untuk sejenak saja. Terkadang kita juga ingin pergi menghilang untuk selamanya.
Saya yakin, hampir semua orang pasti pernah berada di fase ini. Ingin menghilang serta menjauh. Berharap adanya fase jeda atau bahkan berharap adanya mesin waktu agar bisa kembali ke masa dimana semuanya masih baik-baik saja.
"Andai saja ada mesin waktu, aku ingin kembali dan memulainya kembali, andai saja ".
Banyak hal terjadi tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Pekerjaan, kehidupan rumah tangga, atau bahkan kehidupan sosial. Semua terjadi di luar kendali kita. Ingin memperbaiki semuanya, namun kita terlalu lelah untuk itu.
"Tuhan, tolong bawa aku kemana saja. Aku tidak ingin berada disini, aku ingin menjauh dan menghilang Tuhan".
Fenomena seperti ini sering kita lihat. Banyak orang mengeluh karena lelahnya kehidupan. Namun, nyatanya semua hal tersebut tetap harus dijalani dan dihadapi.
Meski sebenarnya fenomena seperti ini sudah mulai ada solusinya, misalnya di Jepang. Ada istilah Jouhatsu, mempunyai arti penguapan atau kelenyapan. Istilah ini merujuk pada orang-orang di Jepang yang menghilang tanpa jejak dari kehidupan mapan mereka dengan sengaja.
Jouhatsu, Menghilang Tanpa Jejak
Istilah ini mulai muncul pada tahun1960-an. Saat itu, konteks ini digunakan pada orang-orang yang melarikan diri dari pernikahan yang tidak bahagia ketimbang menjalani perceraian secara formal.