Mohon tunggu...
Muhammad Naufal Mujtaba
Muhammad Naufal Mujtaba Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

main mini scale

Selanjutnya

Tutup

Love

pacaran dalam bingkai keberagaman agama : sebuah opini

4 Januari 2025   18:18 Diperbarui: 4 Januari 2025   18:18 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

            Pacaran sudah jadi hal yang biasa buat banyak orang, terutama remaja dan anak muda. Biasanya, pacaran dianggap sebagai cara untuk lebih mengenal pasangan sebelum memutuskan untuk serius, seperti menikah. Tapi, meski terlihat romantis, pacaran juga punya sisi rumit yang perlu kita pikirkan lebih dalam. api sayangnya, nggak sedikit yang salah paham soal arti pacaran. Banyak yang malah pakai pacaran cuma buat ajang pamer di media sosial, biar kelihatan "couple goals," atau bahkan buat hal-hal negatif yang bisa berujung ke pergaulan bebas dan perzinaan.

            Hal ini bikin pacaran sering dipandang buruk, karena sebagian orang lupa bahwa hubungan itu harusnya saling mendukung dan menghormati, bukan cuma soal gaya-gayaan atau kebebasan tanpa batas. Kalau pacaran nggak dijalani dengan bijak, malah bisa bikin masalah, bukan kebahagiaan.

            Kalau dilihat dari pandangan agama, pacaran sebenarnya punya banyak larangan, terutama kalau dilakukan tanpa batasan yang jelas.

            Mulai dari Islam dimana pacaran yang melibatkan aktivitas mendekati zina dilarang keras. Al-Qur'an dengan tegas menyebutkan, "Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk" (QS. Al-Isra: 32). Islam lebih mendorong hubungan yang langsung diarahkan ke proses ta'aruf atau pernikahan langsung daripada hubungan tanpa komitmen yang berisiko menimbulkan dosa. Adapun dalam agama Kristen, hubungan pacaran diharapkan tetap menjaga kesucian tubuh dan pikiran. Alkitab menekankan pentingnya menjaga kemurnian, seperti tertulis dalam 1 Korintus 6:18, "Jauhkanlah dirimu dari percabulan." Pacaran yang tidak sehat dianggap bisa membawa pada godaan dosa.

            Sedangkan dalam agama Hindu, nilai kesucian dan dharma sangat dijunjung tinggi. Hubungan asmara di luar pernikahan yang tidak dibangun atas dasar tanggung jawab dan kesadaran moral dianggap menyimpang dari ajaran dharma. Begitu pula pada ajaran Buddha menekankan pengendalian diri dan menghindari keinginan yang berlebihan, termasuk dalam hubungan asmara. Pacaran yang didasari nafsu atau merugikan diri sendiri dan orang lain tidak sesuai dengan prinsip kehidupan yang benar (sila).

            Adapun Gereja Katolik mengajarkan bahwa hubungan asmara harus diarahkan untuk menemukan pasangan hidup yang sesuai dalam pernikahan. Hubungan tanpa komitmen yang mengarah pada dosa seperti percabulan sangat dilarang, seperti disebutkan dalam Katekismus Gereja Katolik.

            Kelima agama ini memberikan pandangan yang sama: pacaran tanpa batasan yang jelas bisa membawa dampak buruk, baik secara moral, spiritual, maupun sosial. Efeknya nggak cuma bikin rusak diri sendiri, tapi juga bisa merusak masa depan. Jadi, sebelum pacaran, penting banget untuk memahami batasan dan tujuan yang jelas dalam sebuah hubungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun