Mohon tunggu...
Muhammad Nauval
Muhammad Nauval Mohon Tunggu... Perawat - Perawat | Aceh Tulen

Pecinta Kopi Hitam Tanpa Gula

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengenal "Almanak Aceh", Kalender Unik Sarat Adat dan Nilai Keislaman dari Aceh

14 November 2022   20:34 Diperbarui: 15 November 2022   07:30 1390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Baiturrahman di Banda Aceh (SHUTTERSTOCK/R.A. KARAMULLAH)

Keunenong merupakan metode yang digunakan masyarakat Aceh dalam menetapkan penanggalan pada almanak atau kalender Hijriah. Keunenong atau keunong sudah ada sejak zaman Sultan Iskandar Muda dulu. Penanggalan dengan metode ini berdasarkan peredaran matahari, arah angin dan musim ketika melakukan bercocok tanam. (Wikipedia)

Namun sistem keunenong ini lebih populer di kalangan para nelayan dan petani. Karena sampai saat ini mereka masih menggunakan kalender yang dibuat berdasarkan keunenong untuk dijadikan sebagai rujukan turun ke sawah dan berlayar ke lautan.

Keunenong dijadikan referensi awal untuk penentuan almanak Hijriah di Aceh. Tidak jauh berbeda dengan kalender Masehi seperti yang kita gunakan secara umum. Hanya saja di dalam almanak ini terdapat banyak momen seperti sejarah islam, perayaan hingga adat Aceh yang dilaksanakan pada setiap momen-momen tersebut.

Almanak Aceh 

Jika diartikan berdasarkan KBBI, almanak adalah penanggalan (daftar hari, minggu, bulan, hari-hari raya dalam setahun) yang disertai data keastronomian, ramalan cuaca dan sebagainya. Masyarakat Aceh mengenal dua almanak, yaitu berdasarkan bulan Masehi dan Hijriah.

Pada tulisan kali ini kita akan membahas almanak Hijriah. Karena pada dasarnya, masyarakat Aceh menjadikan almanak bulan Hijriah sebagai pegangan beberapa adat istiadat dan perayaan keagamaan.

Masyarakat Aceh juga mempunyai sebutan lain untuk menyebut nama hari. Kalau berdasarkan kalender masehi kita biasanya menyebut senin, selasa dan sebagainya untuk nama-nama hari, maka lain halnya dengan orang Aceh.

Adapun untuk nama-nama hari yang telah ditentukan adalah sebagai berikut.

  1. Aleuhad adalah sebutan untuk hari Minggu
  2. Seunanyan adalah sebutan untuk hari Senin
  3. Seulasa adalah sebutan untuk hari Selasa
  4. Rabu adalah sebutan untuk hari Rabu
  5. Hameh adalah sebutan untuk hari Kamis
  6. Djeumeu'at adalah sebutan untuk hari Jumat
  7. Satu adalah sebutan untuk hari Sabtu

Ada beberapa nama sebutan yang sebenarnya tidak mempunyai banyak perbedaan dengan nama hari dalam kalender Masehi. Namun hal yang paling menonjol lainnya adalah bahwa masyarakat Aceh memposisikan hari sesuai dengan kepentingannya.

Misalnya ketika melakukan sebuah hajatan besar, masyarakat Aceh biasanya memilih hari Sabtu dan Minggu. Untuk menggelar hajatan kecil-kecilan masyarakat Aceh memilih hari Senin, Selasa dan Kamis. 

Masyarakat Aceh memilih menghindari melakukan hajatan di hari Rabu karena dipercaya ada satu pantangan yang harus dihindari pada hari tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun