Mohon tunggu...
Muhammad Maulizar
Muhammad Maulizar Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

saya adalah mahasiswa dari program studi psikologi Universitas Syiah Kuala, memiliki minat besar terhadap isu-isu yang berkaitan dengan psikologi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengaruh kecemasan akibat fenomena begal terhadap kebiasaan masyarakat Aceh

10 Maret 2024   15:10 Diperbarui: 10 Maret 2024   15:16 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki kekayaan budaya yang unik dan menarik. Salah satu keunikan Aceh adalah dengan adanya kebiasaan dan kehangatan budaya aceh yang dapat ditemukan di warung kopi. Warung kopi di Aceh bukan hanya sekedar tempat untuk menikmati secangkir kopi, tetapi juga menjadi ruang sosial bagi masyarakat Aceh untuk berkumpul dan melakukan berbagai macam kegiatan. Hal ini bahkan dapat diamati hingga larut malam di berbagai warung kopi Aceh yang masih ramai dengan pengunjung. Aktivitas masyarakat Aceh yang masih berlangsung hingga malam hari ternyata memiliki beberapa resiko yang cukup menakutkan. Salah satunya adalah beberapa kejadian yang sempat marak diperbincangkan belakangan ini terkait dengan pembegalan. Dikutip dari serambinews.com bahwa Aceh saat ini cukup darurat dalam kasus pembegalan terbukti dengan beredarnya kasus begal.

Begal merupakan tindakan kejahatan yang melibatkan ancaman atau penggunaan kekerasan untuk merampas harta benda. Hal ini merupakan permasalahan serius yang dapat mengguncang keamanan masyarakat di berbagai daerah, termasuk Aceh. Fenomena ini tidak hanya mengancam harta benda, tetapi juga menciptakan atmosfer kekhawatiran dan perasaan tidak aman yang dapat muncul dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Aceh. Dampak begal dalam hal ini mempengaruhi berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Salah satu dampak utama adalah munculnya ketakutan dan kecemasan saat berada di tempat-tempat umum, termasuk warung kopi yang menjadi pusat kegiatan sosial dan budaya masyarakat Aceh terutama pada malam hari. Pemberitaan terkait begal, baik secara langsung maupun internet juga ikut mempengaruhi munculnya perasaan-perasaan negatif tersebut.

Internet merambah ke dunia yang serba mudah, khususnya dalam memperoleh suatu berita atau informasi. Selain media cetak seperti koran atau majalah, kini tersedia media online yang dapat digunakan oleh pembaca kapan saja dan dimana saja. Hal ini sesuai dengan Muhtadi (2016) mengatakan suatu media dapat menyajikan berbagai informasi di mana saja dan kapan saja dengan mudah dan cepat. Salah satu pemberitaan yang dilakukan oleh suatu media, yaitu berita mengenai tindak kriminal atau berita kejahatan. Seperti banyak contoh mengenai pemberitaan kriminal atau kejahatan yang dilakukan oleh media yaitu salah satunya berita mengenai kasus pembegalan.

Ketika mendengar atau melihat adanya suatu berita mengenai pembegalan, terkadang perasaan cemas atau khawatir akan muncul terhadap keselamatan diri atau orang-orang terdekat kita. Terpaan yang dibuat oleh suatu berita khususnya berita mengenai pembegalan tersebut dapat mempengaruhi sikap kita terhadap pemberitaan tersebut. Menurut Mega (2015) rasa cemas itu akan muncul Ketika media menginformasikan mengenai tindakan kejahatan. Tayangan atau pemberitaan mengenai kekerasan merupakan sebuah tayangan yang dapat menimbulkan kesakitan fisik maupun psikologis pada orang yang melihat atau mendengar berita tersebut (Arifianto, 2013).

Semenjak pemberitaan mengenai pembegalan yang terjadi di Aceh mulai ramai diperbincangkan, masyarakat yang merasa tidak aman cenderung mengubah kebiasaan dan rutinitas harian mereka. Warung kopi yang biasanya menjadi tempat berkumpul dan bercengkerama, menjadi kurang diminati karena ketakutan akan ancaman begal. Hal ini terlihat mengakibatkan penurunan kunjungan pada warung kopi, sehingga dapat kita amati saat ini sudah tidak banyak lagi pengunjung warung kopi pada larut malam. Hal ini tentunya berbanding terbalik dengan keadaan sebelumnya ketika warung kopi malah semakin ramai ketika larut malam.

Fakta ini sangatlah menarik, kebiasaan yang sudah menjadi tradisi bahkan sebuah kebudayaan bisa saja ditinggalkan oleh masyarakatnya ketika ada bahaya yang mengancam nyawa saat melakukannya. Harapannya akan ada upaya dari pemerintah maupun pihak-pihak terkait agar dapat menangani kasus ini dan meminimalisir terjadinya pembegalan. Selain menyelamatkan perekonomian masyarakat Aceh di sektor bisnis warung kopi, hal ini juga dapat membantu masyarakat lainnya agar merasa lebih aman dan nyaman untuk melakukan aktivitas seperti biasa.

Sumber: Fasha, MN, & Anggraeni, D. (2023). Pengaruh terpaan pemberitaan begal terhadap tingkat kecemasan warga kecamatan Pasar Rebo dan sekitarnya (studi kasus pada pemberitaan begal anggota brimob). Jurnal Publish (Publikasi Penelitian Dasar dan Terapan Komunikasi), 2 (2), 163-184.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun