Mohon tunggu...
Muhammad Thoha Maruf
Muhammad Thoha Maruf Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Penulis yang gemar beranjangsana. Kadang juga aktif di sosial media.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Berebut Hati Megawati

16 Oktober 2021   07:41 Diperbarui: 16 Oktober 2021   07:46 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pilpres baru akan digelar 2024 mendatang. Tapi tensi siapa calon yang akan maju tidak hentinya untuk dibahas. Terbaru dari PDIP, sejumlah kadernya digadang-gadang akan bersaing untuk menjadi calon presiden (capres) tahun 2024.Sebagai partai dengan kursi paling banyak di DPR RI, PDIP tentu paling di atas angin soal pencalonan capres. Bukan tanpa sebab, kader-kader partai berlambang banteng moncong putih ini sangat melimpah.

Sebagai contohnya, Ketua DPR RI Puan Maharani, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Menteri Sosial Tri Rismaharini, Gubernur Bali I Wayan Koster, mantan Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat, dan mantan Gubernur Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

Dua nama yang disebut di awal santer diberitakan menjadi kandidat terkuat. Itu dibuktikan dengan munculnya relawan yang mendukung keduanya maju sebagai capres 2024. Puan Maharani didukung relawan Gema Puan. Sedangkan Ganjar Pranowo didukung oleh relawan Sahabat Ganjar.

Dalam aturan yang dimiliki oleh PDIP, hak untuk memilih siapa capres yang akan diusung merupakan hak prerogatif Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Dapat dipastikan, keputusan mantan presiden kelima itu sangat dinanti-nantikan.

Apa yang terjadi di arus bawah PDIP juga sedang ramai. Kader-kader di daerah mempunyai dukungan masing-masing di antara dua nama: Puan dan Ganjar. Mereka pun juga terang-terangan memberikan dukungan kepada salah satu kader tersebut.

Per Koran Tempo, pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno menganggap polemik pencalonan presiden di PDIP sebagai konflik antar elite partai dan kader. Kader tingkat akar rumput berusaha melawan elite dan mulai berani bersuara bahwa Ganjar layak dicalonkan. Pertimbangan mereka adalah elektabilitas Ganjar yang relatif tinggi, sesuai dengan hasil sigi dari banyak survei.

Adi menyebut, fenomena banteng versus celeng ini akan merugikan PDIP dan memecah suara mereka. Namun, dari sisi citra politik, Ganjar lebih diuntungkan. Itu karena Ganjar seperti pihak yang dizalimi karena tak bisa punya kesempatan jadi capres.

Patut dinanti, siapa nama yang dipilih oleh Megawati untuk maju dalam kancah pilpres 2024. Yang pasti persaingan akan lebih seru. Karena Presiden Jokowi tidak bisa maju kembali, sebab sudah menjabat selama dua periode.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun