Kecanduan gawai adalah fenomena yang kerap terjadi pada anak-anak zaman sekarang, tidak terkecuali anak-anak di Kampung Cahaya, Menteng Atas. Beberapa penyebab terjadinya kecanduan gawai pada anak-anak di Kampung Cahaya adalah kurangnya edukasi tentang cara penggunaan gawai yang bijak kepada anak dan orang tua di daerah tersebut. Selain itu, kurangnya media untuk bermain tanpa gawai menjadikan anak-anak di Kampung Cahaya memainkan permainan-permainan yang ada di gawai mereka. Fenomena kecanduan gawai ini merupakan latar belakang dari kegiatan pengabdian masyarakat “Games Corner” yang diselenggarakan oleh sepuluh mahasiswa Universitas Indonesia. Kesepuluh orang tersebut adalah Alifa, Dhiya, Fadhilla, Fransisca, Maria, Ghefira, Alvi, dan Jussya yang berasal dari Fakultas Ilmu Keperawatan, Rendi yang berasal dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, dan Nabil yang berasal dari Fakultas Psikologi. Adapun kegiatan Games Corner ini dapat terlaksana karena mendapatkan dana hibah kegiatan pengabdian masyarakat dari Direktorat Kemahasiswaan Universitas Indonesia.
Kegiatan Games Corner ini diselenggarakan selama lima hari, dari tanggal 3 Juli sampai 7 Juli 2024. Kegiatan hari pertama dibuka dengan sambutan dari ketua tim kegiatan Games Corner, Alifa Faheema Fathiya Haq, mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Kegiatan selanjutnya adalah edukasi mengenai manfaat dan batasan-batasan penggunaan gawai kepada anak-anak di Kampung Cahaya yang dilanjutkan dengan kuis mengenai materi yang telah disampaikan. Setelah materi, terdapat sesi menari tari tradisional untuk anak perempuan dan bermain estafet sarung dan keprayan untuk anak laki-laki sebagai salah satu bentuk aktivitas yang dapat dilakukan untuk mengurangi penggunaan gawai.
Berbeda dengan hari pertama yang kegiatannya ditujukan untuk anak-anak, hari kedua sasaran intervensi utamanya adalah orang tua yang memiliki anak di Kampung Cahaya. Terdapat dua kegiatan utama pada hari kedua, yaitu seminar tentang cara orang tua mengontrol dan mengawasi penggunaan gawai kepada anak-anak mereka dan pemeriksaan kesehatan gratis kepada orang tua yang hadir pada seminar tersebut. Harapan dilakukannya kegiatan hari kedua ini adalah orang tua dapat membimbing anak-anak mereka dalam menggunakan gawai dengan bijak.
Kegiatan hari ketiga kembali ditujukan untuk anak-anak. Pada hari ketiga, terdapat tiga aktivitas menarik yang membutuhkan keterampilan tangan. Kegiatan hari ketiga adalah membuat kerajinan tanah liat sederhana, melukis patung gypsum, dan menanam tanaman di pot kecil. Ketiga kegiatan ini diharapkan dapat membuat anak-anak mengetahui bahwa terdapat banyak kegiatan yang dapat dilakukan tanpa perlu gawai. Pada hari selanjutnya, hari keempat, kegiatan dilanjutkan dengan bermain permainan tradisional dan permainan yang dapat melatih motorik anak. Kegiatan hari keempat dibagi ke dalam empat kelompok yang sistem bermainnya terbagi ke dalam empat pos permainan. Permainan-permainan hari keempat terdiri dari, bekel, puzzle, egrang batok, busy page, engklek, lego, dan congklak.
Hari terakhir, hari kelima, adalah kegiatan penutupan yang kegiatan utamanya berupa penyerahan permainan tradisional dan permainan yang dapat melatih motorik anak. Permainan-permainan tersebut dimasukkan ke dalam beberapa kotak yang dititipkan ke Bilik Pintar, tempat belajar yang didirikan oleh Bapak Teguh Suprobo, yang merupakan tempat kegiatan Games Corner dilaksanakan selama lima hari tersebut. Harapannya adalah anak-anak memiliki media untuk bermain bersama teman-teman mereka tanpa harus menggunakan gawai. Anak-anak di Kampung Cahaya bisa mendatangi Bilik Pintar dan meminta izin kepada Bapak Teguh selaku Kepala Bilik Pintar jika ingin memainkan permainan yang diberikan oleh Games Corner.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H