Mohon tunggu...
Muhammad Naf'an Fuadi
Muhammad Naf'an Fuadi Mohon Tunggu... wiraswasta -

maju perut pantang mundur

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dukungan Politis Tidak Ada yang Gratis

21 Mei 2014   00:28 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:18 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jika suatu hari saya mempunyai hajat besar danpara tetangga datang membawa berbagai macam bingkisan (bisa beruparokok, gula, teh,beras, teh botol, dan lain sebagainya), maka pemberian itu tidak akan saya tolak. Sayahidup di sebuah desa dengan tradisi yang keras melarangmenolak setiap pemberian, karena sikap itu dianggap sebuah penghinaan dan bisa menciptakan bibit permusuhan.

Bila suatu hari saya mempunyai hajat membangun sebuah rumah dan para tetangga kemudian datang membawa semen, batu bata, pasir, batu kali, atau berbagai macam material lainnya, pantang juga bagi saya untuk menolak. Sikap menolak akan membuat saya dianggaparogan. Dan akhirnya, saya pasti terkucil dari pergaulan. Semua pemberian itu tidak gratis, sebab saya tahu bahwa suatu saat nanti semuanya pasti akan dikembalikan sebagai sebuah pinjaman atau balasan. Setiap pemberian dari orang lain pasti akan saya tukar dengan pemberian yang sama atau ditambah imbalan di waktu lain.

Pada dasarnya tidak ada pemberian yang gratis atau cuma-cuma. Segala bentuk pemberian selalu dibalas dengan sesuatu pemberian kembali atau imbalan. Kebiasaan saling tukar menukar pemberian ini adalah suatu proses sosial yang dinamis yang melibatkan keseluruhan anggota masyarakatnya sebagai sistem yang menyeluruh. Proses-proses dinamik terwujud melalui hakekat selalu memberi yang mengharuskan penerima untuk mengembalikan pemberian sebagaimana adanya atau membalas pemberian disertai dengan kelebihan/bonus sebagai imbalan.Sistem pemberian yang mencerminkan adanya persaingan harga diridari pihak yang bersangkutan ini bertimbal baliksehingga tidak ada habis-habisnya dari zaman ke zaman.

Dukungan politik dalam koalisi adalah salah satu contoh bagaimana sistem pemberian itu berjalan. Ada dua pihak yang saling berinteraksi, pemberi dan yang diberi. Partai pemberi dukungan dalam koalisi meyakini bahwa setidaknya ada salah satu dari tiga hal yang mungkin terjadi:

1. Kemungkinan bilateral.

Partai pemberi dukungan koalisi memberikan keuntungan politis kepada partai yang didukung. Keuntungan ini sebaliknya akan dibayar dengan imbalan (misalnya, jatah kursi menteri)  atau balasan yang setimpal atau lebih.

2. Ketergantungan timbal balik

Partai pemberi dukungan koalisi tahu bahwa pihak yang didukung mempunyai sesuatu yang dibutuhkannya. Begitu pula sebaliknya.

3. Persamaan Nilai

Apa yang diberikan harus sama nilainya dengan apa yang diterima, atau sebaliknya- apa yang diterima harus senilai yang diberikan. Ini berarti harus ada kesesuaian prestasi pihak partai yang memberikan dukungan selaras dengan balasan pihak partai yang didukung.

Nah, dari interaksi koalisi antar parpol tersebut kita akan bisa memahami bahwa setidaknya ada tiga hal yang bisa dicatat dari pola interaksi pemberi dan yang diberi dukungan koalisi dalam kerangka struktur sistem pemberian ini.

1. Imbalan tidak serta merta dilakukan secara kontan pada saat pemberian dukungan.

2. Balasan dukungan dari partai koalisi tidak berbalas imbalan dukungan juga. Bisa berbeda bentuknya, dan nilainya lebih tinggi.

3. Pemberian pihak pendukung koalisi berbentuk prestasi. Imbalannya bisa materi dan immateri.

Nah, jikalau ada yang bilang "dukungan ini murni tanpa syarat", hahahahahahahaha........ itu hanya ada di dunia mimpi!

Selamat sore

Salam bintang sembilan

Rembang, 20 Mei 2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun