Mohon tunggu...
Muhammad Nauval
Muhammad Nauval Mohon Tunggu... Perawat - Perawat | Aceh Tulen

Pecinta Kopi Hitam Tanpa Gula

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengulik Nilai-nilai Pancasila dalam Adat Meugoe di Aceh

4 Juli 2023   11:11 Diperbarui: 5 Juli 2023   19:01 1233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adat Meugoe di Aceh, Sumber: Irsam Photography via commons.wikimedia.org

Sebelum menentukan waktu untuk memulai kegiatan turun sawah. Masyarakat Aceh mempercayakan segala sesuatu halnya pada tetua adat yang mengurusi pertanian yang dijuluki Kejruen Blang. Selain memahami tentang ilmu pertanian, pemilihan kejruen blang juga didasari berdasarkan pemahaman agamanya. Kejruen blang haruslah seseorang yang bijak, ini sangat penting ketika ingin mengambil sebuah keputusan.

Jika sudah menentukan kapan akan turun ke sawah. Nantinya para petani akan melaksanakan sebuah adat yang dinamakan khanduri blang. Gelaran adat yang satu ini dimaksudkan sebagai ungkapan rasa syukur dan juga harapan agar sekiranya diberikan rezeki dan keberkahan dari pekerjaan meugoe.

Khanduri Blang, Sumber [Steemit]
Khanduri Blang, Sumber [Steemit]

Khanduri blang dilaksanakan dalam perkarangan sawah. Turut di undang pula anak yatim dan masyarakat sekitar untuk sama-sama menikmati hidangan makanan yang telah disiapkan.

Sejalan dengan isi sila pertama yaitu Ketuhanan yang Maha Esa, adat khanduri blang sebenarnya juga representasi dari sila pertama itu sendiri. Masyarakat Aceh selalu melibatkan Tuhan dalam melakukan kegiatan apapun. Meyakini betul jika Tuhan itu ada dan dari keyakinan ini pula mereka hidup serta menerapkannya dalam kehidupan bernegara.

Kemudian jika kita melihat dalam konteks sila kedua, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab, kita juga mendapati ada keterkaitan antara pengamalan sila kedua dengan rangkaian acara pada adat meugoe di Aceh.

Dalam adat meugoe, biasanya para petani akan menggelar rapat untuk menentukan jadwal meugoe. Dalam rapat ini, semua pendapat akan di tampung dan nantinya baru akan diputuskan apa yang terbaik. Semua saling menghargai, itulah sikap yang menjadi poin dalam sila kedua, yaitu saling menghargai dan menghormati.

Tak hanya itu, dalam kehidupan pertanian, tidak ada perbedaan derajat untuk kegiatan meugoe. Banyak orang yang melakukan meugoe sebenarnya itu hanyalah pekerjaan sampingannya saja. Ada yang berprofesi sebagai PNS, ada pula yang sebenarnya dia punya usaha lain di luar sana.

Namun, menariknya adalah tidak ada perlakuan istimewa meskipun mereka di luar sana punya kedudukan yang tinggi. Jika sudah di sawah, semuanya sama. Tidak boleh ada yang berbeda, semuanya mengikuti peraturan sawah dan Kejruen blang punya andil besar dalam hal ini. Itulah salah satu pengamalan pancasila lainnya, yaitu mengakui persamaan derajat serta hak tanpa peduli dia berasal dari suku yang mana dan jabatannya di luar sana.

Begitu pula jika kita membahas sila ketiga yang berbunyi Persatuan Indonesia. Ini merupakan fondasi besar Negara Indonesia. Jika tidak ada sikap ini, maka kemerdekaan akan mustahil kita dapatkan.

Pengamalan sila ketiga juga sudah diterapkan jauh-jauh hari dalam adat meugoe di Aceh. Ketika meugoe, salah satu hal terpenting adalah persatuan. Para petani harus kompak. Mulai ketika turun ke sawah untuk meu ue (membajak sawah) hingga proses koh pade (memotong padi).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun