Mohon tunggu...
Muhammad Naf'an Fuadi
Muhammad Naf'an Fuadi Mohon Tunggu... wiraswasta -

maju perut pantang mundur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Polisi Budiman

29 Desember 2014   02:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:17 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Helen Johnson adalah nenek berusia47tahun dari Alabama Amerika Serikat yang harus menanggung 2 orang putri, 1 orang keponakan dan 2 orang cucu. Untuk biaya hidup, keluarga Helen Johnson mendapatkanbantuan dari Dana Kesejahteraan Sosial yang tiap bulan diberikan dari negara sebesar 120 USD. Dana ini terbilang sangat minim untukdapat membiayai hidup sebuah keluarga dalam sebulan.

Suatu hari, uang di kotak depositnya hilang. Bersama dengan kelima anggota keluarganya yang lain, helen Johnson harus mengalami kelaparan selama dua hari. Dalam situasi yang demikian terpaksa, Helen Johnson terpaksa melakukan perbuatan yang melanggar hati nuraninya. Berangkatlah ia ke sebuah supermarket dan mencuri lima butir telur untuk dimasak di rumah. Ya, Lima butir telur. Lima butir telur yang rencananya untuk mengobati lapar  perut  anak dan cucunya itulah yang membuatnya berurusan dengan pihak supermarket dan kepolisian.

Kepada pemilik supermarket tempat ia mencuri telur itu, Helen Johnson mengakui kesalahannya dan meminta maaf. Situasi rumit yang sedang dihadapi keluarganya ia ceritakan kepada pemilik supermarket. Berhubung pihak kepolisian sudah dihubungi, akhirnya kasus pencurian ini dilimpahkan kepada pihak kepolisian.

POLISI YANG MENANGANI, WILLIAM TRACY (FOTO DARI AL.COM)

Tak lama kemudian, datanglah seorang polisi bernama William Tracy  untuk menjemput Helen Johnson dari supermarket. Dari cerita beberapa saksi yang ada, Polisi William akhirnya mengetahui kronologi cerita yang terjadi sesungguhnya. Akhirnya, Polisi William bukannya membawa Helen Johnson untuk menjalani hukuman. Sungguh di luar dugaan. Betapa terkejutnya Helen Johnson saat ia dilepaskan dari hukum, bahkan polisi William menghadiahkan satu kotak telor untuk dibawa dan dimasak di rumah. Helen johnson menangis dan mengucapkan terimakasih sebelum berlalu kembali ke rumahnya. Perasaannya lega sekali  lolosdari bayang-bayang hukuman. Terbayang akan anak-anak dan cucunya yang belum dewasa dan sedang menunggudi rumah. “Andai ia ditawan di penjara, siapa yang akan mengurus mereka?”, batin Helen Johnson meratap. Sebelum Helen Johson benar-benar pulang ke rumahnya, ia bertanya kepada Polisi William.

“Bagaimana saya bisa membalas budi baik anda, Polisi William?”, sambil terisak-isak Helen Johnson bertanya.

“Cukup dengan tidak mencuri lagi..”, sederhana jawaban Polisi William.

******

Kisah kebaikan Polisi William ini tidak berhenti di sini saja. Bersama dengan rekan sejawatnya, Polisi William  merencanakan sebuah kejutan untuk keluarga Helen Johnson. Dua buah truk berisi makanan dihantarkan sampai ke dalam rumah Helen Johnson disertai sebuah pesan

untuk keluarga Hellen Johnson, agar dapat melewatkan malam natal dengan indah

Helen Johnson menangis bahagia. Di tengah keterpurukannya masih ada orang yang peduli dan berbagi. Tidak masalah berapa banyak yang ia terima. Akan tetapi, ketulusan sikap peduli dari korps polisi di alabama lah yang membuat airmatanya meleleh. Di tengah kunjungan itu, Helen Johnson sempat berujar: “terakhir kali aku melihat makanan yang begini banyak adalah sewaktu aku berusia 12 tahun saat bersama nenek”.

1419768573532514945
1419768573532514945
foto dari al.com

Kisah haru nenek Helen Johnson ini ternyata ada yang mengunggah ke dunia maya dan “meledak”. orang–orang pun banyak yang menyampaikansimpati terhadap nasib Helen Johnson. Banyak telepon dan suratdatang dari belahan dunia menyampaikan keinginan untuk menyumbangkan uang serta berbagi cinta dan kasih.

Akhirnya, hidup Hellen Johnson pun terangkat. Semuanya berkat jasa seorang polisi bernama William. Berkat kebaikannya untuk tidak menjebloskan ke penjara, hidup Helen Johnson berubah drastis. Kebaikan Polisi Willian akan selalu rapi tersimpan di hati Helen Johnson, anak-anaknya dan cucu-cucunya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun