Mohon tunggu...
Muhammad Mutawalli Syarowi
Muhammad Mutawalli Syarowi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi olahraga

Selanjutnya

Tutup

Politik

Konsep Kepemimpinan dalam Islam

17 Oktober 2023   08:06 Diperbarui: 17 Oktober 2023   08:14 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Agama Islam merupakan agama yang sempurna karena agama Islam memiliki kitab suci yakni Al-Qur'an didalam Al Qur'an terdapat ajaran-ajaran kebaikan dan lain sebagainya salah satu nya mengajarkan bagaimana cara menjadi pemimpin yang baik dan jujur sebagaimana di dalam Al-Qur'an. Kepemimpinan adalah unsur yang tidak bisa dihindari dalam hidup ini. Sudah merupakan fitrah manusia untuk selalu membentuk sebuah persatuan. Dan dalam sebuah persatuan selalu dibutuhkan seorang pemimpin. Pemimpin adalah orang yang dijadikan rujukan dalam persatuan tersebut. Pemimpin adalah orang yang memberikan visi dan tujuan. Didalam Al-Qur'an pemimpin di definisikan dengan pengertian Khalifah, imam, dan Ulil Amri.

Al-Qur’an menyebutkan prinsip-prinsip kepemimpinan antara lain, amanah, adil, syura (musyawarah), dan amr bi al-ma’ruf wa nahy ‘an al-munkar. Dalam Kamus Kontemporer (al-‘Ashr), amanah diartikan dengan kejujuran, kepercayaan (hal dapat dipercaya).  Amanah ini merupakan salah satu sifat wajib bagi Rasul. Ada sebuah ungkapan “kekuasan adalah amanah, karena  harus dilaksanakan dengan penuh amanah” kemudian selanjutnya Prinsip kedua adalah Adil. Kata ini merupakan serapan dari bahsa arab ‘adl. Secara konkret, yang disebut keadilan (qisth) itu adalah: (a) mengkonsentrasikan perhatian dalam shalat kepada Allah dan (b) mengikhlaskan ketaatan kepadaNya. Dari uraian tersebut dapat ditarik kepada aspek kepemimpinan, yaitu seorang pemimpin harus benar-benar ikhlas dalam menjalankan tugasnya dan juga orientasinya semata-mata karena Allah. Sehingga ketika dua hal tersebut sudah tertanam, maka akan melahirkan perilaku yang baik.

Selanjutnya Prinsip ketiga adalah syura. Istilah ini berasal dari kata syawara, yang secara etimologis berarti mengeluarkan madu dari sarang lebah.23 Pararel dengan definisi ini, kata syura dalam bahasa Indonesia menjadi “musyawarah” mengandung makna segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain untuk memperoleh kebaikan. Hal ini semakna dengan pengertian lebah yang mengeluarkan madu yang berguna bagi manusia.24 Dengan demikian, keputusan yang diambil berdasarkan musyawarah merupakan sesuatu yang baik dan berguna bagi kepentingan manusia. Prinsip selanjutnya yakni Prinsip keempat, amr ma’ruf nahi munkar, yaitu “suruhan untuk berbuat baik serta mencegah dari perbuatan jahat.” Istilah itu diperlakukan dalam satu kesatuan istilah, dan satu kesatuan arti pula, seolah-olah keduanya tidak dapat dipisahkan.

Pemimpin dan Kepemimpinan merupakan dua elemen yang saling berkaitan. Artinya, kepemimpinan  merupakan cerminan dari karakter atau perilaku pemimpinnya. Perpaduan atau sintesis antara “leader behavior dengan leader style” merupakan kunci keberhasilan pengelolaan suatu institusi atau dalam skala yang lebih luas adalah pengelolaan daerah, dan bahkan negara. Dengan demikian, maka dapat dirumuskan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk meyakinkan orang lain agar orang lain dengan sukarela mau diajak untuk melaksanakan kehendaknya atau gagasannya.

Secara historis, konsep kepemimpinan ideal dalam Islam dicontohkan secara langsung oleh Nabi Muhamad SAW dengan model prophetic leadership. Diskursus tentang model kepemimpinan ini tidak bisa lepas dari pembicaraan tentang para nabi dan rasul. Sebab mereka adalah contoh pemimpin yang paling utama di antara banyak contoh kepemimpinan dalam sejarah umat manusia. Mereka adalah pribadi-pribadi pilihan yang sekaligus juga pemimpin-pemimpin pilihan sepanjang zaman. Mereka juga adalah sumber utama yang menginspirasi lahirnya konsep prophetic leadership dalam kajian-kajian tentang konsep kepemimpinan. Para rasul adalah manusia pilihan untuk memimpin umat manusia menuju jalan kebenaran. Kepemimpinan mereka bersifat spiritualistik, karena lekat dengan nilai-nilai ilahiah. Dengan demikian, maka para rasul ini mendasarkan kepemimpinan dirinya pada kebenaran yang berasal dari Allah dalam membimbing, melayani, mencerahkan, dan melakukan perubahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun