Mohon tunggu...
Muhammad Miftahudin
Muhammad Miftahudin Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia SMP

Seorang guru di SMP Swasta yang berbasis pesantren, yang pingin ikut nyantri karena dulu saat masih kecil belum keturutan masuk pesantren

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bocil Kurang Perhatian, Menakutkan!

29 November 2023   14:36 Diperbarui: 29 November 2023   14:41 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Maraknya kasus begal, klitih, tawuran, geng motor, dan pembulian akhir-akhir ini diberbagai media massa, ternyata sebagian besar pelakunya adalah anak remaja umuran 13-17 tahun. Percaya tidak percaya memang itulah yang terjadi. Mungkin bukan hanya terjadi di berbagai kota-kota besar saja, tapi sudah marak dikota-kota kecil/pinggiran. sebagai contoh di Kota Magelang yang masyarakatnya merasa bangga bisa hidup aman dan damai di kota kecil yang sejuk karena dikelilingi gunung dan perbukitan, sekarang mulai gerah dengan ulah sebagian remajanya yang pemarah. berita aksi tawuran antar supporter bola yang menjadikan clubnya di degradasi, tawuran antar warga dijalan raya setelah subuh, aksi klitih dimalam hari melukai orang tak dikenal dengan senjata tajam, dan banyak lagi aksi kejahatan lain yang ternyata dilakukan oleh remaja belasan tahun, yang masih berstatus sebagai pelajar SMP dan SMA/SMK. Apakah itu murni kesalahan mereka atau ada hal yang melatar belakangi kelakuan-kelakuan yang masuk dalam kasus kejahatan tersebut. kira -kira apa yang melatar belakangi hal tersebut? lingkungankah? pendidikankah? keluargakah? atau hal lain? 

Setiap orang tua pasti tidak ada yang mau dan bangga jika mempunyai seorang anak arogan dan menjadi pelaku kejahatan yang melanggar hukum. namun apakah semua orangtua sudah mengupayakan semaksimal mungkin untuk menjaga anaknya supaya tidak terjerumus ke hal-hal negatif tersebut. Mungkin orang tua juga butuh tenaga ektra dan perhatian ekstra untuk anaknya yang lahir, tumbuh, dan berkembang diera sekarang ini. Memang dipastikan faktor keluargalah yang paling berperan atau melatar belakangi perilaku anak selain lingkungan. Bila dalam keluarga anak mendapatkan rasa aman, nyaman, dan tentram dari batin maupun jiwanya, mungkin anak tidaklah mencari pelampiasan emosi yang berujung pada kenakalan ataupun kejahatan remaja. Didikan, arahan, perhatian, dan kasih sayanglah sebagai tameng orang tua untuk menjaga anak-anaknya. Memang tidak bisa setiap saat dan setiap waktu orang tua bisa mengontrol anaknya, namun mempertanyakan atau mengajak anaknya untuk bercerita apa yang sudah mereka lakukan seharian, mungkin menjadi salah perhatian sekaligus kontrol orang tua terhadap anaknya. Belum semua orang tua bisa melakukan hal itu karena faktor kesibukan yang berlatar belakang mencari nafkah untuk keluarganya.

Mungkin ada beberapa solusi untuk kita sebagai orang tua untuk menjaga anak kita dari hal-hal arogan tersebut

  • Menjalin dan menjaga komunikasi yang harmonis dengan anak-anak kita
  • Memastikan anak-anak kita dirumah dimalam hari atau memastikan dan mengetahui keberadaan anak kita 
  • Mengajak anak kita untuk selalu bercerita jika mendapatkan masalah atau setidaknya mau mendengarkan keluh kesah anak kita
  • Tidak langsung menghakimi anak jika melakukan kesalahan, berikan waktu untuk mereka menjelaskan
  • Berikanlah didikan, arahan, perhatian, dan kasih sayang sesuai dengan zaman mereka tumbuh dan berkembang sebagai anak

Mari sebagai orang tua menguapayakan semaksimal keberhasilan anak-anak kita agar tidak terjerumus kelembah pelaku kejahatan yang arogan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun