Mohon tunggu...
Muhammad Naf'an Fuadi
Muhammad Naf'an Fuadi Mohon Tunggu... wiraswasta -

maju perut pantang mundur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pesan Seorang Muslim untuk FPI

13 November 2014   07:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:55 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

FPI tidak setuju Ahok naik menjadi gubernur Jakarta semua orang sudah tahu. Demonstrasi digelar besar-besaran. Judicial review dan PTUN sudah direncanakan. Mengapa FPI tidak setuju Ahok menjadi gubenur dengan mudah bisa difahami, yaitu Ahok beragama Kristiani. Kalau tidak suka, segala macam alasan akan mudah dicari.Lalu, adakah yang salah bila Ahok beragama Kristiani? Akankah Ahok tidak berhak menjadi gubernur karena menganut agama yang minoritas ? Sungguh naif, membenci Ahok hanya karena berbeda keyakinan. Padahal beliau adalah pejabat negara yaitu orang yang diberi amanat untuk mengurus rakyatnya. Dan yang tidak boleh dilupakan, beliau adalah sama-sama sebangsa dan setanah air Indonesia.

Sebagai seorang muslim yang sama-samahidup di tanah air Indonesia,saya tidak perlu merasa risih untuk mengungkapkan rasa muakyang selama ini selalu terpendam atas segala tingkah polah FPI yangmengaku pembela Islam akan tetapi sikap dan perilakunya menjauhi ajaran sang Nabi. Kata-kata buruk seperti caci maki, sumpah serapah, umpatan, dan ancaman dengan sangat mudahnya terlontar dari mulut orang yang mengaku ummat Muhammad. Kedengkian seperti api yang akan membakar kayu. Begitupun orasi dan agitasi penuh kedengkian,pada akhirnya masyarakatlah yang akan merasakankesusahan dan kerusakan. Kalau para pemimpin FPI mengaku pewaris nabi, saya hanya ingin mencari tahu;dimanakah bersembunyimutiara hikmah dari Junjungan kita“memandang ummah dengan pandanganrahmah”? Dimanakah tuntunan Tuhan untuk bersikap lembut kepada sesama manusia. Dimanakah ajaran fal yaqul khairan aw liyasmut dipraktekkan?

Gamis, jubah dan surban sedikitpun tidak menunjukkan tingkat religiusitas seorang muslim.Seorang muslim dianggap paripurna karena ketakwaannya. Ketakwaan itu dipraktekkan dalam bentuk perkataan, perilaku, dan keyakinan. Sehingga tidak aneh jika ada seorang muslim baru dianggap beriman apabila tetangganya bisa hidup dengan tenang. Seorang muslim bisa dianggap beriman bila menyingkirkan rintangan yang ada di jalan. Seorang muslim bisa dianggap beriman sehingga dia bisa memuliakan sesama manusia. Soal gamis, jubah atau surban sama sekali tidak menunjukkan tingkat keimanan seseorang. Tiba-tida saya teringat Allahu Yarham Kyai Haji Cholil Bisri yang mengingatkan saya bahwa Abu Jahal pun bahkan memakai model-model baju seperti itu.

Saya bahkan merasa lebih malu lagi justru ketika orang yang mengingatkan FPI adalah Ahok sendiri. Kata-katanya bak empedu, terasa pahit di telinga. Tapi itu musti diterima sebagai kenyataan dan pengalaman pahit dalam kehidupan beragama saya di Indonesia. Sebagai pribadi muslim, al Qur’an yang mengajarkan untuk mencari pemimpin satu keyakinan saya akui sebagai keyakinan mutlak yang tidak bisa ditawar-tawar. Namun ketika pemimpin itu diletakkan dalam bingkai keIndonesiaan, sungguh naif untuk memaksakan pendapat di tengah bingkai kebhinekaan. Untuk itu diperlukan kedewasaan dalam memaknai kebenaran teologis.

Untuk itulah, saya sebagai sesama muslim berharap FPIbisa segera berbenah. Kalau tidak ingin dipimpin oleh orang yang berbeda keyakinan, saya bermimpi agar FPI tetap tidak turun ke jalan. Perbaiki dulu sekolah dan ekonomi ummat.Turunlah ke gelanggang politik dan tekunlah sebagai abdi negara. Persiapkan dengan sungguh-sungguh sumber daya manusia yang berkualitas. Suatu saat,tidak mustahil kader anda akan menjadi pemimpin negara.

Namun, jika itu belum dilakukan dan FPItetap ngototdan mencampur aduk kalimat suci takbir, tahmid dan tahlil disertai caci maki dan di sepanjang jalan, sebagai sesama muslim saya hanyamendoakan, semoga Allah mengampuni kita semua.

Mengakhiri ini semua, saya ingin menyitir pesan Junjungan Sang Nabi;

Sebaik-baik muslim adalah orang yang mampu meninggalkan yang tidak patut.

Dan satu lagi,

Kalau kamu tidak malu, berbuatlah semaumu!

Rembang, 13 November 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun