Mengapa Bisnis Anda Gagal Bertransformasi Digital? Temukan Solusinya di Sini!Â
Dalam era modern ini, transformasi digital telah menjadi salah satu fenomena paling signifikan yang memengaruhi berbagai sektor, baik di dunia bisnis, pemerintahan, maupun masyarakat secara keseluruhan. Menurut Riedl et al. (2023), transformasi digital (DT) tidak hanya berfokus pada adopsi teknologi digital, tetapi juga mencakup perubahan mendasar dalam model bisnis, proses organisasi, dan pola nilai. Namun, dalam kajian mereka, Riedl dan tim menemukan adanya kesenjangan yang cukup besar antara pemahaman akademisi dan praktisi bisnis tentang apa sebenarnya transformasi digital itu.
Survei yang dilakukan terhadap 529 pengambil keputusan bisnis di Inggris menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak sepenuhnya memahami atau mendefinisikan DT sesuai dengan literatur akademik. Menariknya, 86% responden menganggap contoh-contoh teknologi seperti "integrated database" dan "automated guided vehicles" sebagai bentuk DT, padahal dalam literatur, contoh ini lebih didefinisikan sebagai perubahan teknologi evolusioner, bukan transformasi revolusioner yang lebih signifikan (Venkatraman, 1994).
Hal ini menggambarkan bahwa masih ada perbedaan pandangan mendasar antara akademisi, yang menekankan perubahan besar dalam model bisnis dan struktur organisasi, dengan praktisi yang lebih fokus pada penggunaan teknologi itu sendiri. Kesenjangan ini dapat mengakibatkan implementasi DT yang kurang optimal di dunia bisnis. Sebagai seorang pengamat transformasi digital dan pakar sistem informasi, saya melihat bahwa kesenjangan ini harus dijembatani agar transformasi digital dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh berbagai organisasi.
Dalam dunia akademik, transformasi digital seringkali didefinisikan sebagai perubahan mendasar dalam cara organisasi beroperasi, mengintegrasikan teknologi dengan strategi bisnis untuk menciptakan nilai yang lebih besar. Vial (2019) menyatakan bahwa DT mencakup delapan elemen utama: penggunaan teknologi digital, disrupsi, respons strategis, perubahan dalam penciptaan nilai, perubahan struktural, hambatan organisasi, dampak negatif, dan dampak positif. Elemen-elemen ini menunjukkan bahwa DT lebih dari sekadar adopsi teknologi baru; ia melibatkan pergeseran paradigma dalam cara bisnis beroperasi.
Namun, hasil survei dari Riedl et al. (2023) menunjukkan bahwa 73% hingga 88% responden menganggap transformasi digital hanya sebagai penerapan teknologi seperti "CAD/CAM integration" atau "autonomous handling technologies." Hal ini menunjukkan bahwa banyak praktisi bisnis masih fokus pada aspek teknis, sementara perubahan mendasar dalam model bisnis seringkali diabaikan. Data ini penting karena menunjukkan bahwa pemahaman yang sempit tentang DT dapat menghalangi perusahaan untuk memanfaatkan potensi penuh dari perubahan digital yang sebenarnya.
Sebagai contoh, literatur akademik menekankan pentingnya perubahan organisasi dan model bisnis dalam DT. Hanelt et al. (2021) menyebutkan bahwa DT mencakup perubahan radikal dalam struktur organisasi dan proses bisnis untuk memungkinkan bisnis bersaing secara lebih efektif di pasar yang semakin digital. Namun, hanya 14% responden dalam survei yang menyadari bahwa transformasi digital harus mencakup perubahan besar dalam struktur dan proses organisasi, menunjukkan bahwa kesenjangan ini dapat berdampak pada kegagalan perusahaan untuk beradaptasi dengan era digital.
Selain itu, kesalahan umum lainnya yang ditemukan dalam survei ini adalah penggunaan buzzword seperti "digital technology" yang sering kali membuat para praktisi menganggap bahwa setiap teknologi baru adalah bagian dari transformasi digital. Padahal, hanya 12% hingga 14% responden yang benar-benar memahami bahwa beberapa teknologi hanya mencerminkan perubahan evolusioner yang tidak cukup signifikan untuk disebut sebagai transformasi digital.
Transformasi digital adalah proses yang kompleks dan melibatkan lebih dari sekadar adopsi teknologi. Kesimpulan dari survei Riedl et al. (2023) menunjukkan bahwa banyak praktisi bisnis belum sepenuhnya memahami esensi dari DT, yang mencakup perubahan mendasar dalam model bisnis dan strategi organisasi. Untuk menjembatani kesenjangan ini, akademisi dan praktisi perlu lebih banyak berkolaborasi, memastikan bahwa transformasi digital diimplementasikan dengan cara yang holistik dan strategis.
Implikasi dari penelitian ini sangat jelas: tanpa pemahaman yang tepat tentang transformasi digital, perusahaan mungkin akan melewatkan peluang besar untuk beradaptasi dan bersaing di era digital. Oleh karena itu, upaya lebih lanjut harus dilakukan untuk mengedukasi para pemimpin bisnis tentang pentingnya strategi organisasi dalam transformasi digital, bukan hanya sekadar penerapan teknologi baru.
Referensi
Riedl, R., Stieninger, M., Muehlburger, M., Koch, S., & Hess, T. (2023). What is digital transformation? A survey on the perceptions of decision-makers in business. Information Systems and e-Business Management, 22(1), 61--95. https://doi.org/10.1007/s10257-023-00660-0