Mohon tunggu...
Muhammad Nauval
Muhammad Nauval Mohon Tunggu... Perawat - Perawat | Aceh Tulen

Pecinta Kopi Hitam Tanpa Gula

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Artikel Utama

Kue Timphan, Sajian Lebaran Khas Aceh yang Dirindukan Anak Perantauan

21 April 2023   21:24 Diperbarui: 24 April 2023   16:58 3684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kue Timphan dikukus, Sumber [Dokumentasi pribadi]

"Jadeh neuk woe uroe raya keu lhee ? Mak teungoeh peuget timphan. Menye jadeh neuk woe, Mak Peuget beu leubeh".

Artinya: Jadi kamu pulang lebaran hari ketiga ? Ibu lagi bikin kue timphan, kalau jadi pulang, Ibu buat lebih.

Itulah sepenggal kalimat isi dari telponan saya dengan Ibu tadi siang. Saya gagal mudik pada lebaran pertama, saya baru bisa pulang nanti pada lebaran ketiga. Padahal ibu saya sedang membuat kue timphan di rumah. Kalau saya jadi pulang, maka nanti akan dibuatkan lebih banyak. Karena memang timphan adalah kue kesukaan saya setiap lebaran. Kue yang selalu jadi andalan keluarga.

Timphan merupakan kue khas yang berasal dari Aceh. Kue ini cukup terkenal di kalangan masyarakat Aceh. Kue basah ini biasanya dijadikan sajian khusus pada setiap acara-acara besar di Aceh. Seperti halnya acara tunangan, pernikahan, hingga lebaran. Pasti bakal disediakan kue timphan sebagai makanan penutup acara.

Kue Timphan, Sumber [Dokumentasi pribadi]
Kue Timphan, Sumber [Dokumentasi pribadi]

Balada anak Perantauan

"Uroe geut buleun geut, Timphan Mak peuget beumeutemei rasa". Artinya hari baik bulan baik, kue timphan buatan ibu harus dapat dirasa.

Kue Timphan sudah melekat dengan suasana lebaran. Maka sering pula kita dengar salah satu pepatah Aceh yang berbunyi seperti di atas tadi. 

Ketika menjelang lebaran biasanya ibu-ibu sibuk menyiapkan kue timphan. Selain untuk menyambut anak-anaknya pulang dari perantauan, kue ini juga dijadikan untuk memuliakan tamu ketika datang ke rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun