Mohon tunggu...
Muhammad Nauval
Muhammad Nauval Mohon Tunggu... Perawat - Perawat | Aceh Tulen

Pecinta Kopi Hitam Tanpa Gula

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pariwisata Kala Pandemi, Antara Kebutuhan dan Kepatuhan

12 Agustus 2020   16:25 Diperbarui: 12 Agustus 2020   16:44 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ( Detik Finance )

Ditengah pandemi seperti sekarang ini, semua orang merasa resah untuk melakukan kegiatan di luar rumah. Bekerja, sekolah, ikut kegiatan komunitas semuanya menjadi tidak karuan akibat makin merebaknya virus Covid-19 ini. Bukan hanya berdampak dalam aspek kesehatan saja, covid 19 menyerang rata hampir semua lini. Mulai dari sosial, spiritual, ekonomi, hingga pariwisata menjadi tak luput dari sasarannya. Akibatnya semua kacau, keadaan ekonomi tidak stabil, kesehatan terganggu, ibadah terganggu, dan banyak tempat wisata terpaksa ditutup.

Karena keadaan ekonomi yang semakin menukik tajam kebawah, Presiden Jokowi mengungkapkan akan mendorong pertumbuhan melalui sektor pariwisata dan penerbangan. Maka, tempat pariwisata di Indonesia akan kembali dibuka secara bertahap di berbagai tempat, dan Pemerintah tentu akan menerapkan protokol kesehatan yang ketat dalam menjalankannya.

Meski memiliki tujuan yang baik untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, rasanya Pemerintah juga tidak boleh abai dalam memerhatikan sejauh mana kesadaran masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan. Seperti yang kita tahu, penyebaran covid-19 sangatlah cepat, apalagi disaat masyarakat tidak memerhatikan protokol kesehatan, bisa-bisa kebablasan.

Tempat pariwisata identik dengan kondisi dimana berkumpulnya orang-orang dalam jumlah yang besar. Pemilik usaha pariwisata mungkin bisa mengakali dengan membatasi jumlah kunjungan perharinya. Dalam keadaaan normal biasanya 500 orang, ditengah kondisi seperti sekarang ini mungkin bisa dipangkas menjadi 100 orang perharinya. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir penyebaran Covid-19 ditengah masyarakat.

Sebagai pemilik usaha dan penyedia jasa, tentu tidak bisa menjamin jika semua pengunjung yang datang bisa patuh dan mau melaksanakan protokol kesehatan . Maka sudah semestinya pembatasan pengunjung seperti  ini diterapkan di semua tempat pariwisata. Dengan cara ini diharapkan mampu membuat semua tempat pariwisata kembali beroperasi seperti dulu.

Kementerian Kesehatan akhirnya membuat protokol kesehatan untuk tempat pariwisata dan telah disahkan pada Juni yang lalu. Dalam KMK Nomor HK.01.07/Menkes/382/2020 Pemerintah mengatur tentang standar keamanan yang harus dipenuhi pada setiap tempat wisata.

Aturan ini dibuat untuk dijadikan landasan aturan  oleh para pemilik usaha wisata, pekerja dan pengunjung. Untuk pemilik usaha diwajibkan untuk memeriksa suhu tubuh semua pekerja dan pengunjung saat berkunjung. Pemilik usaha juga diharuskan untuk menyediakan tempat cuci tangan dan toilet dalam keadaan yang nyaman dan bersih. Untuk pekerja, yang harus diikuti adalah memakai masker saat berinteraksi dan menjaga jarak 1 meter ( physical distancing ) dengan pengunjung.

Protokol kesehatan juga berlaku bagi pengunjung. Pengunjung harus memastikan dirinya sehat sebelum datang berwisata. Memakai masker, menjaga kebersihan, tidak mengusap bagian wajah seperti mata, mulut, dan hidung. Tetap menjaga jarak 1 meter dan segera mandi selepas pulang dari tempat wisata. Pastikan juga barang-barang seperti handphone, kacamata, dan tas telah dibersihkan dengan cairan desinfektan.

Dengan mengikuti semua anjuran protokol kesehatan diharapkan mampu membuat pariwisata kembali hidup dan tidak menambah angka penularan Covid-19 pada masyarakat. Karena sebenarnya semua orang merasa jenuh jika tetap berdiam diri di rumah tanpa wisata kemanapun. Apalagi bagi orang-orang yang sering tidak berada di rumah, hal ini tentu membuatnya merasa tertekan. Oleh karena itu, pariwisata dibuka bisa dikatakan keputusan yang bagus yang telah diputuskan Pemerintah, namun jika diterapkan terburu-buru justru bisa menjadi keputusan terburuk.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun