“Traumamu bukan salahmu, tetapi penyembuhan adalah tanggung jawabmu.”
Kita tentu sering melihat dan mendengar banyak sekali orang yang mengaku trauma pada sebuah peristiwa. Perasaan trauma ini akan menimbulkan rasa kecemasan yang berlebihan bagi orang tersebut. Namun, seperti kutipan di atas, sebenarnya trauma itu bukanlah salahmu, namun penyembuhan dari rasa trauma adalah tanggungjawabmu. Kamu harus mampu sembuh dari rasa trauma tersebut.
Saya ingat beberapa hari yang lalu pernah mengobrol dengan salah satu teman, dia mengaku pernah trauma tidak berani lagi membawa sepeda motor karena ketika masih duduk di bangku SMP dia pernah mengalami kecelakaan. Hal tersebut membuat dia trauma hampir beberapa tahun lamanya. Namun, beruntungnya dia bisa sembuh dari trauma tersebut, dan sekarang dia sudah mulai terbiasa lagi membawa sepeda motor.
Dari kejadian tersebut saya menyimpulkan, jika trauma ini memang bisa disembuhkan. Seberat apapun itu, jika memang dia menemukan dukungan dan juga lingkungan yang tepat, lambat laun trauma tersebut pasti akan mampu disembuhkan.
Kita tentu pernah mendengar istilah PTSD, merupakan singkatan dari Post-traumatic stress disorder. Ini adalah gangguan stres pascatrauma yang muncul setelah seseorang mengalami sebuah kejadian yang tidak mengenakkan dan bersifat traumatis.
PTSD adalah sebuah gangguan mental yang disebabkan karena trauma yang dibiarkan terlalu lama.
Beberapa kasus yang bisa mengakibatkan PTSD misalnya seperti korban perang, kecelakaan, bencana dan juga pelecehan seksual.
Begitu, tidak semua korban perang ataupun kecelakaan dan sebagainya masuk dalam kategori PTSD, ada beberapa kriteria yang harus ditinjau sebelum memutuskan seseorang masuk PTSD apa tidak.