Hidup di perantauan jika tidak pandai mengatur keuangan selama Ramadan, pulang kampung harus mengutang
Saya yakin, semua orang tentu setuju dengan sepenggal kalimat di atas. Jika ada yang tidak setuju, saya yakin dia adalah anaknya sultan, yang merantau hanya sebatas tuntutan pekerjaan atau pendidikan.
Namun, beda halnya dengan saya. Merantau jauh dari kampung halaman dengan harapan ketika pulang kampung nanti membawa sekoper uang.
Nyatanya, menghemat uang ketika di perantauan tidaklah semudah yang dipikirkan. Apalagi di tengah pandemi seperti ini. Penghasilan menurun, namun harga barang semakin hari makin meningkat mahalnya.
Ditambah pula harus menjalani Ramadan di perantauan. Tentu pengeluaran semakin banyak habis. Kalian pasti mengira, kan sedang puasa, kok bisa semakin banyak pengeluaran? Nah ini saya jelaskan.
Pertama, Harga Barang Meningkat
Sudah menjadi kebiasaan di saat Ramadan tiba, harga barang meningkat naik. Penyebabnya adalah banyak permintaan barang dalam waktu yang bersamaan. Sedangkan, stok barang tidak terpenuhi alias kurang. Akhirnya harga barang pun melonjak naik.
Kedua, Tidak Bisa Menahan diri Ketika Membeli Menu Berbuka
Ini adalah sebuah kebiasaan yang susah dihilangkan, apalagi ketika hari pertama berpuasa. Apa saja takjil dan makanan yang kelihatan lezat, semuanya diborong habis. Bagus jika makanan tersebut semuanya habis dimakan. Namun, nyatanya kita lihat adalah, banyak makanan yang tersisa, mubazir jadinya.
Ketiga, Banyak Agenda Buka Bersama
Buka bersama menjadi sebuah agenda wajib selama Ramadan. Apalagi jika punya banyak teman dan relasi. Bisa-bisa setiap hari penuh dengan agenda berbuka bersama.
Namun, Ramadan tahun lalu dan sekarang kumpul bersama sedang dibatasi. Pandemi Covid belum usai akibatnya banyak sekali agenda buka bersama yang tertunda. Saya yakin, andai Ramadan kali ini pandemi telah usai, pasti agenda buka bersama semakin ramai.